Home / Fantasi / Like a Fairy Tale / 4’ Tentang Aredel

Share

4’ Tentang Aredel

Author: Raapoo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya, Tim Penyelidikan Aciel kembali mencari sample-sample yang bisa mereka teliti. Mereka masih menelusuri Hutan Borneove bagian timur namun, bedanya kali ini mereka lebih memfokuskan pencarian di daerah bebatuan. Setelah berjam-jam mencari, akhirnya mereka menemukan sesuatu yaitu bercak air liur. Air liur tersebut diambil, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi. Mereka kembali melakukan pencarian lagi selama berjam-jam tetapi kali ini, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Hari sudah semakin siang, matahari sudah berada tepat diatas kepala mereka. Meskipun mereka berada di dalam hutan, tetapi panas dari sinar matahari, ditambah dengan kelelahan mencari sample membuat mereka lemas. Aciel pun memutuskan untuk istirahat sejenak dan makan siang.

“Sebaiknya kita makan siang dulu,” ujar Aciel.

“Siap Ketua!” jawab anggota Tim Penyelidikan.

Setelah makan siang, mereka melanjutkan pencarian tetapi kali ini Aciel tidak ikut mencari sample. Dia balik ke tenda untuk memeriksa langsung sample air liur yang dia jumpai tadi dengan bulu beruang yang dia ambil kemarin. Sesampainya di tenda, dia masuk ke dalam tenda khusus laboraturium yang berisi banyak alat laboraturium seperti tabung reaksi, labu erlenmenyer, pipet tetes, cawan, laptop analisis, dan lain-lain.

Aciel menyalakan laptop analisis, laptop itu lebih besar dari laptop pada umunya di karenakan bagian laptop tersebut terdapat sebuah kotak besar untuk memasukkan suatu sample yang ingin diuji. Setelah menyala, dia menekan tombol di sampingnya kemudian bagian kotak besar di bawah terbuka. Aciel memasukkan tabung reaksi berisikan bulu beruang dan air liur tersebut ke dalam kotak besar itu. Aciel menekan tombol ‘Mulai’ pada keyboard laptop, lalu dengan otomatis kotak yang ada di bawahnya itu tertutup dan mulai menganalisis sample yang ada di dalam. Layar laptop tersebut menunjukkan tulisan ‘Penelitian sample berhasil 1%’.

“Haaah …”

Aciel menghela nafasnya kasar, karena menurutnya ini lama sekali mungkin jika diperkirakan bisa berjam-jam lamanya. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke tendanya, melanjutkan pekerjaan dia yang sebelumnya yaitu memperbaiki alat-alat buatannya. Sesampainya di tenda miliknya sendiri, Aciel mulai mengotak-atik alat-alat miliknya di atas karpet hingga dia tidak sadar ada perempuan yang mengawasinya dari belakang.

“Itu alat kemarin yang membuat pohon ku tumbang kan?” tanya perempuan itu yang tiba-tiba kini sudah berada di depan Aciel.

Aciel terkejut, hingga jatuh kebelakang. Dia mengelus-ngelus dadanya perlahan sambil menarik nafas dan mengeluarkannya pelan-pelan.

“Astaga Aredel! kenapa tiba-tiba ada disini?!” teriak Aciel.

Perempuan yang dipanggil Aredel itu tertawa kecil lalu menjawab, “Hehe … habisnya aku bosan di luar, jadi aku mengikutimu masuk.”

“Bagaimana? Aku yakin tidak ada orang tadi di belakangku saat aku masuk,” tanya Aciel bingung.

“Aku bisa menembus tembok, jadi aku tidak mengikutimu dari belakang,” jawab Aredel sambil melihat-lihat isi tenda Aciel.

Aredel berjalan kesana-kemari mengelilingi tenda Aciel. Dia berjalan masuk ke kamar mandi, berjalan ke meja kecil dekat jendela yang diatasnya terdapat sebuat kotak berukuran setengah meter.

