3 hari setelah pemakaman.
Emilio sedang duduk di ruang konferensi multimedia ketika dia menerima panggilan dari rumah.
Di sekelilinya gelap, satu-satunya sumber cahaya berasal dari layar proyektor di depan. Layar penuh dengan analisis data. Direktur perencanaan berdiri di depan podium menjelaskan detailnya. Getaran ponsel Emilio tidak banyak menarik perhatian, dia melirik ke layar ponselnya, lalu mengangkat teleponnya untuk menjawabnya.
Sebastian duduk di sampingnya sepanjang waktu dan sedikit terkejut ketia dia melihat tindakan Emilio yang menjawab telepon. Ini kali pertama Sebastian melihatnya, karena biasanya Emilio selalu memisahkan antara urusan pekerjaan dan urusan pribadi, yang lebih mengejutkannya adalah Emilio langsung berdiri setelah menutup telepon.
 
Ezra Aksilia telah berdiri di gerbang perusahaan di mana Sebastian bekerja ia menunggu cukup lama, kecuali dia menelepon Sebastian, kalau tidak penjaga keamanan tidak akan membiarkannya masuk. Dia ingin meneleponnya, tetapi ragu-ragu selama satu jam. Penjaga keamanan memandangnya aneh. Mobil Audi A8 hitam melaju dengan cepat dari jauh, sia pernah bertemu sekali dengan Sebastian mengendarai mobil itu jadi dia dengan mudah mengenalinya. Mobil Audi A8 berhenti di gerbang, sebelum Ezra punya waktu untuk bicara, penjaga keamanan di ruang keamanan menyambut Emilio dan Sebastian sambil tersenyum. “Presdir, Tuan Sebastian. Ada seorang gadis yang mencari Tuan Sebastian.” Sebastian menurunkan kaca jendela mobil dan melihat Ezra yang tengah berdiri di su
Ezra pulang ke rumahnya, dia mulai mengemas pakaian serta barang-barang seperlunya. Dia bahkan mengabaikan ayahnya Louis saat mengemas barang miliknya. Louis menungguinya di ambang pintu kamarnya. “Ezra, apa yang kau lakukan, Nak?” Ezra masih mengabaikannya, dia sibuk dengan barang-barang yang yang akan dimasukkan ke dalam koper. Dia benar-benar tidak memedulikan Louis yang sedari tadi bertanya padanya. “Ezra, katakan padaku. Kau akan pergi ke mana?” Louis bertanya dengan panik. Dia tahu betul jika Ezra tidak bisa ditinggalkan sendiri karena dia selalu berbuat hal yang tidak terduga sama halnya dengan menyakiti dirinya sendiri. Ezra bersiap menarik kopernya, tapi Louis menahan leng
Hari ini cuaca begitu cerah setelah melewati musim dingin yang panjang akhirnya musim panas pun tiba, rumput serta bunga kembali bermekaran setelah tertutup salju berbulan-bulan. Usia kandungan Elijah sudah memasuki tujuh bulan sudah bisa di bilang hamil tua. Ada sedikit kekhawatiran dari diri Emilio tentang kesehatan Elijah sendiri. Dia masih merasa sedih sejak kepergian sang nenek. Emilio ingin sekedar menghiburnya tetapi belakangan ini dia amat sibuk dengan pekerjaannya. “Hari ini kita akan ke pusat perbelanjaan untuk memeriksa beberapa toko yang memasok barang dari kita, lalu ada pertemuan dengan klien dan selanjutnya...” melihat Emilio mengangkat tangannya Sebastian berhenti menjelaskan jadwalnya. “Ada apa?” &
Sesampainya di rumah Emilio tidak dapat menemukan sosok Elijah dimana pun, Joseph datang menghampiri Emilio, menyapanya dengan penuh hormat. Emilio masih mencari sosok istrinya tetapi dia benar-benar tidak bisa menemukan keberadaannya. “Tolong bawa Cake itu keluar,” pinta Emilio. Emilio measih mengedarkan pandangannya mencari sosok sang istri, Joseph yang peka terhadap keadaan pun mngerti apa yang sedang dicari. “Nyonya ada di kamarnya Tuan muda, katanya sedang tidak enak badan.” ujar Joseph. “Ah, baiklah aku akan naik, tolong keluarkan cake itu dari tempatnya, lalu bawa ke kamar apa kau mengerti?” “Baik Tuan muda,” Joseph mengangguk. Emilio berjalan menaiki anak tangga yan
