Beranda / Fantasi / Like a Fairy Tale / 2’ Elf Perempuan

Share

2’ Elf Perempuan

Penulis: Raapoo
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-10 14:00:59

Aciel gugup, bibir dan matanya bergetar, serta tangannya yang basah karena keringat. Setelah menanyakan pertanyaan itu pada makhluk di depannya, makhluk tersebut tidak menjawab dia hanya melihat ke arah Aciel dengan tatapan khawatir.

“Kau tidak apa-apa?” tanya makhluk tersebut.

Aciel terkejut, ternyata makhluk tersebut bisa berbicara bahasa manusia. Lutut Aciel lemas, punggunya langsung bersender ke batang besar pohon dengan mata yang masih menatap makhluk yang ada di depannya ini.

Roaaar..

Erangan beruang tersebut terdengar kencang sekali, hingga membuat daun-daun dan ranting pohon kecil berjatuhan ke tanah. Aciel dan Makhluk berambut putih di hadapannya itu, langsung menengokkan kepala mereka ke arah beruang yang mengerang keras di bawah.

Roaaaarrr…..Roaaarrr

Erangan beruang terdengar lagi, hingga membuat burung-burung yang berada di pohon terbang meninggalkan hutan. Manik mata hijau milik perempuan bertelinga runcing itu menajam memperhatikan beruang tersebut dengan seksama. “Kau harus berpegangan erat di ranting ini, dan jangan bertindak gegabah.”

Aciel bergeming diam melihat makhluk perempuan yang ada di depannya ini, karena melihat wajah perempuan bertelinga runcing tersebut dari dekat yang terlihat sangat cantik lalu dengan ragu ia menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju. Perempuan bertelinga runcing tersebut pun turun dari dahan pohon. Dia menapakkan kakinya di tanah yang diikuti dengan segerombolan beruang  dengan gigi-gigi tajam mereka yang mereka tunjukkan. Beruang itu datang dari arah Kota Boneist, berlari masuk ke arah hutan menghampiri perempuan bertelinga runcing 

“Ternyata, beruang tersebut memanggil teman-temannya,” gumam Aciel.

Perempuan bertelinga runcing tersebut pun mulai bergerak cepat lagi, lalu ia mengangkat tangan kanannya yang membuat batu-batuan serta dahan-dahan pohon besar terangkat dari tanah lalu mulai terlempar ke arah beruang tersebut.

Bukk.. Bukk..

Batu-batuan dan dahan pohon besar tersebut berhasil mengenai tubuh beruang raksasa sehingga membuat beruang tersebut geram.  Mereka merasa seperti dipermainkan oleh makhluk yang menyerangnya karena mereka tidak bisa menyerang makhluk tersebut tetapi makhluk tersebut menyerang mereka bertubi-tubi. Makhluk tersebut memperlambat gerakannya, dia mulai mengangkat tangan kanannya lagi, ranting besar nan runcing yang berada di tanah mulai terangkat di udara, lalu dalam sekejap dia menembakkan ranting besar tersebut ke paha salah satu beruang.

Jleb

Beruang tersebut berteriak kesakitan, karena ada ranting besar yang menancap di kakinya. Sedangkan beruang-beruang yang lain, bertambah marah lalu menyerang makhluk tersebut dengan brutal. Beruang-beruang itu lari ke arah perempuan bertelinga runcing lalu menyerangnya dengan cakar-cakar beruang yang tajam. Perempuan bertelinga runcing dengan gesit menghindari serangan dari para beruang yang menyerangnya.

Sett.. Sett..

Setelah merasa para beruang itu kelelahan dan serangan mereka melambat, perempuan bertelinga runcing itu memperlambat gerakannya lagi. Kali ini lebih lambat dari yang sebelumnya lalu beberapa detik kemudian, dia mengangkat kedua tangannya ke langit yang membuat dua buah batu besar mengapung diatas kepalanya lalu dengan cepat dia melemparkan batu tersebut ke arah beruang lainnya.