“Itu microfast,” ucap Aciel lalu menghampiri Aredel.

Aredel mengangguk mengerti, meskipun dia sendiri juga tidak tau apa itu microfast. Dia berjalan menuju meja yang berada di depan tempat tidur Aciel, dia menarik kursi kecil dari meja tersebut lalu duduk di kursi tersebut sambil mengambil beberapa barang yang tergeletak di atas meja seperti bola putih bulat yang jika disentuh ternyata kenyal sekali.

“Jangan disentuh, itu bukan mainan,” ucap Aciel lalu mengambil bola putih yang kenyal itu.

Aredel mengerucutkan bibirnya, lalu beranjak dari kursi tersebut dan duduk di lantai besi di lapisi karpet bulu.

“Hei … Aredel Selain bisa menembus tembok kau bisa apalagi?” tanya Aciel penasaran.

“Bukankah kau sudah melihatnya kemarin?” tanya balik Aredel yang kini tangannya iseng mengambil tongkat panjang di lantai.

Aciel dengan cepat mengambil tongkat itu dari tangan Aredel dan berkata, “Jangan pegang sembarangan, ini berbahaya.”

“Memangnya dia mengeluarkan apa?” tanya Aredel penasaran.

“Halilintar kecil,” jawab Aciel singkat.

“Jika kau mau tahu lebih … intinya kami ini memiliki sihir kekuatan, sihir elemen, dan ada juga sihir mantra. Tidak semua elemen kok hanya beberapa saja, dan kekuatan juga tidak semuanya hanya bisa berlari cepat, terbang, telekinetis, dan menembus tembok,” jelas Aredel.

Aciel mangangguk mengerti lalu duduk di atas karpet tendanya, yang diikuti oleh Aredel. Mereka duduk berhadapan, Aciel yang sibuk mengotak-atik tongkat tadi, dan Aredel yang memegang-megang benda di depannya.

“Haaah … kau itu memang susah dibilangin ya,” ucap Aciel pasrah.

“Apa kau mau cemilan atau minuman? Setidaknya agar tangan mu tidak menyentuh barang-barangku.” tawar Aciel.  

“Boleh, aku mau air putih,” jawab Aredel

“Air putih? Tidak mau susu? Kopi? Atau mungkin jus?” tanya Aciel bingung.

“Tidak, air putih jauh lebih enak,” jawab Aredel.

“… aneh,” gumam Aciel lalu mengambilkan segelas air putih.

“Makanan? Aku ada sosis, dan beberapa buah-buahan,” ucap Aciel.

“Aku vegetarian, jadi buah saja,” jawab Aredel.

Aciel membawakan segelas air putih, dan sekeranjang buah berisi pisang, apel, pir, anggur, dan strawberry pada Aredel. Aredel meminum air putih tersebut, lalu memakan buah apel yang ada di keranjang. Aciel melanjutkan kegiatannya kembali, namun kali ini dia tambah tidak bisa fokus karena Aredel memperhatikannya dari tadi yang membuat Aciel salah tingkah.

“Apa kau kepanasan? Wajah mu memerah,” tanya Aredel dengan wajah polosnya sambil mengunyah apel.

“Astaga … kalau bukan karena kerja sama mungkin aku sudah mengusirnya keluar,” batin Aciel.

“Tidak apa-apa,” jawab Aciel kecil.

“Kau punya keluarga?” tanya Aciel tiba-tiba.

“Aku punya ibu, ayahku sudah meninggal,” jawab Aredel

“Aku baru tahu kalau elf itu dilahirkan, aku kira mereka seperti keluar dari suara tawa bayi seperti di film-film,” ujar Aciel.

Aredel yang mendengarkan perkataan tersebut tertawa keras, “Hahahahahha.”

“Berapa umur mu?” tanya Aredel sambil meredakan tawanya.

“22 tahun, kau?” jawab Aciel.

“Umur ku i---“ ucap Aredel terpotong.

