Di dalam kamarnya Sebastian sedang menatap foto Ezra yang tengah tertidur, dia teringat kembali saat Ezra tersenyum lembut padanya. Sudah dua minggu berlalu Ezra tidak ada kabar sama sekali. Sebastian sudah berusaha mencarinya tetapi ia tidak dapat menemukannya walau menjelajah tempat di mana keduanya biasa bertemu. Di tengah lamunannya tiba-tiba ponselnya bergetar.
“Aku merindukanmu, apakah kita bisa bertemu,” begitulah isi pesannya. Awalanya Sebastian tidak tertarik tetapi detik berikutnya pesan kembali masuk.
“Aku Ezra, apa kau sudah melupakan aku? Maaf jika aku baru mengabarimu hari ini,” Sebastian terperanjat ia segera membalas pesannya.
“Tentu, aku akan menjemputmu. Kau ada di mana?” balasnya.
<Anggur adalah hal yang baik, sepeninggal Sebastian Ezra duduk sendirian di depan meja bartender, ia yang sudah mabuk cukup kesulitan mengenali orang. Tiba-tiba tiga orang pria datang menghampirinya mengapitnya di antara pria lain. “Nona, minum sendirian?” Ezra menatap pria itu dan mengangguk, Ezra kembali menyesap minumannya. Pria yang duduk di sampingnya ini terus mengamati pergerakan Ezra, sekilas dia tertarik dengan wanita mabuk. Setelah menunggu begitu lama, dia tidak melihat siapa pun berada di dekat Ezra, dapat dilihat jika dia benar-benar sendirian. “Minum sendirian cukup membosankan. Apakah aku bisa minum bersamamu?” Ezra yang mabuk sudah
Ezra memang bersama dengan Sebastian, dia minum hingga mabuk berat, tapi ada yang tidak beres di sini. Bagaimana bisa Sebastian memberikan apartemen ini untuknya? Ezra benar-benar tidak mengerti situasinya sekarang. “Semalam Nona Ezra dan Tuan Sebastian telah mendaftar untuk menikah semalam, jadi ini juga rumah Anda Nona.” “Ey, apa maksudmu? Lelucon apa yang kau mainkan sekarang? Aku menikah dengan Sebastian, mana mungkin!” Ezra memandang wajah Jose yang kian serius seakan tidak ada unsur kebohongan ataupun lelucon. Dia tidak ingat kejadian semalam tetapi saat dia mendengar dari Jose bahwa dirinya dan Sebastian telah menikah, suara-suara sekilas teringat perkataannya tentang Biro Urusan Sipil tiba-tiba melintas jelas dalam bayangannya.
Tak terasa sudah waktunya makan malam. Sebastian berniat untuk pulang tetapi dihentikan oleh Elijah yang sedang menata makanan bersama pelayan lain. Keduanya pun duduk manis di ruang tamu sembari menonton siaran tv yang sedang tayang. Hening. Baik Emilio dan juga Sebastian tidak berbicara, keduanya sibuk menonton pertandingan baseball, detik berikutnya keduanya berteriak sembari berjingkrak-jingkrak karena tim favorite nya mencetak angka. Emilio dan Sebastian layaknya adik dan kakak yang memiliki hobi yang sama. Makanan di meja makan telah siap, Elijah memanggil keduanya untuk datang ke meja makan tetapi mereka tidak mengindahkan ajakan Elijah karena pandangan mereka tertuju pada layar tv suasana sedikit tegang, keduanya semakin serius tiba-ti
Rapat rutin di Xavier Group. Emilio duduk di kursi pembimbing rapat yang paling depan, dia jarang bebicara, biasanya dia hanya diam dan mengamati jalannya rapat, bahkan terkesan tidak acuh. Namun tidak ada yang berani mengabaikannya, CEO yang baru ini, dikarenakan umurnya yang masih muda, tapi dia juga bukan lulusan terbaik. Awalnya dewan direksi dan manager berbagai departemen tidak dapat menerimanya, bahkan pekerjaan yang diperintahkan oleh Emilio dianggap remeh oleh bawahannya. Namun, ada pepatah yang mengatakan. ‘Pimpinan muda selalu tidak meyakinkan. Artinya sama Raja yang masih muda akan mudah dikendalikan oleh para petinggi yang berkuasa, Emilio bukanlah orang bodoh dengan cepatnya dia membuat orang-orang yang telah menganggap remeh dirinya menyesal. Cara kerjanya sangat cepat, dapat
