Hari-hari berlalu dengan begitu cepat hari pernikahan pun semakin dekat. Elijah sudah tidak sering ke luar rumah. Emilio masih sibuk dengan pekerjaannya di kantor dia bahkan selalu pulang ke rumah tengah malam. Keduanya tidak sering bertemu karena saat Elijah masih tertidur di pagi hari Emilio sudah berangkat ke kantor. Sedangkan saat dia pulang Elijah sduah tertidur keduanya melewati hari seperti itu selama satu minggu penuh.
Hari ini cuaca sangat cerah langit biru memenuhi langit serta burung-burung yang beterbangan bebas di atas sana. Kehamilan Elijah sudah menginjak usia 3 bulan, dia sudah tidak merasakan lagi morning sick pada umumnya. Elijah turun ke lantai bawah dengan melewati anak tangga yang memutar. Di sana terlihat kepala pelayan Joseph yang sedang menyiapkan makanan untukku di meja makan. Saat Joseph balik aku pun menyapanya dengan sopan,
“
Hari sudah beranjak sore, tetapi Elijah masih tertidur dengan kepala yang masih menempel di paha Emilio. sejak tadi Emilio tidak bergerak banyak dia terus menerus menyelesaikan pekerjaannya, satu-persatu. Sesekali satu tangannya terus mengusap lembut puncak kepala Elijah sembari matanya fokus pada lembar dokumen yang sedang dipegangnya. “Tuan muda, Tuan besar datang,” Joseph berbisik pada Emilio. Terdengar suara langkah laki yang menggema diiringi dengan ketukan tongkat yang berirama senada. Lincoln tiba di ruang tamu ia dikejutkan dengan pemandangan yang tidak pernah dilihatnya dari Emilio. sisi hangat dan lembutnya yang nyaris tidak pernah ditunjukkannya kini terpampang dengan jelas di depan kedua matanya. Lincoln mematung ia benar-benar tidak menyangka akan hal ini. “Kakek datang,” Sapa Emilio.
Di sebuah bar di pinggiran kota Sebastian duduk di depan meja bartender yang sedang meracik minuman. Datang seorang wanita yang cukup Familer. Wanita yang memiliki tato bunga daisy yang melambangkan kemurnian, kesetiaan, kesabaran dan juga kesederhanaan. Sama seperti penggunanya wanita yang ditemui oleh Sebastian begitu sederhana hanya mengenakan dress warna mint selutut dengan tas tangan yang tidak mahal. Wanita itu duduk di samping Sebastian ia menoleh dan menyapanya dengan sopan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Sebastian hanya menatapnya heran tanpa berkedip sama sekali. “Tolong berikan aku segelas tequila,” pintanya. Suaranya terdengar sangat lembut. Entah kenapa Sebastian tertarik pada wanita seperti dirinya. Gerakan tangannya begitu lincah dan mahir setiap kali dia memegang gelasnya. &nbs
Sebastian terbangun, sesaat menatap langit-langit ruangan berwarna serba putih. Sementara dia tergeletak di atas ranjang. Detik kemudian logikanya kembali bekerja. “Aku berada di rumah sakit.” “Sebastian?” terdengar suara lirih dari sisi ranjang. Sebastian menoleh. Wanita itu duduk dengan wajah menunduk sama sekali tak berani menatap mata Sebastian. Ingatan kembali ke pristiwa terakhir yang diingatnya. Sebastian yang dipukuli tanpa alasan hanya karena bersama dengan wanita yang kini berada di sebelahnya. “Maafkan aku.” Wanita