“Ah … biar kutebak, pasti dua ratus tahun?” ucap Aciel.

Aredel menggelengkan kepalanya sambil tersemyum lalu menjawab, “Lima ratus tahun.”

“Tapi wajah mu awet muda sekali ya,” ujar Aciel.

“Iyah, dan kami ini abadi. Abadi bukan berarti tidak bisa mati, maksudnya adalah umurnya sampai berapapun kalau tidak dibunuh tidak akan mati,” jelas Aredel.

“Kau bisa dibunuh? Setelah melihat mu bertarung kemarin aku ragu kau bisa mati terbunuh,” ucap Aciel.

“Tentu saja bisa, kekuatan sihir elf juga ada batasnya. Kalau energi sihirku habis dan musuh menusuk jantungku, tentu saja aku akan mati. Sihir penyembuhan ku tidak akan berfungsi,” jelas Aredel lalu mulai memakan buah anggur.

“Apa kau tidak bisa menggunakan sihir penghilang bagian-bagian tubuh? Atau merusak bagian tubuh?” tanya Aciel.

“Tidak bisa, kami ini ditugaskan untuk memelihara sesuatu bukan merusak atau menghancurkan sesuatu,” jawab Aredel.

“Tapi kan ha---“ ucapan Aciel terpotong.

Tok..tok..tok..

Terdengar suara ketukan pintu dari luar tenda, mereka berdua dengan refleks menengokkan kepalanya ke arah pintu. Aciel menengokkan kepalanya ke arah Aredel untuk menyuruhnya bersembunyi, tetapi Aredel sudah tidak ada di depannya.

“Mungkin dia sudar kabur,” pikir Aciel.

Aciel pun berjalan ke arah pintu tendanya lalu membuka pintu tersebut untuk melihat siapa yang mengetuk pintunya tadi.

“Ketua … hasil analisis dari laptop sudah keluar,” ucap perempuan berambut hitam pendek.

“Baik aku akan kesana, terimakasih Nona Allaric,” ucap Aciel lalu masuk ke tendanya mengambil Inblet yang ada di kasur.

Perempuan berambut hitam tersebut pergi lebih dulu, meninggalkan Aciel di tendanya.

“Memang kau sudah menemukan apa saja?” tanya perempuan dari belakang Aciel

Aciel terkejut lalu membalikkan tubuhnya dan berkata, “Kau ini kebiasaan sekali sih.”

Aredel tertawa kecil, kemudian berjalan mendekat ke arah  Aciel. Aciel terkejut wajahnya memerah karena malu terlalu dekat dengan Aredel, dengan refleks dia memundurkan langkahnya ke belakang lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Aredel.

“Aku baru menemukan bulu beruang dan air liur, aku akan turun melihat hasilnya kau jangan coba-coba mengikutiku, nanti kalau ketahuan aku tidak tanggung jawab,” ucap Aciel lalu keluar dari tendanya.

Aciel berjalan ke arah tenda laboraturium sambil menepuk-nepuk pipinya.

“Tenanglah Aciel, kau tidak boleh terpesona oleh wajahnya … ya! Pasti! Pasti! Itu salah satu sihir mereka untuk membuat manusia terpesona,” ucap Aciel kecil sambil berjalan ke laboraturium.

Sesampainya di laboratorium, Aciel masuk dan melihat hasil yang tertera di layar laptop analisis tersebut. Aciel terkejut melihat hasil dari analisis laptop tersebut lalu berteriak, “Apa benar ini hasilnya?!”

Bersambung..

