Di ruang tamu Jhony wang menyandarkan tubuhnya di sofa kepalanya menengadah ke atas, mencoba mencari solusi untuk permasalahan keluarganya. Dia tahu betul jika Tuan muda Emilio sangatlah kejam, setelah membuat istri dan anaknya dalam bahaya dia tidak mungkin membiarkan masalah itu selesai dengan hanya memecat dirinya dari perusahaan tempatnya bekerja. Jhony Wang menatap Hana yang menunduk tubuhnya sedikit gemetar.
“Hana, sebaiknya kau meninggalkan rumah.” Hana mendongak,ia tidak percaya jika ayahnya sendiri tega mengusirnya dari rumah.
“Apa? Bagaimana bisa ayah mengusirku seperti ini?” Hana tidak terima.
“Kau tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Tuan muda Emilio. walau kau hanya mendengar namanya tanpa tahu rupa nya seharusnya kau tahu bahw
Satu bulan kemudian. Hana Wang hidup dalam pelarian dia sangat ketakutan. Emilio bukannya tidak bisa menangkapnya tetapi ia sengaja mengulur waktu mencoba membalas perlakuannya lebih kejam dari apa yang dilakukannya pada istri dan anaknya. Emilio hanya menonton bagaimana hancurnya keluarga Wang dan hidup Hana yang dipenuhi dengan rasa cemas dan takut tertangkap oleh Emilio. setiap minggunya ia selalu berpindah tempat. Hana pergi kemana pun agar terhindah dari kejaran Emilio dan anak buahnya. Di dalam kamar yang berukuran 2x2 meter Hana tinggal. Tempat kumuh dan rawan itu berada pada area pembangunan ulang sehingga orang yang tinggal di sana sudah meninggalkan rumah mereka. Di dalam ketakutannya Hana selalu menyendiri tak ada teman yang mau membantunya karena mereka semua tahu bahwa Hana terlibat masalah dengan Tuan muda Emilio.  
Di kamar hotel ini, pencahayaannya redup dan temaram. Lampu tidur yang berwarna kuning menambah kesan hangat. Dua orang sedang bergumul di tempat tidur. Ezra tidak berhenti menciumi leher Sebastian, bahkan semakin berani menggerayangi tubuh Sebastian, dia mendorong tubuhnya ke kepala ranjang di belakangnya. Punggung Sebastian menabrak ranjang yang dingin, dia mengerutkan keningnya serta merasakan sakit di punggungnya. Sebastian mencoba bangun tapi malah didorong kembali oleh Ezra. “Diam di sana!” teriaknya. Ezra bergegas naik ke atas tubuh Sebastian, tangannya menarik sisa kain yang semula menutupi tubuhnya. Sebastian hanya ternganga tubuh indahnya diperlihatkan padanya. Sebastian yang tidak tahan lagi dengan godaan yang ada di depannya pun mulai menginginkan Ezra ia sudah tidak peduli lagi dengan apa pun
Di dalam kamar. Ketika bangun, Sebastian tengah duduk merokok di depan jendela, di dalam kamar dipenuhi oleh asap rokok. Ezra perlahan membuka matanya, dia memandangi langi-langit kamar, sangat terasa asing baginya hingga ia sadar bahwa ini bukanlah kamarnya. Ia berbalik menoleh ke arah Sebastian yang tengah duduk di sofa. “Aaaaa...” Ezra berteriak saat mendapati seorang pria tengah duduk satu kamar dengannya, teriakanya menggema di seisi ruangan. Ezra yang terperanjat kaget berusaha bangkit dari tempat tidur. “Ah,” Ezra ambruk. Kedua kakinya tidak mampu menopang beban tubuhnya saat ini. Sebastian yang melihat Ezra terduduk di lantai pun segera menghampirinya, dia menggendongnya kembali ke tempat tidur. Ezra mencoba mencerna situasinya, dia mengingat kembali kejadian semalam. Ezra menutup mulutnya