Bukk..bukk..bukk..

Batu-batuan tersebut mengenai kepala badan, kepala, serta perut beruang sehingga membuat beruang-beruang tersebut mengerang kesakitan. Lalu, dengan raungan kencang mereka semua berlari masuk kedalam hutan.

“Haaah… haah.”

Hembusan napas berat terdengar keluar dari bibir mungil perempuan bertelinga runcing itu, dia terlihat lelah lalu mendudukan dirinya di tanah. Setelah merasa lebih baik, makhluk tersebut pun lompat ke atas pohon, lalu menapakkan kakinya di dahan pohon berhadapan dengan pria berambut merah berada. “Pulanglah, ini terlalu berbahaya untuk manusia.”

Aciel terkejut mendengar perkataan perempuan bertelinga runcing di depannya lalu dengan cepat dia membantah perkataan perempuan bertelinga runcing itu. “Tapi Kerajaan Cartenzeul sedang diserang dan aku bertanggung jawab untuk menyelidikinya!”

“Ini di luar kemampuan mu, kalau aku tidak ada kau sudah mati di makan beruang tadi.” Perempuan bertelinga runcing tersebut merangkulkan tangan pria berambut merah tersebut ke pundaknya lalu membawanya turun dari pohon. “Ya kau benar, kau hebat sekali bisa memukul mundur mereka kalau boleh aku tahu kau siapa? Makhluk apa kau?”

Perempuan bertelinga runcing tersebut tertawa kecil lalu melepaskan rangkulan tangan Aciel dari pundaknya. “Hahaha … bukankah kau sudah bertanya itu tadi tuan? Kenapa bertanya lagi jika sudah tahu jawabannya?”

“Ah ... jadi kau benar elf.” Aciel bergumam kecil.

“Aku pergi dulu kau segeralah pulang,” ucap elf itu.

“Hei!! Tunggu dulu aku masih banyak pertanyaan!” teriak Aciel pada elf itu namun percuma saja karena elf tersebut telah berlari masuk ke dalam hutan.

“Cepat sekalih sih,” keluh Aciel.

Aciel mendudukkan badannya di tanah, lalu bersandar pada pohon besar yang baru saja ia naiki bersama elf itu. Mata Aciel berat sekali, dia terlalu lelah karena semalam tidak tidur dan hari ini harus melalui hal yang berat. Aciel mulai memejamkan matanya, lalu dalam hitungan detik dia tertidur lelap.

Beberapa menit kemudian, Tim Penyelidikkan Aciel  masuk ke dalam hutan untuk mencari ketua mereka. Mereka sempat melihat kalau kapsul terbang Aciel dilempar oleh beruang raksasa itu ke dalam hutan, mereka semua ingin membantu Aciel tetapi warga Kota Boneist membutuhkan bantuan mereka. Setelah mencari-cari Aciel akhirnya mereka menemukan Aciel yang sedang tidur bersandar di pohon.

Hari sudah mulai gelap, dengan segera mereka mendirikan tenda di tempat Aciel tertidur. Mereka mengeluarkan tenda portable berbentuk bulat kecil, lalu dengan sekali klik tenda tersebut mengeluarkan tiang besi panjang yang langsung menancap ke tanah lalu di ujung tiang tersebut ada lingkaran berdiameter empat meter cukup untuk dua orang didalamnya.

Tenda tersebut jika dilihat dari atas nampak seperti permen raksasa yang gagangnya menancap ke dalam tanah. Salah satu orang dari tim tersebut merangkul tubuh Aciel lalu berjalan mendekati tenda. Dia mengetuk tiang besi panjang tersebut, dan dengan cepat dari atas ada seutas tali yang tebal namun kokoh lengkap dengan pegangan tangan. Orang tersebut memegang tali tersebut, lalu menarik nya sedikit dan dengan cepat tali itu menarik mereka berdua ke dalam tenda.