Related chapters

  • Like a Fairy Tale   5’ Gangguan saat Pencarian

    Laptop analisis menunjukkan hasil analisisnya di layar, sontak membuat para tim penyelidikan terkejut karena hasilnya tidak sesuai dengan dugaan mereka.“Kenapa bisa seperti ini?” tanya Aciel lemas sambil melihat ke layar laptop yang bertuliskan, “Air Liur Serigala Abu-abu” dan “Bulu Beruang Grizzyly”.Orang-orang yang berada di tim tersebut menghembuskan napasnya kasar.“Jadi selama ini pencarian kita sia-sia?” saut salah satu orang.Aciel mendudukkan dirinya di kursi, lalu menyenderkan punggungnya di senderan kursi tersebut. Dia menghela napasnya berkali-kali sambil memijat pelipisnya dan berkata, “Baiklah mari kita lanjutkan sampai dua hari ke depan, jika tidak ada hasil kita kembali ke Alacanist.”Semua orang menyetujui pendapat Aciel, kemudian Aciel menyuruh mereka semua untuk istirahat hari ini di tenda masing-masing karena besok mulai mencari sample-sample lagi. Aciel kembali ke ten

  • Like a Fairy Tale   6’ Gangguan saat Pencarian pt.2

    Aciel dan Aredel masih diam bergeming menatap kosong ke depan, setelah melihat ular raksasa yang mereka bunuh menghilang begitu saja karena ada lingkaran sihir berwarna hitam yang tiba-tiba muncul. Kaki Aredel lemas, otot-otot nya sedikit kaku karena terkena bisa ular yang lumayan banyak di kakinya tadi. Bukk.. Aredel terjatuh ke belakang namun, Aciel dengan sigap menangkap tubuh mungil milik Aredel itu. “Ah … maaf,” lirih Aredel lalu berusaha berdiri dengan kakinya. “Kau tidak apa-apa?” tanya Aciel khawatir lalu merangkulkan tangan Aredel ke pundaknya. “Tidak apa-apa hanya butuh istirahat,” jawab Aredel. Aciel menuntun Aredel ke tendanya lalu berkata, “Istirahat dulu di tenda ku, nanti kau boleh pulang saat sudah baikan.” “Ah … tidak usah aku masih sanggup untuk pulang kok,” ucap Aredel sambil mendorong tubuh Aciel yang merangkulnya, namun sayang tubuh Aredel lemas lalu kembali terhuyung ke belakang.

  • Like a Fairy Tale   7’ Hadiah

    Hutan yang awalnya dipenuhi warna hijau di dedaunan dan semak-semaknya kini sudah di penuhi dengan warna biru, karena es-es runcing yang dikeluarkan Aredel menyebar kemana-mana membuat daun, dan semak-semak membeku. Hutan yang awalnya dipenuhi oleh suara kicauan burung, kini dipenuhi oleh suara dentuman es yang mengenai pohon, semak, dan suara erangan macan tutul yang memekikkan telinga. Aciel dan para timnya berada di balik semak-semak yang lumayan jauh dari medan pertarungan tersebut. Mereka memperhatikan elf dan macan tutul tersebut bertarung dengan seksama. Sudah hampir satu jam mereka bertarung, dan mulai terlihat bahwa keduanya yaitu Aredel dan macan tutul sudah sama-sama terlihat lelah.Splassh… SplasshEs-es tersebut terus menerus keluar hingga macan tutul tersebut terpojok dan tidak sengaja menginjak jebakan yang sudah dibuat oleh Aredel.CrekkKaki macan tutul tersebut beku, membuatnya tidak bisa kemana-mana. Perempuan b

  • Like a Fairy Tale   8’ Cerita Dongeng

    Ruangan laboraturium mendadak sunyi, hanya menyisakan bunyi dentingan jam yang berasal dari samping laptop. Semua anggota tim menatap layar laptop analisis itu dengan tatapan bingung, bahkan Aciel pun tidak pernah dengar tentang kodok putih. "Ketua ... apa sebelumnya pernah menemukan kodok putih?" tanya Nona Allaric. Aciel menghela nafasnya kasar, lalu menjawab, "Ini pertama kalinya aku tahu ada kodok berwarna putih."Aciel mendudukkan dirinya di kursi yang berada di depan laptop tersebut, dia menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, lalu memijat pelipisnya dengan tangan kanan sambil memejamkan matanya."Apa kita harus mencari sample lagi?" tanya salah satu orang.Aciel menggelengkan kepalanya. " Tidak perlu, besok pagi kita akan pulang dari sini."Para anggota tim terkejut, beberapa dari mereka bahkan menanyai kembali apakah Aciel yakin dengan keputusannya atau tidak. Namun, Aciel mengangguk mantap dan yakin den

