Hutan yang awalnya dipenuhi warna hijau di dedaunan dan semak-semaknya kini sudah di penuhi dengan warna biru, karena es-es runcing yang dikeluarkan Aredel menyebar kemana-mana membuat daun, dan semak-semak membeku. Hutan yang awalnya dipenuhi oleh suara kicauan burung, kini dipenuhi oleh suara dentuman es yang mengenai pohon, semak, dan suara erangan macan tutul yang memekikkan telinga. Aciel dan para timnya berada di balik semak-semak yang lumayan jauh dari medan pertarungan tersebut. Mereka memperhatikan elf dan macan tutul tersebut bertarung dengan seksama. Sudah hampir satu jam mereka bertarung, dan mulai terlihat bahwa keduanya yaitu Aredel dan macan tutul sudah sama-sama terlihat lelah.
Splassh… Splassh
Es-es tersebut terus menerus keluar hingga macan tutul tersebut terpojok dan tidak sengaja menginjak jebakan yang sudah dibuat oleh Aredel.
Crekk
Kaki macan tutul tersebut beku, membuatnya tidak bisa kemana-mana. Perempuan b
Ruangan laboraturium mendadak sunyi, hanya menyisakan bunyi dentingan jam yang berasal dari samping laptop. Semua anggota tim menatap layar laptop analisis itu dengan tatapan bingung, bahkan Aciel pun tidak pernah dengar tentang kodok putih. "Ketua ... apa sebelumnya pernah menemukan kodok putih?" tanya Nona Allaric. Aciel menghela nafasnya kasar, lalu menjawab, "Ini pertama kalinya aku tahu ada kodok berwarna putih."Aciel mendudukkan dirinya di kursi yang berada di depan laptop tersebut, dia menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, lalu memijat pelipisnya dengan tangan kanan sambil memejamkan matanya."Apa kita harus mencari sample lagi?" tanya salah satu orang.Aciel menggelengkan kepalanya. " Tidak perlu, besok pagi kita akan pulang dari sini."Para anggota tim terkejut, beberapa dari mereka bahkan menanyai kembali apakah Aciel yakin dengan keputusannya atau tidak. Namun, Aciel mengangguk mantap dan yakin den
Setelah Aciel mengatakan bahwa Aredel lebih cantik dari pada mermaid, suasana tiba-tiba menjadi sangat canggung. Mereka berdua menutup mulut nya masing-masing, tidak berani mengatakan sepatah katapun.Waktu terus berlalu, dan tak terasa malam sudah semakin larut. Udara diatas pohon menjadi sedikit dingin. Aciel menggesekkan kedua telapak tangannya sambil meniup-niupkan telapak tangan tersebut dengan mulutnya. Aredel yang melihat hal itu pun berinisiatif untuk mengantar Aciel pulang ke tendanya."Tidak ... Aku bisa sendiri kok. Lagi pula ini tidak terlalu jauh kan?" ujar Aciel.Aciel sebenarnya ragu, tetapi karena dari kemarin dia merasa sudah banyak merepotkan Aredel, jadi dia bilang dia bisa pulang sendiri. Aciel juga merasa bahwa energi sihir Aredel belum kembali sepenuhnya, jadi lebih baik Aredel beristirahat. "Aku pulang sendiri juga tidak apa-apa," pikir Aciel.Aredel merangkulkan tangan Aciel ke pundaknya, lalu memb
Pagi hari telah tiba, matahari sudah mulai beranjak naik ke atas langit. Aciel terbangun dari tidurnya ketika mendengar bunyi alarm dari inblet. Setelah membersihkan diri, dia mulai membereskan barang-barangnya di tenda tersebut dan memasukkannya ke dalam koper. Beberapa menit kemudian, Aciel dan timnya selesai membereskan tenda, dan barang-barang lain untuk di bawa pulang ke ibukota.Mereka semua tampak sibuk memasukkan tenda portabel tersebut ke dalam kapsul terbang mereka. "Sudah semua?" tanya Aciel pada timnya."Sudah Ketua!" seru timnya.Dengan segera, Aciel menyuruh mereka untuk segera masuk ke kapsul terbang masing-masing dan kembali ke Ibukota Alacanist. Aciel menyalakan mesin kapsul terbangnya itu, lalu melajukan benda terbang tersebut ke ibukota.Sesampainya di ibukota, Aciel melihat ke bawah dari balik jendela kemudi, melihat pemandangan kota kelahirannya tersebut. Banyak jalanan rusak yang kini sedang di perbaiki, ada cair