Di rumah sakit Elijah terbaring di kasur bersalin, wajah pias, tubuhnya penuh dengan peluh, dalam raut wajahnya terlukis rasa sakit yang luar biasa, tapi masih sabar menahan rasa sakit yang menjalari seluruh tubuhnya, sesekali terdengar suara rintihan serta tangisan. “Nyonya, tarik napas lalu buang, lakukan seperti itu,” Elijah mengikuti instruksinya. “Bagus, ayo dorong kepalanya sudah mulai kelihatan,” dokter terus menyemangati Elijah. Peluh terus bercucuran rasa sakit terus datang bergantian, tangannya mencengkeram erat seprei. Dia merasa jika dirinya tidak akan sanggup untuk melakukannhya. Saat dia sudah kehilangan tenaga ia kembali ingat bagaimana Emilio sangat senang dengan anak yang ada di perutnya ini. “Dokter tolong, tolo
Di depan jendela kaca yang besarEmilio berdiri menatap langit yang begitu cerah, putri kecilnya lahir pada musim panas, hari yang cukup melelahkan namun terbayar ketika tubuh kecilnya lahir ke dunia yang indah tapi keras dan kejam. Emilio mengalihkan pandangannya pada bayi mungil yang bergerak-gerak karena lapar mencari susu. Emilio membaca panduan untuk membuat susu sang bayi, ia mengambil botol susu, menuang tiga gayung susu, lalu dicampur dengan air hangat. Sebelum memberikannya pada si bayi ia mencoba meneteskannya pada kulit, sekiranya tidak terlalu panas saat diminum, dengan luwesnya ia menggendong sang bayi, memberinya susu sembari duduk di sofa. Pikirannya sedikit melayang, ia memejamkan kedua matanya sejenak mencoba mencari solusi untuk membantu Elijah pulih dari traumanya.  
Di rumah Sebastian. Ezra kembali sendirian di rumah, Sebastian pergi sesaat setelah dia sampai ke rumah, Ezra melihat betapa paniknya dia saat menerima telepon dari seseorang, ia langsung tanpa melihatnya. Ezra rasa dirinya belum terbiasa dengan suasana asing yang kini harus dia lewati setelah kecerobohannya malam itu dengan mengajak Sebastian ke kantor Biro Urusan Sipil untuk mendaftarkan pernikahan bersamanya. Di rumah yang cukup besar itu Ezra hanya sendirian, pengurus rumah selalu datang setiap seminggu sekali untuk beberes dan menyetrika pakaian Sebastian, sehingga rumah itu terasa sangat sepi menyisakan Ezra sendirian. Hari ini Ezra masih berharap Sebastian dapat pulang ke rumah tapi jam sudah menunjukkan jam pulang kerja tapi tidak ada tanda-tanda dari Sebastian yang akan pulang. Ada sediki
Di rumah sakit. Seorang wanita muda tengah terbaring di tempat tidur, cahaya kekuningan itu melintas di wajahnya yang pias. Sungguh terlihat damai, Emilio bisa sedikit lega karena Elijah tertidur dengan pulas. Emilio menyandarkan tubuhnya ke sofa sungguh otot punggungnya begitu tegang beberapa hari ini sejak Elijah melahirkan dia tidak bisa duduk tenang. Di saat tubuhnya terlelap, Elijah perlahan membuka matanya, logikanya masih belum bekerja hingga beberapa saat ia kembali ingat bagaimana sakitnya dia pada malam kejadian mengerikan itu Elijah berteriak histeris. Sontak Emilio yang masih setengah sadar terbangun, segera menghampiri Elijah yang histeris. “Elijah, tenang! Elijah!” Elijah seperti tidak mengenali Emilio, ingatan mengerikan
Tiga hari telah berlalu sejak Emilio mengetahui kabar Elijah akan menikah. Baik Earnest dan Jesslyn juga kebingungan dengah hal ini. Emilio terlihat frustrasi dan sangat pucat. Tapi, keduanya tidak tahu apa yang telah terjadi pada Emilio. Akhirnya Earnest menginterogasi Sebastian. Sebastian pun akhirnya menceritakan semuanya. Earnest tahu ini adalah buah perbuatannya, dia yang sengaja memisahkan Elijah terlepas dari semua kebohongan yang dilakukan oleh Emilio. sepenuhnya Elijah mengerti. Tapi, desakan untuk meninggalkan Emilio lebih besar akhirnya Elijah yang meninggalkannya meninggalkan bekas yang tak mungkin tertutup kembali. Emilio tidak terlihat di beberapa perusahaan. Dia hanya berdiam diri di rumahnya. tinggal di dalam ruang kerjanya tanpa berniat keluar. Perasaannya masih tidak stabil. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan ini. tapi dia juga sadar akan kesalahannya yang tak mungkin untuk diperbaiki lagi. Di tengah kesedihannya suara ketukan pintu terdengar lem