Di sebuah rumah megah, suasana ruangan selalu redu dan temaram, Ezra terbangun di sebuah kamar yang tak asing baginya, kepalanya sedikit pening ia mencoba bangkit. Dan benar saja dia sekarang berada di kamar yang membuat hatinya kembali dingin, ia menatap sekeliling adegan di mana mendiang suami selalu membangunkannya dengan lembut walau dirinya selalu bersikap kasar. Ezra terisak di tempat tidurnya, meratapi masa lalu yang membuatnya selalu menyesali hal itu. Di balik pintu ada seorang ayah yang ikut mendengar jarit pilu yang sudah lama tidak didengarnya karena selama ini Ezra selalu berpindah tempat untuk bertahan. Dua penjaga ditugaskan untuk menjaga kamar Ezra, mereka bergantian menjaga pintu kamarnya. Ezra Aksilia seorang wanita kaya yang menyimpan sejuta luka, penyesalan yang menghantuinya selama ini terus menggerogoti tubuh dan juga mentalnya. Ia menya
Di sebuah gudang kosong yang terbengkalai duduk seorang wanita dengan keadaan tangan dan kaki yang terikat tali, wanita itu terus berusaha untuk melepaskan diri namun, ikatan itu sangat kuat hingga usahanya sia-sia. Tercium aroma besi tua dan air yang menetes perlahan. Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki beriringan dengan suara gerbang yang dibuka, angin berhembus cukup kuat dan dingin membuat bulu kuduknya merinding. Wanita yang mengenakan tutup kepala itu adalah Hana Wang. Ia dibawa ke tempat ini saat dia tengah membeli makanan di area tempat tinggalnya, siapa sangka Emilio menangkapnya begitu saja. Hana sudah telihat pasrah saat langkah kaki itu berhenti tepat di depan matanya. Emilio duduk di kursi yang telah disedikan. Ia menatap tajam pada Hana. Tangannya mengisyaratkan untuk melepas penutup ke
Di rumah Elijah tengah merangkai bunga, suasana rumah lebih terasa hangat ketika bunga tersimpan rapi di sudut ruangan. Emilio sangat menyukai suasana baru itu, dia selalu ingin cepat-cepat kembali ke rumah. Hari ini Emilio kembali ke rumah lebih awal. Elijah yang berada di ruang tamu berbalik ke arah pintu masuk setelah mendengar suara mesin mobil yang dimatikan. Elijah berlari untuk membuka pintu namun yang berdiri sana bukanlah Emilio. “Tuan,” Elijah yang tadinya bersemangat tiba-tiba menciut saat melihat Earnest dan juga Jeslyn istrinya, Elijah menyapa keduanya dengan sopan. Earnest mengalihkan pandangannya pada perut yang sudah terlihat membuncit. Di dalam hatinya ia sedikit sedih mengingat Eito bukanlah darah dagingnya. “Silakan masuk,” Elijah membawa keduanya masuk ke dalam. Sudah lama sejak Earnest datang ke rumah ini, dia merasakan sesuatu yang berbe
Di dalam kamarnya Sebastian sedang menatap foto Ezra yang tengah tertidur, dia teringat kembali saat Ezra tersenyum lembut padanya. Sudah dua minggu berlalu Ezra tidak ada kabar sama sekali. Sebastian sudah berusaha mencarinya tetapi ia tidak dapat menemukannya walau menjelajah tempat di mana keduanya biasa bertemu. Di tengah lamunannya tiba-tiba ponselnya bergetar. “Aku merindukanmu, apakah kita bisa bertemu,” begitulah isi pesannya. Awalanya Sebastian tidak tertarik tetapi detik berikutnya pesan kembali masuk. “Aku Ezra, apa kau sudah melupakan aku? Maaf jika aku baru mengabarimu hari ini,” Sebastian terperanjat ia segera membalas pesannya. “Tentu, aku akan menjemputmu. Kau ada di mana?” balasnya.
Anggur adalah hal yang baik, sepeninggal Sebastian Ezra duduk sendirian di depan meja bartender, ia yang sudah mabuk cukup kesulitan mengenali orang. Tiba-tiba tiga orang pria datang menghampirinya mengapitnya di antara pria lain. “Nona, minum sendirian?” Ezra menatap pria itu dan mengangguk, Ezra kembali menyesap minumannya. Pria yang duduk di sampingnya ini terus mengamati pergerakan Ezra, sekilas dia tertarik dengan wanita mabuk. Setelah menunggu begitu lama, dia tidak melihat siapa pun berada di dekat Ezra, dapat dilihat jika dia benar-benar sendirian. “Minum sendirian cukup membosankan. Apakah aku bisa minum bersamamu?” Ezra yang mabuk sudah