Aredel duduk diam memperhatikan punggung Aciel dari belakang, yang kini sedang fokus menyetir di depannya. Aredel menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, melihat isi kapsul terbang Aciel. Dinding kapsul terbang ini berwarna putih polos, dengan beberapa lampu-lampu kecil, dan jendela berbentuk lingkaran yang terdapat di kanan dan kiri sisi kapsul.“Hebat kan, aku bisa membuat kapsul terbang secanggih ini,” ucap Aciel tiba-tiba, tanpa menengokkan kepalanya ke belakang menghadap Aredel.“Iyah … mungkin itulah sebabnya kenapa manusia disebut dengan makhluk yang mengerikan,” ucap Aredel sambil melihat ke arah luar jendela.Aredel menengokan kepalanya kea rah belakang, lalu melihat ada meja kecil yang diatasnya ada kotak kecil persegi berwarna putih, microfast, lalu di bawah meja ada beberapa tas besar yang berwarna biru dan hijau.Beberapa menit berlalu, akhinya mereka mulai memasuki Ibukota Alacanist. Aredel terseny
Aciel berjalan ke arah dapur untuk membuatkan Aredel sesuatu untuk dimakan. Aciel membuka kulkas nya, lalu melihat beberapa daging dan sayuran di dalam kulkas. Dia berjalan ke meja makan berbentuk bundar yang melayang, kemudian mengambil selembar roti. Dia juga mengambil buah apel, dan pisang dari atas meja tersebut lalu memasukkannya ke dalam kotak kecil di samping kulkas. Aciel mengklik kotak tersebut, lalu beberapa menit kemudian, keluarlah buah pisang dan apel yang sudah di potong-potong. Aciel mengambil selai kacang dari kulkasnya, lalu mengoleskan selai tersebut di selembar roti.“Aciel, kau sedang apa?” tanya Aredel sambil berjalan mendekati Aciel.“Membuatkan sesuatu yang bisa dimakan untuk tamu ku,” ucap Aciel sambil menaruh potongan pisang dan apel ke atas roti yang sudah di olesi selai kacang.“Kau hanya membuat satu? Buatlah dua, karena kau juga butuh makan,” ucap Aredel sambil melihat tangan Aciel yang sibuk membu
Aciel dan Aredel turun dari kapsul terbang mereka. Aredel berlari kecil menghampiri nenek tua yang berada di sungai kecil tersebut. Nenek itu tampak seperti nenek tua lainnya, yaitu berambut putih, dan berkulit keriput. Dia memakai baju sweater tipis berwarna coklat,dengan rok bahan yang berwarna coklat juga.“Sepertinya dia pingsan,” gumam Aredel sambil mengecak deru nafas nenek tua tersebut.Aredel memeriksa tubuh nenek tua tersebut, lalu dia menemukan adanya luka memar pada pergelangan kaki nenek tua itu. Aredel menjulurkan tangannya pada pergelangan kaki nenek tua itu, lalu beberapa detik kemudian cahaya biru keluar dari telapak tangan Aredel.“Semoga ini membantu,” pikir Aredel.Luka memar pada pergelangan kaki nenek tersebut perlahan menghilang, membuat nenek tua tersebut perlahan-lahan mulai menggerakan kedua kelopak matanya.“Ugh,” lenguh nenek tua.“Aredel sepertinya dia sudah sadar,&r
Aciel membuka pintu kapsul terbangnya, kemudian keluarlah perempuan bersurai putih dari benda terbang tersebut. Setelah terbang keluar dari benda itu, Aredel menampakkan kakinya santai di atas kapsul terbang Aciel. Dia menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri melihat sekelilingnya, memperhatikan daerah sekitar rawa mencari keberadaan makhluk yang tadi membuat pepohonan tumbang. Aredel terkejut, mata berwarna hijaunya itu sontak membulat sempurna ketika melihat makhluk berwarna hijau penuh dengan lumut, dan tanaman yang merambat di sekitar tubuhnya. Makhluk tersebut berkepala botak, badannya tinggi besar seperti raksasa berukuran dua puluh meter, serta memiliki gigi taring bawah yang runcing ke atas sehingga keluar dari mulutnya. Roaaarrrr Makhluk itu mengerang marah ketika melihat Aredel yang menatapnya dengan tatapan intens. “Itu Orc, kenapa bisa makhluk itu ada di rawa?!” pekik Aredel panik. Makhluk berwarna hijau yang diseb
Aciel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan dengan pipinya yang bersemu merah, dia meminta maaf pada Aredel, “Maaf Aredel, sepertinya kita harus tidur satu tenda.”Aredel mengerjapkan kelopak matanya cepat. “Oke.”Aciel bingung, ternyata Aredel menerimanya dengan sesantai itu, dia menatap Aredel yang saat ini sedang berjalan di pinggir sungai kecil dengan mulutnya yang sedikit terbuka.“Mungkin hanya aku saja yang berpikiran aneh, ternyata Aredel lebih polos dari yang aku duga,” gumam Aciel kemudian mengeluarkan tenda portablenya.Aredel jongkok di pinggir sungai kecil tersebut, lalu mengambil air sungai itu dengan telapak tangannya. Aredel tersenyum kecil, kemdian meminum air sungai itu. “Wah segar, dan malam ini bulan purnamanya cantik sekali.” Perempuan bersurai putih itu tersenyum senang seraya melihat ke atas menghadap bulan purnama yang bersinar terang.Aciel sudah selesai dengan tendanya, l