Hari minggu di bulan september adalah minggu terakhir musim gugur. Hari yang begitu cerah namun terasa dingin. sebuah pesta pernikahan menggegerkan seluruh kota. Orang-orang berkuasa dan juga berpengaruh berdatangan menghadiri pesta pernikahan. Seratus buah mobil Porsche 911 GT3 RS warna merah mengelilingi kota, yang memimpin di depannya adalah mobil Rolls Royce Phantom warna putih. Setelah melewati jalanan pusat akhirnya mobil berhenti di depan hotel bintang 5 yang berada di bawah anak perusahaan Xavier Group. Pendamping pengantin turun lebih dulu berbaris di kedua sisi karpet merah hotel terlihat megah dan juga menakjubkan. Di tengah alunan musik yang mengiringi sang pemeran utama pintu mobil Rolls Royce Phantom terbuka, pengantin pria mengandeng pengantin wanita turun dari mobil. Emilio mengena
Di kamar pengantin Emilio dan Elijah ada di lantai 10 di mana kamar suits president berada. Suits president merupakan kamar yang paling besar, kurang lebih memiliki luas 150 meter persegi, di dalam kamar ini didesain memiliki banyak ruangan di dalamnya. Ada ruang seba guna dan ruang kerja di bagian depannya. Di bagian dalamnya ada kamar tidur dan kamar mandi yang dilengkapi dengan jacuzzi yang cukup besar untuk berendam berdua. Mempelai pria yang mabuk berat dibawa masuk ke dalam kamar pengantin oleh Dira dan juga Sebastian. Mereka langsung melemparkannya ke atas ranjang yang besar. “Kakak ipar, aku serahkan dia padamu. Kami pulang dulu,” Setelah Sebastian menyerahkan Emilio keduanya berbalik dan pergi dengan cepat. Malam pertama adalah malam yang paling berharga, mereka manaberani tinggal lebih l
Hari sedikit mendung, suhu udara pun sedikit terasa dingin. setelah selesai makan siang Emilio berdiri di balkon kedua tangannya mencengkeram pagar pembatas. Ia berbalik menatap Elijah yang sedang merias dirinya di depan cermin. Gaun warna peach membalut tubuhnya yang mungil. Emilio tersenyum seraya berjalan menghampiri Elijah. saat Elijah tengah merias wajahnya tiba-tiba saja Emilio datang dari belakang dia memeluk Elijah dari belakang wajahnya menyentuh leher jenjang Elijah membuat darah mendesir setiap kali hembusan napasnya menyentuh kulit. “Bagaimana jika kita jalan-jalan?” “Uhm, bagaimana dengan barang-barang? Bukankah kita akan kembali ke rumah?” “Tidak perlu risau lagi pula, kita bisa meminta Joseph untuk membereskannya. Aku ingin perg
Di sebuah toko buku terkenal Sebastian tengah memilih beberapa buku cerita dan bacaan. Hari ini ia hendak mengunjungi panti asuhan di mana dia dibesarkan berhubung dirinya sedang cuti karena Emilio pun cuti menikah. Sebastian membawa banyak makanan, buku, serta mainan untuk anak-anak panti. Suasana tenang dan ceria masih tergambar jelas di sana. Saat memasuki area pekarangan dia telah disambut oleh banyak anak-anak panti. Semuanya berebut ingin dipeluk atau sekedar dipuji olehnya. Seorang suster datang menghampiri Sebastian. “Natha,” panggil sang suster. Sebastian berbalik, ia tersenyum saat melihat suster yang memanggilnya dengan nama depannya Natha. “Suster Alice,” Sebastian menyapanya. “Apa kau sendirian?”
“Ayo masuk.” Emilio memegang tangan Elijah mencobanya untuk masuk ke dalam toko tetapi, Elijah teridam di tempatnya. Emilio berbalik menatapnya. “Ada apa?” “Sebaiknya kita tidak perlu masuk. Anak ini bahkan belum tumbuh besar.” Elijah mengulas senyum pada Emilio. “Aku ingin makan sesuatu apakah boleh?” “Tentu, kau ingin makan apa?” “Aku ingin makan hamburger juga es krim apa boleh?” “Tentu, apa pun yanh kau mau.” Emilio mengulas senyum pada Elijah sembari terus menggandeng lengannya. Sesampainya