Malam sudah menunjukkan pukul sembilan tetapi Aciel belum juga bangun, hal tersebut membuat orang-orang dalam timnya sangat khawatir. Mereka tiada hentinya masuk ke dalam tenda Aciel untuk mengecek apakah Aciel baik-baik saja atau apakah dia sudah sadar.

“Ketua belum sadar?” tanya salah satu orang di timnya.

“Belum … sudah aku cek dia tidak pingsan dia hanya tertidur,” jawab salah satu orang.

“Ya mungkin saja dia kelelehan menghindari beruang raksasa itu jadi dia tidur nyenyak,” ujar salah satu orang.

“Tapi aku penasaran, apa ya kira-kira yang membuat ketua bisa selamat? beruang itu kan besar sekali rasanya seperti mustahil selamat dari beruang itu,” tanya salah satu orang di timnya.

Percakapan mereka pun berlanjut sampai jam sebelas malam, sambil menyiapkan makan malam mereka sambil mengobrol ringan bercerita tentang kejadian beruang tadi atau menceritakan hal yang lain. Sedangkan di dalam tenda Aciel, Aciel terlihat mulai mengerjapkan matanya. Dia membuka matanya perlahan, mengusapnya dengan tangan sambil menguap.

Aciel menguap lalu mengusap kedua matanya menggunakan tangan. “Hoaam … jam berapa ini?”

Jam menunjukkan pukul 11:15 pm Aciel duduk di kasurnya, lalu merenggangkan otot-otot nya yang kaku sehabis bangun tidur.

“Pasti tim ku yang membawa ku ke tenda,” pikir Aciel.

Aciel beranjak dari kasurnya, lalu pergi ke kamar mandi mini yang berada di dalam tenda. Dia membasuh mukanya untuk menghilangkan kantuk di matanya. “Oh iya, tentang elf itu apa aku harus memberitahukannya pada mereka?”

Aciel kembali melihat pantulan dirinya dari cermin lalu berkata, “Tidak mereka pasti akan menganggap aku gila mana ada orang yang percaya pada elf? Aku harus merahasiakannya.”

Aciel keluar dari kamar mandi, lalu turun dari tendanya menghampiri timnya yang sedang membuat makan malam. Mereka menyambut Aciel, dan menanyakan Aciel bagaimana keadaannya lalu menyuruhnya untuk segera makan agar tetap sehat.

“Ketua bagaimana bisa selamat dari kawanan beruang itu?” tanya salah satu orang.

“Tentu saja dengan ke jeniusan ku!” ucap Aciel dengan senyum percaya diri.

Semua timnya tertawa melihat ketua mereka yang ramah dan suka bercanda itu.

“Padahal mustahil sekali lho bisa menghindari beruang raksasa tersebut dibutuhkan kekuatan super atau mungkin kau harus menjadi seorang vampire dulu baru bisa selamat,” saut salah satu orang.

“Uhukk … uhukk.”

Mendengar hal tersebut, Aciel tersedak karena terkejut bahwa dugaan yang dilontarkan oleh salah satu timnya itu nyaris benar.

“Hei jangan terlalu banyak mengkhayal makhluk seperti vampire, werewolf, elf, atau peri itu tidak ada. Sekalipun ada lebih baik kita mencari mereka untuk membantu kita karena susah sekali rasanya menghadapi beruang atau serigala raksasa itu,” jawab salah satu orang.

Mendengar pernyataan dari salah satu timnya, Aciel langsung mendapatkan sebuah ide yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ini.

“Benar juga kalau aku mengajaknya bekerja sama apakah dia mau?” batin Aciel.

Bersambung..