Emilio membuka berkasnya dan melihat isi dari dokumen itu. Matanya membelalak. Sudah jelas jika Emilio juga sama kagetnya. Dia tidak pura-pura tidak mendengar perkataan Sebastian, dia tidak mempercayai kenyataan yang ada di depannya ini. Rasanya begitu sesak, ia kesulitan bernapas. Emilio mundur beberapa langkah. Di dalam pikirannya mungkin dia berkata, kenapa semua ini terjadi padanya? Selama enam tahun dia berharap jika istrinya akan kembali padanya suatu saat nanti. Tapi, harapan itu tinggal harapan. Hari yang selalu dinantikannya itu tidak akan pernah datang padanya. Emilio membalik setiap lembarnya. Dia melihat foto Elijah tertawa bahagia bersama seorang pria yang digadang-gadang adalah calon suaminya. “Apakah informasi ini valid?” Emilio bertanya. “Ya, informan kita bahkan mengirimkan undangannya.” Jawab Sebastian. Tidak ada pembicaraan lagi. Emilio meremas dokumen itu, matanya mulai memerah. Sebastian tahu bagaimana perasaannya sekarang. Sedih hancur dan
Elijah yang baru saja selesai memasak sejenak tertegun, hatinya begitu hangat kala melihat kedekatan Ezy dan Dareen. Mereka berdua bagaikan pasangan ayah dan anak. Jika orang di luaran sana melihat mereka berdua mungkin tidak akan menyangka jika Dareen hanyalah ayah sambung. Tawa renyah itu memenuhi seisi rumah, Celine yang berada di ruang tamu pun ikut tersenyum dengan tingkah laku keduanya. Mereka bagaikan anak kecil yang bahagia hanya dengan melakukan hal sederhana. “Ezy, turunlah. Ayahmu pasti sangat lelah.” Elijah berjalan ke arah meja makan seraya membawa sepiring daging dan meletakkannya di meja makan. “Cepat cuci tanganmu, kita makan malam bersama.” Ajak Elijah pada Dareen. “Ezy, kamu juga cuci tanganmu sebelum makan.” Perintahnya. “Ok!” Ezy memberi isyarat pada jari tangannya yang kecil. Elijah hanya mengulas senyum, lalu kembali menata meja makan. Dareen dan Ezy menuju wastafel, keduanya mencuci tangan bersamaan. Ezy menaiki kursi kecil lalu mele
Dareen sangat sibuk sekali, dia mulai mengurusi masalah pernikahan, lalu bulan madu semua itu membutuhkan waktu, namun Dareen memintanya untuk menyelesaikannya dalam waktu satu minggu. asistennya Maxi secara intensif sedang mengatur jadwalnya, berusaha keras agar jadwal Dareen tidak bentrok dengan yang lainnya. Setelah rapat rutin, Dareen berjalan keluar dari ruang rapat, tangan kirinya memegang sebuah dokumen, sambil berjalan, sambil berpesan sesuatu pada Daniel. Asisten Maxi datang dari depan, dengan hormat berkata. “Direktur, orang dari perusahaan penyelenggara pernikahan datang, saya sudah mengaturnya di ruang tamu untuk menunggu Anda.” “Mmm.” Dareen mengangguk pelan, berjalan memasuki ruang tamu. Daniel adalah salah satu orang kepercayaan Dareen, dan juga sahabat baginya. Maka dari itu setiap Dareen merencanakan sesuatu, dia akan selalu ikut andil di dalamnya. Dareen segera mengikutinya masuk ke dalam. Perusahaan penyelenggara pernikahan datang dua orang, satu
Untuk sesaat Elijah dibuat bingung harus berkata apa dengan kondisi yang ada di depannya. Beberapa waktu lalu, Elijah juga berharap Dareen bisa membawa cincin dan melamarnya. Dan sekarang saat momen itu tiba, Elijah malah belum sadar. Melihat Elijah tak bergerak, Geofrey tak kuasa bicara, "Nyonya, seharusnya Anda mengerti. Biasanya pria ini tak mau berurusan dengan hal seperti ini, menghindari wanita, janji yang diucapkannya juga tak sembarangan. Pria baik seperti ini, jika kamu sungguh melewatkannya, tidak akan ada kesempatan kedua." Kesadaran Elijah kembali dan tidak membalas perkataan Geofrey. Elijah lama sekali menatap Dareen. Kalau setuju, nantinya mungkin akan banyak bahaya. Jika tidak setuju, apakah dirinya sungguh melewati begitu saja perasaannya? "Ya." Akhirnya telah diputuskan. Hati Elijah seperti melepaskan sebuah batu besar. Ia merasa jika sudah saatnya dia melepaskan masa lalunya, dan memulai hidup baru. Melihat Elijah mengangguk, Dareen tak ku