  • Like a Fairy Tale   9’ Hidup Seorang Elf

    Setelah Aciel mengatakan bahwa Aredel lebih cantik dari pada mermaid, suasana tiba-tiba menjadi sangat canggung. Mereka berdua menutup mulut nya masing-masing, tidak berani mengatakan sepatah katapun.Waktu terus berlalu, dan tak terasa malam sudah semakin larut. Udara diatas pohon menjadi sedikit dingin. Aciel menggesekkan kedua telapak tangannya sambil meniup-niupkan telapak tangan tersebut dengan mulutnya. Aredel yang melihat hal itu pun berinisiatif untuk mengantar Aciel pulang ke tendanya."Tidak ... Aku bisa sendiri kok. Lagi pula ini tidak terlalu jauh kan?" ujar Aciel.Aciel sebenarnya ragu, tetapi karena dari kemarin dia merasa sudah banyak merepotkan Aredel, jadi dia bilang dia bisa pulang sendiri. Aciel juga merasa bahwa energi sihir Aredel belum kembali sepenuhnya, jadi lebih baik Aredel beristirahat. "Aku pulang sendiri juga tidak apa-apa," pikir Aciel.Aredel merangkulkan tangan Aciel ke pundaknya, lalu memb

  • Like a Fairy Tale   10’ Adik Perempuan Aciel

    Pagi hari telah tiba, matahari sudah mulai beranjak naik ke atas langit. Aciel terbangun dari tidurnya ketika mendengar bunyi alarm dari inblet. Setelah membersihkan diri, dia mulai membereskan barang-barangnya di tenda tersebut dan memasukkannya ke dalam koper. Beberapa menit kemudian, Aciel dan timnya selesai membereskan tenda, dan barang-barang lain untuk di bawa pulang ke ibukota.Mereka semua tampak sibuk memasukkan tenda portabel tersebut ke dalam kapsul terbang mereka. "Sudah semua?" tanya Aciel pada timnya."Sudah Ketua!" seru timnya.Dengan segera, Aciel menyuruh mereka untuk segera masuk ke kapsul terbang masing-masing dan kembali ke Ibukota Alacanist. Aciel menyalakan mesin kapsul terbangnya itu, lalu melajukan benda terbang tersebut ke ibukota.Sesampainya di ibukota, Aciel melihat ke bawah dari balik jendela kemudi, melihat pemandangan kota kelahirannya tersebut. Banyak jalanan rusak yang kini sedang di perbaiki, ada cair

  • Like a Fairy Tale   11’ Datang ke Ibukota Alacanist

    Aredel duduk diam memperhatikan punggung Aciel dari belakang, yang kini sedang fokus menyetir di depannya. Aredel menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, melihat isi kapsul terbang Aciel. Dinding kapsul terbang ini berwarna putih polos, dengan beberapa lampu-lampu kecil, dan jendela berbentuk lingkaran yang terdapat di kanan dan kiri sisi kapsul.“Hebat kan, aku bisa membuat kapsul terbang secanggih ini,” ucap Aciel tiba-tiba, tanpa menengokkan kepalanya ke belakang menghadap Aredel.“Iyah … mungkin itulah sebabnya kenapa manusia disebut dengan makhluk yang mengerikan,” ucap Aredel sambil melihat ke arah luar jendela.Aredel menengokan kepalanya kea rah belakang, lalu melihat ada meja kecil yang diatasnya ada kotak kecil persegi berwarna putih, microfast, lalu di bawah meja ada beberapa tas besar yang berwarna biru dan hijau.Beberapa menit berlalu, akhinya mereka mulai memasuki Ibukota Alacanist. Aredel terseny