Bab terkait

  • Like a Fairy Tale   3’ Kerja sama

    Keesokan paginya Tim Aciel mulai menelusuri Hutan Borneove, Hutan tersebut damai sekali, hanya terdengar suara langkah kaki dari para anggota tim, dan kicauan suara burung dari pohon-pohon. Mereka menelusurinya mulai dari daerah timur yaitu daerah yang banyak pohon pinus karena daerah timur hutan ini merupakan dataran tinggi. Semua anggota tim sibuk mencari jejak-jejak yang ditinggalkan oleh binatang raksasa yang menyerang kemarin, ada yang memeriksa tanah, ada yang memeriksa semak-semak, dan ada yang memeriksa pepohonan. Sementara itu, Aciel sibuk dengan Inblet nya dia membaca sesuatu di dalam benda kota transparan itu. “Tidak ada penyerangan dari serigala raksasa kemarin malam, ini aneh sekali semoga kau menemukan sesuatu disana. Dari Tuan Owen,” gumamnya sambil melihat isi pesan yang diberikan Tuan Owen padanya. Aciel merenung sejenak, memikirkan kenapa hewan tersebut tidak menyerang kota Alacanist semalam. “Apakah karena serangan serigala tadi sore?”

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • Like a Fairy Tale   4’ Tentang Aredel

    Keesokan harinya, Tim Penyelidikan Aciel kembali mencari sample-sample yang bisa mereka teliti. Mereka masih menelusuri Hutan Borneove bagian timur namun, bedanya kali ini mereka lebih memfokuskan pencarian di daerah bebatuan. Setelah berjam-jam mencari, akhirnya mereka menemukan sesuatu yaitu bercak air liur. Air liur tersebut diambil, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi. Mereka kembali melakukan pencarian lagi selama berjam-jam tetapi kali ini, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Hari sudah semakin siang, matahari sudah berada tepat diatas kepala mereka. Meskipun mereka berada di dalam hutan, tetapi panas dari sinar matahari, ditambah dengan kelelahan mencari sample membuat mereka lemas. Aciel pun memutuskan untuk istirahat sejenak dan makan siang.“Sebaiknya kita makan siang dulu,” ujar Aciel.“Siap Ketua!” jawab anggota Tim Penyelidikan.Setelah makan siang, mereka melanjutkan pencarian tetapi kali ini Aciel tidak ikut mencari sample.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Like a Fairy Tale   5’ Gangguan saat Pencarian

    Laptop analisis menunjukkan hasil analisisnya di layar, sontak membuat para tim penyelidikan terkejut karena hasilnya tidak sesuai dengan dugaan mereka.“Kenapa bisa seperti ini?” tanya Aciel lemas sambil melihat ke layar laptop yang bertuliskan, “Air Liur Serigala Abu-abu” dan “Bulu Beruang Grizzyly”.Orang-orang yang berada di tim tersebut menghembuskan napasnya kasar.“Jadi selama ini pencarian kita sia-sia?” saut salah satu orang.Aciel mendudukkan dirinya di kursi, lalu menyenderkan punggungnya di senderan kursi tersebut. Dia menghela napasnya berkali-kali sambil memijat pelipisnya dan berkata, “Baiklah mari kita lanjutkan sampai dua hari ke depan, jika tidak ada hasil kita kembali ke Alacanist.”Semua orang menyetujui pendapat Aciel, kemudian Aciel menyuruh mereka semua untuk istirahat hari ini di tenda masing-masing karena besok mulai mencari sample-sample lagi. Aciel kembali ke ten

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • Like a Fairy Tale   6’ Gangguan saat Pencarian pt.2

    Aciel dan Aredel masih diam bergeming menatap kosong ke depan, setelah melihat ular raksasa yang mereka bunuh menghilang begitu saja karena ada lingkaran sihir berwarna hitam yang tiba-tiba muncul. Kaki Aredel lemas, otot-otot nya sedikit kaku karena terkena bisa ular yang lumayan banyak di kakinya tadi. Bukk.. Aredel terjatuh ke belakang namun, Aciel dengan sigap menangkap tubuh mungil milik Aredel itu. “Ah … maaf,” lirih Aredel lalu berusaha berdiri dengan kakinya. “Kau tidak apa-apa?” tanya Aciel khawatir lalu merangkulkan tangan Aredel ke pundaknya. “Tidak apa-apa hanya butuh istirahat,” jawab Aredel. Aciel menuntun Aredel ke tendanya lalu berkata, “Istirahat dulu di tenda ku, nanti kau boleh pulang saat sudah baikan.” “Ah … tidak usah aku masih sanggup untuk pulang kok,” ucap Aredel sambil mendorong tubuh Aciel yang merangkulnya, namun sayang tubuh Aredel lemas lalu kembali terhuyung ke belakang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Like a Fairy Tale   7’ Hadiah