Walau tubuhnya sedikit gemetar, tapi perlakuan Dareen sangatlah lembut. Elijah mengangguk, mengisyaratkan jika dirinya menyetujuinya. Dareen tersenyum puas, dia mulai menggeluti Elijah. desahan lembut terdengar memenuhi seisi ruangan. Keesokan paginya. Elijah terbangun, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit. Elijah memutar tubuhnya dan melihat di Dareen yang berbaring di sebelahnya. Apa yang terjadi? Elijah berpikir. Ah benar. Dirinya ingin pergi, lalu dihalangi, setelah itu... Dada bidang serta perut berotot terlihat jelas, suara yang serak, karena bergairah, wajahnya pun memerah, saat itu Dareen sangat tampan dan menawan.. Elijah tak berani memikirkannya. Saat ini Elijah merasa wajahnya pasti merah sekali. Dareen sangat menikmati melihat perubahan wajah Elijah, ujung hidungnya yang mancung meneteskan keringat. "Kenapa? Apa kamu masih belum puas melihatnya?" Dareen tersenyum licik. Sepasang matanya yang sedari awal sudah bersinar semakin terliha
Setelah Dareen keluar dari rumah keluarga Lee, dia langsung berkendara menuju hotel di mana Elijah menginap. Daniel yang berada di luar ketika melihat mobil Dareen masuk, dan berhenti tepat di depannya segera menyapa, "Direktur." Dareen mengangguk dan bertanya, "Apakah semua orang berada di dalam?" Daniel menjawab, "Ya, mereka baru saja selesai makan." Dareen mengangguk dan berdiri di depan pintu, sejenak ragu-ragu apakah akan masuk atau tidak. Daniel melihatnya berdiri lama sekali, tanpa bergerak, tidak bisa menahan diri bertanya, "Apakah kamu tidak akan masuk dan melihat-lihat?" Begitu Dareen ingin menjawab, pintu terbuka. Celine ibu angkat Elijah yang membukakan pintu. Dia jelas mendengar langkah kaki seseorang, jadi dia keluar. Untuk melihatnya, Dareen sedikit terkejut, dan langsung menyapa, "Ibu." Celine menatapnya dalam-dalam lalu berkata, "Kita harus bicara." Dareen sudah lama ingin melakukan ini, mengangguk sekarang, menutup pintu den
Sejak hari di mana Elijah berbagi kisah dengannya. saat itu pula Dareen meyakinkan dirinya untuk memiliki dan menjaga Elijah beserta putranya. Dia tidak ingin kehilangan mereka, mendengar kisahnya membuat Dareen tahu bagaimana kuatnya Elijah. Dia merasa jika Elijah harus berada di sampingnya, dia memutuskan untuk benar-benar menikahinya bukan hanya sekedar kontrak belaka. Lika-liku telah dilewati. Ezy sudah keluar dari rumah sakit. Tes yang dilakukan juga tidak menunjukkan suatu penyakit di dalam tubuh kecil Ezy. Dan Elijah dia sudah kembali ke vila mengasuh Ezy dan merawat ibunya. Alicia terus memohon pada Dareen untuk melepaskan keluarganya, dia bahkan menunggunya berhari-hari untuk meminta mengampunannya. Walau Dareen bersiteguh dengan keputusannya tapi Elijah tidak bisa sejahat itu. Dia ikut memohon pada Dareen untuk melepaskan Alicia. Dareen pun menyetujuinya asalkan Alicia pergi, dan tidak menunjukkan batang hidungnya lagi di depan Dareen maupun Elijah. mau t
“Tenanglah,” Dareen menangkap tangan Elijah. Dia mengusap lembut bekas memar yang kian memudar itu. Ia menatapnya lekat dan dalam. “Semuanya akan baik-baik saja. Selagi kau tidak ada, aku akan merawatnya. Jadi jangan khawatir. Aku juga sudah mengirim seseorang untuk menjaga ibumu.” Dareen terus mengusap puncak kepala Elijah seperti anak kecil.Perkataan dan perlakuannya membuat Elijah takut. Takut semakin bergantung pada laki-laki yang baru dikenalnya ini. Semua tindakan Dareen membuat Elijah semakin nyaman. Jika saja hubungan ini bukan hanya sekedar pernikahan kontrak, alangkah bahagianya dia.Seorang pria yang begitu baik, bisa melindungi dan menjaganya. Rasanya dia mulai berharap lebih pada Dareen. Dia seakan menginginkan jika pernikahan ini seharusnya nyata tidak ada kebohongan.Elijah merasa semakin sering dia bersama Dareen, perasaannya kian berkembang. Dia mencoba mengabaikannya tapi lagi dan lagi persaan itu malah semakin kuat. Elijah menggelengkan kepalanya mencoba membuang s