  • Like a Fairy Tale   12’ Keluarga Aciel

    Aciel berjalan ke arah dapur untuk membuatkan Aredel sesuatu untuk dimakan. Aciel membuka kulkas nya, lalu melihat beberapa daging dan sayuran di dalam kulkas. Dia berjalan ke meja makan berbentuk bundar yang melayang, kemudian mengambil selembar roti. Dia juga mengambil buah apel, dan pisang dari atas meja tersebut lalu memasukkannya ke dalam kotak kecil di samping kulkas. Aciel mengklik kotak tersebut, lalu beberapa menit kemudian, keluarlah buah pisang dan apel yang sudah di potong-potong. Aciel mengambil selai kacang dari kulkasnya, lalu mengoleskan selai tersebut di selembar roti.“Aciel, kau sedang apa?” tanya Aredel sambil berjalan mendekati Aciel.“Membuatkan sesuatu yang bisa dimakan untuk tamu ku,” ucap Aciel sambil menaruh potongan pisang dan apel ke atas roti yang sudah di olesi selai kacang.“Kau hanya membuat satu? Buatlah dua, karena kau juga butuh makan,” ucap Aredel sambil melihat tangan Aciel yang sibuk membu

Latest chapter

  • Like a Fairy Tale   88' New Seasons (END)

    Sejak Aredel kembali, keadaan Aciel dan Rayzeul berubah. Mereka nampak lebih semangat, dan sering tertawa bersama. Kekhawatiran mereka akan keadaan perempuan bersurai putih itu menghilang. Karena dia telah kembali, dan bahkan sudah melakukan banyak hal berempat. Seperti berjalan-jalan, mencari sesuatu yang aneh di hutan, atau mencoba penemuan baru Rayzeul. Pip Pip Pip “Dalam hitungan ketiga … dia akan meledak. Satu dua ….” Dor Semua orang bertepuk tangan. Termasuk Aciel dan Aredel. Mereka layaknya kedua orang tua yang bangga saat melihat Rayzeul dan Irimie sedang mendemontrasikan alat buatan mereka. “Mereka keren!” seru perempuan bersurai putih itu dari kejauhan. “Mereka pasti berhasil! Kalau begitu ayo!” Grep Pria bersurai merah itu menarik tangan Aredel. Dia tertawa, seraya membawa perempuan cantik bersurai pendek itu ke suatu

  • Like a Fairy Tale   87’ Into the new world

    Satu bulan kemudian.Hari-hari yang dijalani Aciel sangat berat.Bukan hanya tentang Aredel yang belum kembali, tapi juga tentang pekerjaannya yang bertambah. Akibat adanya perang kemarin, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.Misalnya mengembangkan senjata baru, mini jet untuk perang, dan menjinakan robot-robot perang kemarin agar bisa digunakan kembali.Tentu saja dia tidak sendiri melakukan hal itu. Bersama dengan timnya yang lain, dan Irimie serta Rayzeul yang membuat amunisi-amunisi seperti bom.Dar “Dasar ahli kimia menyebalkan! Sudah aku bilang jangan coba-coba dulu dengan senjata itu!”Aciel berteriak marah. Lantaran pistol gel merahnya meledak begitu saja ketika Irimie dan Rayzeul menambahkan sesuatu.“Kita kan sedang ingin mencoba! Siapa tahu berhasil bukan?” tanya Irimie kesal.“Lihat … apakah itu berhasil? Kau membuatnya menjadi potongan be