    Hutan yang awalnya dipenuhi warna hijau di dedaunan dan semak-semaknya kini sudah di penuhi dengan warna biru, karena es-es runcing yang dikeluarkan Aredel menyebar kemana-mana membuat daun, dan semak-semak membeku. Hutan yang awalnya dipenuhi oleh suara kicauan burung, kini dipenuhi oleh suara dentuman es yang mengenai pohon, semak, dan suara erangan macan tutul yang memekikkan telinga. Aciel dan para timnya berada di balik semak-semak yang lumayan jauh dari medan pertarungan tersebut. Mereka memperhatikan elf dan macan tutul tersebut bertarung dengan seksama. Sudah hampir satu jam mereka bertarung, dan mulai terlihat bahwa keduanya yaitu Aredel dan macan tutul sudah sama-sama terlihat lelah.Splassh… SplasshEs-es tersebut terus menerus keluar hingga macan tutul tersebut terpojok dan tidak sengaja menginjak jebakan yang sudah dibuat oleh Aredel.CrekkKaki macan tutul tersebut beku, membuatnya tidak bisa kemana-mana. Perempuan b

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Like a Fairy Tale   8’ Cerita Dongeng

    Ruangan laboraturium mendadak sunyi, hanya menyisakan bunyi dentingan jam yang berasal dari samping laptop. Semua anggota tim menatap layar laptop analisis itu dengan tatapan bingung, bahkan Aciel pun tidak pernah dengar tentang kodok putih. "Ketua ... apa sebelumnya pernah menemukan kodok putih?" tanya Nona Allaric. Aciel menghela nafasnya kasar, lalu menjawab, "Ini pertama kalinya aku tahu ada kodok berwarna putih."Aciel mendudukkan dirinya di kursi yang berada di depan laptop tersebut, dia menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, lalu memijat pelipisnya dengan tangan kanan sambil memejamkan matanya."Apa kita harus mencari sample lagi?" tanya salah satu orang.Aciel menggelengkan kepalanya. " Tidak perlu, besok pagi kita akan pulang dari sini."Para anggota tim terkejut, beberapa dari mereka bahkan menanyai kembali apakah Aciel yakin dengan keputusannya atau tidak. Namun, Aciel mengangguk mantap dan yakin den

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Like a Fairy Tale   9’ Hidup Seorang Elf

    Setelah Aciel mengatakan bahwa Aredel lebih cantik dari pada mermaid, suasana tiba-tiba menjadi sangat canggung. Mereka berdua menutup mulut nya masing-masing, tidak berani mengatakan sepatah katapun.Waktu terus berlalu, dan tak terasa malam sudah semakin larut. Udara diatas pohon menjadi sedikit dingin. Aciel menggesekkan kedua telapak tangannya sambil meniup-niupkan telapak tangan tersebut dengan mulutnya. Aredel yang melihat hal itu pun berinisiatif untuk mengantar Aciel pulang ke tendanya."Tidak ... Aku bisa sendiri kok. Lagi pula ini tidak terlalu jauh kan?" ujar Aciel.Aciel sebenarnya ragu, tetapi karena dari kemarin dia merasa sudah banyak merepotkan Aredel, jadi dia bilang dia bisa pulang sendiri. Aciel juga merasa bahwa energi sihir Aredel belum kembali sepenuhnya, jadi lebih baik Aredel beristirahat. "Aku pulang sendiri juga tidak apa-apa," pikir Aciel.Aredel merangkulkan tangan Aciel ke pundaknya, lalu memb

