Di tengah suasana kamar yang temaram Eito terbangun, ia berbalik melihat ke sekeliling kamar, ia menyadari bahwa sekarang dia berada di kamarnya. Di sana tidak ada yang berubah sama sekali furniturnya masih tetap sama seperti saat dia meninggalkan mansion ini. “Tenanglah, semuanya akan membaik seiring waktu, walau Eito bukan anakku tapi aku tetap menyayanginya.” “Kenapa ayah tidak bisa sedikit luluh pada Eito? Kenapa dia bersikap kasar sedangkan dia bisa bersikap baik pada Sebastian, kenapa, kenapa?” Suara Jesslyn menggema hingga ke kamar Eito, ia tertunduk saat mendengarnya, perasaannya sungguh campur aduk, ia tidak tahu apa yang harus dia lakukannya sekarang. Rasanya dia tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini, kebenaran yang terungkap sangat melukainya, walau dia bukan anak kecil lagi tapi tetap saja semua hal itu tetap menyakitinya. “Kenapa semuanya berakhir seperti ini? Aku kira aku anak kandung ayah tapi nyatanya, aku anak
“Apa yang terjadi pada Anda Tuan?” Sebastian segera menghampiri Emilio yang berjalan masuk ke dalam. Sebastian mengingat kembali luka memar yang ada di wajah renta Joseph, ia berpikir jika ini semua ada kaitannya dengan wajah Joseph, semakin dia berpikir semakin sempit kesimpulan yang dia dapatkan karena ia tahu betul dia tidak akan memukul Joseph yang notabenenya adalah pengasuhnya sejak dia kecil. “Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa seperti ini? tadi aku bertemu dengan Tuan Joseph, dia juga memiliki memar yang cukup besar di wajahnya,” Sebastian kembali bertanya dengan tidak sabar berharap kali ini dia mendapatkan jawabannya. Dari arah pintu tampak Elijah bersama dengan seorang pelayan masuk membawakan camilan serta teh. Emilio melirik ke arah Elijah yang tengah menggendong Stela di pangkuannya. Lalu berbalik ke arah Ezra yang melongo karena tidak mengerti dengan apa yang keduanya bicarakan. “Istriku, apa kau bisa membawa
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa wajahmu dan juga wajah Tuan Joseph seperti ini? katakan padaku siapa yang telah melakukannya?” Sebastian sudah kehilangan kesabarannya. “Diamlah, aku tidak ingin mendengar celotehanmu itu, jadi tutup mulutmu itu.” Seketika ruangan pun hening, Sebastian sudah tidak bicara lagi, dia memilih diam ketika Emilio menyuruhnya untuk berhenti bicara. Ia memicingkan ujung matanya, melihat Emilio yang berjalan menuju jendela yang tinggi dan besar itu. Dia berdiri di sana beberapa saat sampai akhirnya dia beralih kembali ke arah Sebastian yang sudah menunggu jawaban darinya. Sebastian menatapnya lekat, ia tidak mau melewatkan sedikitpun gerakan yang dilakukan oleh Emilio, di sana suasananya cukup canggung. Setelah tiga puluh menit berlalu akhirnya Sebastian sudah tidak tahan lagi ia mulai membuka kembali percakapannya. “Sampai kapan kau akan diam seperti ini?” “Tenanglah,” ucapnya datar.