Elijah tidak bicara, pandangan matanya sangat kosong, satu lengan Emilio merangkul bahu Elijah, Emilio tidak bicara dia juga sangat diam. Pada saat ini, yang dibutuhkan oleh Elijah bukanlah dihibur, mealinkan ditemani. Dengan ditemani membuat Elijah tidak merasa kesepian, dan membuatnya tidak merasa seorang diri. Mereka tidak menunggu lama, Dira datang dengan keadaan basah kuyup sama menyedihkannya dengan Elijah. Dira sama sekali tidak menyangka jika nenek Elijah meninggal tiba-tiba. “Nenekmu di mana? Kenapa begitu tiba-tiba? Padahal waktu kita berkunjung dia baik-baik saja.” Elijah berada dalam keadaan setengah mati rasa, raut wajahnya yang pias bagaikan kertas putih, dia hanya bisa menggeleng menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh Dira.
3 hari setelah pemakaman. Emilio sedang duduk di ruang konferensi multimedia ketika dia menerima panggilan dari rumah. Di sekelilinya gelap, satu-satunya sumber cahaya berasal dari layar proyektor di depan. Layar penuh dengan analisis data. Direktur perencanaan berdiri di depan podium menjelaskan detailnya. Getaran ponsel Emilio tidak banyak menarik perhatian, dia melirik ke layar ponselnya, lalu mengangkat teleponnya untuk menjawabnya. Sebastian duduk di sampingnya sepanjang waktu dan sedikit terkejut ketia dia melihat tindakan Emilio yang menjawab telepon. Ini kali pertama Sebastian melihatnya, karena biasanya Emilio selalu memisahkan antara urusan pekerjaan dan urusan pribadi, yang lebih mengejutkannya adalah Emilio langsung berdiri setelah menutup telepon.  
Ezra Aksilia telah berdiri di gerbang perusahaan di mana Sebastian bekerja ia menunggu cukup lama, kecuali dia menelepon Sebastian, kalau tidak penjaga keamanan tidak akan membiarkannya masuk. Dia ingin meneleponnya, tetapi ragu-ragu selama satu jam. Penjaga keamanan memandangnya aneh. Mobil Audi A8 hitam melaju dengan cepat dari jauh, sia pernah bertemu sekali dengan Sebastian mengendarai mobil itu jadi dia dengan mudah mengenalinya. Mobil Audi A8 berhenti di gerbang, sebelum Ezra punya waktu untuk bicara, penjaga keamanan di ruang keamanan menyambut Emilio dan Sebastian sambil tersenyum. “Presdir, Tuan Sebastian. Ada seorang gadis yang mencari Tuan Sebastian.” Sebastian menurunkan kaca jendela mobil dan melihat Ezra yang tengah berdiri di su
Ezra pulang ke rumahnya, dia mulai mengemas pakaian serta barang-barang seperlunya. Dia bahkan mengabaikan ayahnya Louis saat mengemas barang miliknya. Louis menungguinya di ambang pintu kamarnya. “Ezra, apa yang kau lakukan, Nak?” Ezra masih mengabaikannya, dia sibuk dengan barang-barang yang yang akan dimasukkan ke dalam koper. Dia benar-benar tidak memedulikan Louis yang sedari tadi bertanya padanya. “Ezra, katakan padaku. Kau akan pergi ke mana?” Louis bertanya dengan panik. Dia tahu betul jika Ezra tidak bisa ditinggalkan sendiri karena dia selalu berbuat hal yang tidak terduga sama halnya dengan menyakiti dirinya sendiri. Ezra bersiap menarik kopernya, tapi Louis menahan leng