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Like a Fairy Tale   10’ Adik Perempuan Aciel

    Pagi hari telah tiba, matahari sudah mulai beranjak naik ke atas langit. Aciel terbangun dari tidurnya ketika mendengar bunyi alarm dari inblet. Setelah membersihkan diri, dia mulai membereskan barang-barangnya di tenda tersebut dan memasukkannya ke dalam koper. Beberapa menit kemudian, Aciel dan timnya selesai membereskan tenda, dan barang-barang lain untuk di bawa pulang ke ibukota.Mereka semua tampak sibuk memasukkan tenda portabel tersebut ke dalam kapsul terbang mereka. "Sudah semua?" tanya Aciel pada timnya."Sudah Ketua!" seru timnya.Dengan segera, Aciel menyuruh mereka untuk segera masuk ke kapsul terbang masing-masing dan kembali ke Ibukota Alacanist. Aciel menyalakan mesin kapsul terbangnya itu, lalu melajukan benda terbang tersebut ke ibukota.Sesampainya di ibukota, Aciel melihat ke bawah dari balik jendela kemudi, melihat pemandangan kota kelahirannya tersebut. Banyak jalanan rusak yang kini sedang di perbaiki, ada cair

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28

Bab terbaru

  • Like a Fairy Tale   88' New Seasons (END)

    Sejak Aredel kembali, keadaan Aciel dan Rayzeul berubah. Mereka nampak lebih semangat, dan sering tertawa bersama. Kekhawatiran mereka akan keadaan perempuan bersurai putih itu menghilang. Karena dia telah kembali, dan bahkan sudah melakukan banyak hal berempat. Seperti berjalan-jalan, mencari sesuatu yang aneh di hutan, atau mencoba penemuan baru Rayzeul. Pip Pip Pip “Dalam hitungan ketiga … dia akan meledak. Satu dua ….” Dor Semua orang bertepuk tangan. Termasuk Aciel dan Aredel. Mereka layaknya kedua orang tua yang bangga saat melihat Rayzeul dan Irimie sedang mendemontrasikan alat buatan mereka. “Mereka keren!” seru perempuan bersurai putih itu dari kejauhan. “Mereka pasti berhasil! Kalau begitu ayo!” Grep Pria bersurai merah itu menarik tangan Aredel. Dia tertawa, seraya membawa perempuan cantik bersurai pendek itu ke suatu

  • Like a Fairy Tale   87’ Into the new world

    Satu bulan kemudian.Hari-hari yang dijalani Aciel sangat berat.Bukan hanya tentang Aredel yang belum kembali, tapi juga tentang pekerjaannya yang bertambah. Akibat adanya perang kemarin, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.Misalnya mengembangkan senjata baru, mini jet untuk perang, dan menjinakan robot-robot perang kemarin agar bisa digunakan kembali.Tentu saja dia tidak sendiri melakukan hal itu. Bersama dengan timnya yang lain, dan Irimie serta Rayzeul yang membuat amunisi-amunisi seperti bom.Dar “Dasar ahli kimia menyebalkan! Sudah aku bilang jangan coba-coba dulu dengan senjata itu!”Aciel berteriak marah. Lantaran pistol gel merahnya meledak begitu saja ketika Irimie dan Rayzeul menambahkan sesuatu.“Kita kan sedang ingin mencoba! Siapa tahu berhasil bukan?” tanya Irimie kesal.“Lihat … apakah itu berhasil? Kau membuatnya menjadi potongan be