Seminggu kemudian. Hari yang di tunggu pun tiba dimana pesta pernikahan Sebastian dan Ezra diselenggarakan, pesta itu sangat meriah walau tidak mengundang banyak tamu. Keluarga besar Louis ayah dari Ezra hampir semuanya datang mereka menyelamati keduanya dengan suka cita. Selesai dari pesta pernikahan keduanya pun pamit, karena dia tidak membawa Stela jadi keduanya sedikit buru-buru karena Stela sedang demam, setelah berpamitan keduanya pun meninggalkan area pesta. Emilio menyetir sendiri, mobil Maybach melaju di antara padatnya kendaraan di jalanan pusat kota. Elijah dengan santai bicara pada Emilio. “Aku penasaran dengan awal pertemuan Tuan Sebastian dan juga Nona Ezra, apa kau tahu tentang awal mula hubungan mereka berdua?” Setelah mendengar hal itu, Emilio sama sekali tidak heran, nadanya datar. “Yang aku tahu saat itu hanya sebuah kesalahpahaman semata, Sebastian dipukuli oleh orang-orang suruhan Ezra hingga dia be
Setelah Elijah selesai mengurus prosedur rawat inap, Sebastian menyeretnya untuk pergi melakukan pemeriksaan. Rayn membaca setiap laporan pemeriksaan tidak ada masalah yang berarti. “Untungnya, semuanya hanya luka ringan pada kuliy, cukup mendatangi spesialis untuk dilakukannya pembersihan, dan pengobatan pada luka.” “Dia dilindungi oleh Emilio dalam pelukannya, tentu saja tidak apa-apa.” Earnest melontarkan sebeuah kalimat debelum berbalik dan berjalan keluar dari kantor Rayn. Elijah merapatkan bibir tipisnya dengan erat, menundukkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa, wajahnya tampak canggung. “Jangan merasa kesal. Tuan Earnest memang seperti itu, tapi sisi lainnya cukup lembut dan hangat.” Rayn sedikit mengulas senyum padanya. Elijah melengkungkan bibirnya, dia tentu mengerti, Earnest pasti sangat khawatir pada putra yang begitu berbakat dalam segala bidangnya. Kalau dia memang sinis padanya dia tidak akan mengikutiny
“Salahku, aku seharusnya bangun lebih awal,” Emilio setengah memeluknya, menghiburnya dengan hangat. Setelah akhirnya Elijah berhenti menangis, dia bertanya dengan khawatir. “Bagaimana denganmu, apa kamu terluka?” Semenjak bangun, dia sangat khawatir . kekhawatirannya yang terbesar adalah Elijah tidak terlindungi dengan baik. “Aku baik-baik saja,” ia menggelengkan kepalanya, air matanya berlinangan lagi. “Anda melindungiku dengan mempertaruhkan nyawamu, bagaimana mungkin terjadi sesuatu padaku?” “Dasar bodoh! Aku ini suamimu, jika aku tidak melindungimu, siapa yang harus aku lindungi?” Emilio memberinya senyuman hangat. Elijah menangis lagi, air matanya bak banjir yang memecahkan tanggul, tidak bisa dikendalikan. Dia tiba-tiba mengangkat wajahnya dan langsung mencium bibir tipis pria dingin di depannya. Ciuman ini memiliki sentuhan rasa asin. Rasa dari air mata yang mengalir ke mulut. Kali ini, giliran Emilio yang dicium hingga ter
Ketika Emilio tidak sadarkan diri, di sisi lain Seastian juga tidak santai, padahal saat ini dia baru saja menyandang gelar pengantin baru, tidak menyusutkan keinginan serta kewajiban yang dipikul di pundaknya. Dia memerintahkan orang untuk menangkap istri serta putra pemabuk itu. Baginya menangkap kedua orang ini sungguh tidak sulit, hanya saja, ketika diinterogasi sangat sakit kepala. Seorang anak berusia enam tahun hanya bisa menangis, dia tidak mengerti apa pun, wanita itu adalah wanita galak, dia selalu menangis dan berteriak memakinya, sehingga membuatnya sakit kepala.lebih baik tidak bertanya lagi, langsung menyuruh orang untuk mengikat ibu dan anak itu ke atas atap bagunan hotel yang belum selesai di bangun. “Biarkan mereka berada di sini ditiup angin dan melihat pemandangan lebih dulu.” Sebastian selesai memberi perintah, tidak lupa ia berpesan lagi. “Ikat mereka dengan kuat, jangan biarkan mereka lepas sebelum masalah terselesaikan, j
Dia membuka matanya, pada pandangan pertama yang dilihat adalah wajah Elijah yang agak kurusan, matanya merah seperti anak kelinci. Sorot matanya sendu, seakan lelah telah menunggu cukup lama. “Elijah,” Emilio memanggilnya dengan suara serak, perlahan-lahan mengangkat tangannya, menyentuh wajahnya dengan lembut, tangan Elijah segera menangkap tangan Emilio, menempelkannya di wajah, air matanya sekali lagi mengalir keluar. “Tuan, Anda sudah bangun?” Elijah mengangkat sudut bibirnya. Tersenyum seraya berkata dengan suara seraknya. “Uhm,” Emilio menjawabnya dengan lemah. “Maaf sudah membuatmu khawatir.” Air matanya luruh bersamaan dengan rasa bahagia karena Emilio telah siuman dari komanya. Ia menggelengkan kepalanya seraya berkata. “Aku tahu anda pasti akan bangun, Anda tidak akan meninggalkan aku sendirian, kan? Tuan, Anda masih berjanji untuk memasakkan aku makanan saat tiba di rumah.” “Dasar, kau ini,” Emilio menyetil d