  • Like a Fairy Tale   86’ Yang Seharusnya Terjadi

    “Aredel! Hei bangun! Kau tidak bisa meninggalkanku!”Suara teriakan pria bersurai merah itu menggema di medan pertempuran.Dia putus asa. Terus menerus meneriaki nama Aredel. Meskipun si empunya hanya bisa diam bergeming. Tanpa menyahut sekalipun.“Kau bilang akan hidup selamanya … tapi kenapa hanya dengan tertusuk pisau saja kau sekarat begini huh?!”Aciel tidak terima. Dia terus menggenggam tangan Aredel yang kini tengah diobati oleh Rayzeul.“Aciel … kau harus menerimanya. Itu bukanlah pisau biasa, pisau it---“ ucapan Ratu Tauriel terputus.“Aku tidak peduli! Seharusnya dia bisa hidup selamanya! Aku mau di---“BughRayzeul meninju pipi Aciel kencang. Pria bersurai merah itu diam, tak bisa berkata-kata. “Dasar sialan! Bisakah kau diam?! Bukan hanya kau yang bersedih di sini! Apakah kau tidak membayangkan bagaimana sedihnya Ibu Aredel?!”

  • Like a Fairy Tale   85’ Perpisahan

    “Aredel … kenapa aku merasa telingaku gatal ya?” tanya Aciel tiba-tiba.“Di sebelah mana?”“Kiri … apakah mungkin?”Aredel tertawa. Dia menidurkan tubuhnya di atas rumput hijau sambil menatap jutaan bintang di langit. “Ada yang membicarakan hal buruk tentangmu.”“Siapa yang berani membicarakanku?!” Aciel kesal. Dia melipat tangannya di dada sambil menatap datar Aredel.“Mungkin Irimie dan Rayzeul sedang membicarakanmu sekarang.” Perempuan bersurai putih itu menarik tangan Aciel lembut. Agar dia berbaring di sebelahnya.“Bagaimana bisa? Ugh aku tidak suka melihat adikku berdekatan dengan Rayzeul!” ujar Aciel kesal sambil merebahkan dirinya di samping Aredel.“Kenapa? Kau cemburu?”“Tidak. Aku hanya takut kalau Irimie akan menyukainya. Bagaimana kalau nanti Rayzeul mengkhianati adikku?” Wajah Aciel nampak kesa

  • Like a Fairy Tale   84’ Makan Malam

    Serpihan bintang langit malam menghiasi latar belakang kedua insan yang tengah bercengkrama, membuat makan malam di pinggir air terjun ini menjadi romantis.Perempuan bersurai putih itu kesusahan. Ini pertama kali untuknya memasakkan sebuah hidangan.Bahkan jika diingat terakhir kali, dia lupa kapan pernah masak.“Aku tidak bisa masak Aciel,” ujar Aredel pasrah sambil terus membersihkan sisik ikan.“Aku tahu. Kalau begitu kau harus belajar masak dengan Irimie.” Aredel menghela napasnya kasar. Mendengar pria bersurai merah itu menjawab sesuatu yang tidak mungkin, terdengar sangat menyebalkan di telinganya.“Dia tidak ada di sini. Bisakah kita langsung meminta saja makanan jadi? Daripada aku harus susah-susah membuatkanmu makanan,” keluh Aredel kesal dengan bibirnya yang mengerucut gemas.“Lihat betapa menggemaskannya dia,” batin pria bersurai merah itu senang.Aciel tertawa lalu menghampi

  • Like a Fairy Tale   83’ Irimie dan Rayzeul

    ZrasshHujan turun di seluruh Kerajaan Cartenzeul. Seperti tanda berkah dan kesedihan karena perang balas dendam ini telah berakhir. Mereka semua yang berada di medan perang satu persatu kembali, ke rumah mereka masing-masing.“Kau akan pulang ke kerajaan elf?” tanya Irimie sok akrab dengan Rayzeul.Pria bersurai putih itu mengangkat bahunya cuek. “Entahlah. Aku juga tidak tahu harus ke mana sekarang. Aku ingin kembali ke rumahku di Hutan Lhokove tapi rasanya malas.”“Bagaimana kalau kau tinggal di sini? Aku dengar kau mempunyai kemampuan kimia yang hebat? Kau bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dengan kemampuan itu di kerajaan kami.”Seseorang dari belakang berbicara.Perempuan anggun bersurai kuning keemasan tersenyum ramah. Menatap pria bersurai putih itu lembut.“Tuan Putri ingin merekrutku?” tanya Rayzeul tanpa basa-basi.Putri yang kerap disapa Aurora itu mengangg