  • Like a Fairy Tale   86’ Yang Seharusnya Terjadi

    “Aredel! Hei bangun! Kau tidak bisa meninggalkanku!”Suara teriakan pria bersurai merah itu menggema di medan pertempuran.Dia putus asa. Terus menerus meneriaki nama Aredel. Meskipun si empunya hanya bisa diam bergeming. Tanpa menyahut sekalipun.“Kau bilang akan hidup selamanya … tapi kenapa hanya dengan tertusuk pisau saja kau sekarat begini huh?!”Aciel tidak terima. Dia terus menggenggam tangan Aredel yang kini tengah diobati oleh Rayzeul.“Aciel … kau harus menerimanya. Itu bukanlah pisau biasa, pisau it---“ ucapan Ratu Tauriel terputus.“Aku tidak peduli! Seharusnya dia bisa hidup selamanya! Aku mau di---“BughRayzeul meninju pipi Aciel kencang. Pria bersurai merah itu diam, tak bisa berkata-kata. “Dasar sialan! Bisakah kau diam?! Bukan hanya kau yang bersedih di sini! Apakah kau tidak membayangkan bagaimana sedihnya Ibu Aredel?!”

  • Like a Fairy Tale   85’ Perpisahan

    “Aredel … kenapa aku merasa telingaku gatal ya?” tanya Aciel tiba-tiba.“Di sebelah mana?”“Kiri … apakah mungkin?”Aredel tertawa. Dia menidurkan tubuhnya di atas rumput hijau sambil menatap jutaan bintang di langit. “Ada yang membicarakan hal buruk tentangmu.”“Siapa yang berani membicarakanku?!” Aciel kesal. Dia melipat tangannya di dada sambil menatap datar Aredel.“Mungkin Irimie dan Rayzeul sedang membicarakanmu sekarang.” Perempuan bersurai putih itu menarik tangan Aciel lembut. Agar dia berbaring di sebelahnya.“Bagaimana bisa? Ugh aku tidak suka melihat adikku berdekatan dengan Rayzeul!” ujar Aciel kesal sambil merebahkan dirinya di samping Aredel.“Kenapa? Kau cemburu?”“Tidak. Aku hanya takut kalau Irimie akan menyukainya. Bagaimana kalau nanti Rayzeul mengkhianati adikku?” Wajah Aciel nampak kesa

  • Like a Fairy Tale   84’ Makan Malam

    Serpihan bintang langit malam menghiasi latar belakang kedua insan yang tengah bercengkrama, membuat makan malam di pinggir air terjun ini menjadi romantis.Perempuan bersurai putih itu kesusahan. Ini pertama kali untuknya memasakkan sebuah hidangan.Bahkan jika diingat terakhir kali, dia lupa kapan pernah masak.“Aku tidak bisa masak Aciel,” ujar Aredel pasrah sambil terus membersihkan sisik ikan.“Aku tahu. Kalau begitu kau harus belajar masak dengan Irimie.” Aredel menghela napasnya kasar. Mendengar pria bersurai merah itu menjawab sesuatu yang tidak mungkin, terdengar sangat menyebalkan di telinganya.“Dia tidak ada di sini. Bisakah kita langsung meminta saja makanan jadi? Daripada aku harus susah-susah membuatkanmu makanan,” keluh Aredel kesal dengan bibirnya yang mengerucut gemas.“Lihat betapa menggemaskannya dia,” batin pria bersurai merah itu senang.Aciel tertawa lalu menghampi

  • Like a Fairy Tale   83’ Irimie dan Rayzeul

    ZrasshHujan turun di seluruh Kerajaan Cartenzeul. Seperti tanda berkah dan kesedihan karena perang balas dendam ini telah berakhir. Mereka semua yang berada di medan perang satu persatu kembali, ke rumah mereka masing-masing.“Kau akan pulang ke kerajaan elf?” tanya Irimie sok akrab dengan Rayzeul.Pria bersurai putih itu mengangkat bahunya cuek. “Entahlah. Aku juga tidak tahu harus ke mana sekarang. Aku ingin kembali ke rumahku di Hutan Lhokove tapi rasanya malas.”“Bagaimana kalau kau tinggal di sini? Aku dengar kau mempunyai kemampuan kimia yang hebat? Kau bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dengan kemampuan itu di kerajaan kami.”Seseorang dari belakang berbicara.Perempuan anggun bersurai kuning keemasan tersenyum ramah. Menatap pria bersurai putih itu lembut.“Tuan Putri ingin merekrutku?” tanya Rayzeul tanpa basa-basi.Putri yang kerap disapa Aurora itu mengangg

  • Like a Fairy Tale   82’ Mimpi indah Aciel

    Sesaat setelah Aredel mengucapkan kata-kata itu. Mulut Tauriel terbuka.Dia ikut bernyanyi, bersama para peri dengan bahasa kuno yang tidak Aredel mengerti.Cahaya terang mulai kembali keluar dari lingkaran sihir di bawah mereka.SplashDan sesaat setelah cahaya itu redup, Aredel pingsan. Dia terbaring lemas di sebelah kekasihnya, Aciel.Kedua tangan Ratu nampak sibuk. Tangannya bergerak, menyentuh dada Aredel dan Aciel.Cahaya berwarna biru muda keluar dari dada Aredel.Suara nyayian Tauriel dan para peri terdengar semakin ramai. Cahaya tersebut terbang, melayang halus di udara.Para peri yang menari itu nampak bahagia sambil menyentuh cahaya berbentuk bulat itu. Mereka membawa cahaya itu hingga mendarat tepat di dada Aciel.“Bagus … empat kali lagi,” batin Tauriel.Mereka melakukan hal tersebut berulang kali, hingga akhirnya sampai di ketiga kalinya.Para peri berhenti menyanyi

  • Like a Fairy Tale   81’ Pertukaran Nyawa

    “Apa itu benar?” tanya Aredel dengan manik hijau yang bergetar. Perempuan bersurai hitam nan anggun dan berwajah tegas itu menghampiri Aciel. Dia berjongkok dan meletakkan tangannya di kening pria bersurai merah itu. Sudut bibirnya naik lalu melirik ke arah Aredel dan Tauriel. “Kalian harus cepat. Waktunya tidak lama lagi,” ujar Nyram dengan wajah datar. Bola mata Aredel membesar. Dia memegang erat kedua tangan Tauriel, sambil berjongkok di depannya. “Aku tidak apa-apa. Tolong berikan saja nyawaku pada Aciel. Aku tidak bisa membiarkannya mati begitu saja.” Tauriel menatap penuh ragu elf yang sudah dia anggap seperti anaknya itu. Dia menggeleng pelan sambil menatap dalam manik hijau Aredel. “Setelah aku pikir-pikir ulang … sepertinya tidak. Apakah kau memikirkan bagaimana nasib ibumu nanti saat mendengarmu koma?” lirih Tauriel. Manik hijau Aredel membulat. “Koma? Jadi kau tidak mati?” tanya Aredel lagi. “Tidak. Tapi kau sulit un

  • Like a Fairy Tale   80’ Pembalasan

    Perempuan bersurai putih itu melesat cepat. Dia sudah bertekad untuk membebaskan Morie dari kurungan yang dibuat Ratu Tauriel.“Aku harus menyelamatkan Aciel! Harusnya aku yang terkena tombak es itu bukannya kau!” teriak Aredel dalam hati.Tubuh mungilnya meliuk-liuk handal. Dengan tekad sekeras baja, dan rasa penyesalan sebesar matahari … Aredel berjanji akan menyelamatkan Aciel.“Aku tidak bisa membiarkan Aciel mati karena kelalaianku,” batin perempuan bersurai putih itu.PyuhHembusan angin tornado tak membuat langkah perempuan cantik itu gentar. Dia mengeluarkan sihir yang baru dia pelajari dari Ratu Tauriel. Yaitu membuat tubuh menjadi tembus apapun. Sehingga tidak ada serangan yang bisa mengenai tubuhnya.Perempuan itu menghembuskan napasnya perlahan. Aliran energi sihirnya yang terasa sejuk mulai menyebar dari atas kepala hingga ke ujung kaki.PyuhDia berhasil.Tor

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status