  • Like a Fairy Tale   82’ Mimpi indah Aciel

    Sesaat setelah Aredel mengucapkan kata-kata itu. Mulut Tauriel terbuka.Dia ikut bernyanyi, bersama para peri dengan bahasa kuno yang tidak Aredel mengerti.Cahaya terang mulai kembali keluar dari lingkaran sihir di bawah mereka.SplashDan sesaat setelah cahaya itu redup, Aredel pingsan. Dia terbaring lemas di sebelah kekasihnya, Aciel.Kedua tangan Ratu nampak sibuk. Tangannya bergerak, menyentuh dada Aredel dan Aciel.Cahaya berwarna biru muda keluar dari dada Aredel.Suara nyayian Tauriel dan para peri terdengar semakin ramai. Cahaya tersebut terbang, melayang halus di udara.Para peri yang menari itu nampak bahagia sambil menyentuh cahaya berbentuk bulat itu. Mereka membawa cahaya itu hingga mendarat tepat di dada Aciel.“Bagus … empat kali lagi,” batin Tauriel.Mereka melakukan hal tersebut berulang kali, hingga akhirnya sampai di ketiga kalinya.Para peri berhenti menyanyi

  • Like a Fairy Tale   81’ Pertukaran Nyawa

    “Apa itu benar?” tanya Aredel dengan manik hijau yang bergetar. Perempuan bersurai hitam nan anggun dan berwajah tegas itu menghampiri Aciel. Dia berjongkok dan meletakkan tangannya di kening pria bersurai merah itu. Sudut bibirnya naik lalu melirik ke arah Aredel dan Tauriel. “Kalian harus cepat. Waktunya tidak lama lagi,” ujar Nyram dengan wajah datar. Bola mata Aredel membesar. Dia memegang erat kedua tangan Tauriel, sambil berjongkok di depannya. “Aku tidak apa-apa. Tolong berikan saja nyawaku pada Aciel. Aku tidak bisa membiarkannya mati begitu saja.” Tauriel menatap penuh ragu elf yang sudah dia anggap seperti anaknya itu. Dia menggeleng pelan sambil menatap dalam manik hijau Aredel. “Setelah aku pikir-pikir ulang … sepertinya tidak. Apakah kau memikirkan bagaimana nasib ibumu nanti saat mendengarmu koma?” lirih Tauriel. Manik hijau Aredel membulat. “Koma? Jadi kau tidak mati?” tanya Aredel lagi. “Tidak. Tapi kau sulit un

  • Like a Fairy Tale   80’ Pembalasan

    Perempuan bersurai putih itu melesat cepat. Dia sudah bertekad untuk membebaskan Morie dari kurungan yang dibuat Ratu Tauriel.“Aku harus menyelamatkan Aciel! Harusnya aku yang terkena tombak es itu bukannya kau!” teriak Aredel dalam hati.Tubuh mungilnya meliuk-liuk handal. Dengan tekad sekeras baja, dan rasa penyesalan sebesar matahari … Aredel berjanji akan menyelamatkan Aciel.“Aku tidak bisa membiarkan Aciel mati karena kelalaianku,” batin perempuan bersurai putih itu.PyuhHembusan angin tornado tak membuat langkah perempuan cantik itu gentar. Dia mengeluarkan sihir yang baru dia pelajari dari Ratu Tauriel. Yaitu membuat tubuh menjadi tembus apapun. Sehingga tidak ada serangan yang bisa mengenai tubuhnya.Perempuan itu menghembuskan napasnya perlahan. Aliran energi sihirnya yang terasa sejuk mulai menyebar dari atas kepala hingga ke ujung kaki.PyuhDia berhasil.Tor

DMCA.com Protection Status