Alicia membulatkan tekadnya. Terlepas dari bujukan asistennya, dia langsung meraih tasnya dan mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir, dan kemudian langsung menuju ke toko bunga Elijah. Dia bukanlah orang yang bisa menerima kerugian, karena Elijah membuatnya tidak bahagia, maka tidak peduli dengan cara apa pun, dia juga akan membuat Elijah tidak bahagia.Terlebih lagi, Dareen adalah pria yang dia inginkan. Karena Elijah mencari masalah dengannya, maka jangan salahkan dia karena melakukan sesuatu padanya.Di pintu masuk toko bunga Blossom Beautiful FloristToko bunga sedang dalam tahap renovasi. Elijah mendorong ibu angkatnya dan membawanya berkeliling di sekitar toko bunga. Belakangan ini, ibunya terus merasa khawatir dengan masalah yang disebabkan oleh Alicia."Bu, lihatlah, toko bunga ini sedang direnovasi. Selain itu, perbaikan ini akan membuka beberapa toko yang ada di samping untuk memperluas area toko. Perbaikan kali ini akan lebih mewah dan indah dari sebelumnya, dan toko bung
Detik berikutnya, dia tampak seperti sudah gila, bergegas menuju ke arah Alicia. Keluarganya adalah batas kesabarannya, ia dapat menoleransi apa pun yang dilakukan Alicia, menyakitinya dan menghinanya, ataupun menyerangnya seorang dia tidak akan melawan. Tetapi, sama sekali tidak boleh menyakiti keluarganya.Alicia tertegun, dia tidak menyangka bahwa Elijah akan memiliki sisi yang gila seperti ini. Sebuah kekuatan besar bergegas ke arahnya.Alicia tidak sempat melakukan tindakan pencegahan dan didorong jatuh oleh Elijah secara langsung. Elijah memusatkan seluruh kekuatannya dan menekan tubuhnya di atas, tatapan matanya ganas, dan matanya memerah bagaikan mata kelinci begitu menyala.“Apa yang akan kamu lakukan?” Alicia yang biasanya selalu tanpa rasa takut pun menunjukkan rasa ketakutan. Dia tidak menyangka bahwa sisi gila seperti itu akan disembunyikan di dalam diri Elijah yang penampilan luarnya lembut.Tanpa basa-basi, Elijah langsung memberikan dua tamparan kepada Alicia.PLAK! s
Petugas polisi awalnya mengira dia akan mengeluarkan sesuatu, tetapi ternyata mengeluarkan sebuah akta nikah setelah membongkar isi tasnya untuk waktu yang lama. Ini benar-benar konyol, apakah otak wanita ini bermasalah? Kiranya dia bisa menyelesaikan masalah ini hanya dengan sebuah surat nikah?“Aku telah menangani berbagai kasus selama bertahun-tahun, tetapi ini pertama kalinya aku melihat seseorang menggunakan akta nikah untuk menyerukan keadilan.” Polisi itu mencibir dengan tidak setuju.Alicia juga mencibir dan berkata dengan sarkas, "Kenapa? Mengeluarkan surat nikah untuk memberitahu kami seberapa kuat suamimu? kamu bahkan seorang wanita yang sudah menikah, tetapi masih beraninya menggoda pria lain? Aku benar-benar sudah meremehkanmu, kamu bukanlah seorang pelacur biasa!” teriaknya.Raut wajah Elijah memerah dan memutih. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, berusaha menekan amarahnya."Nona Braun, mari kita lihat siapakah suamiku terlebih dahulu sebelum kamu berbicara." Ejekny
Elijah menghela nafas dan mencengkeram tangannya, lalu memijat dahinya. Akta nikahnya telah diambil oleh Alicia, dia juga tidak tahu apa yang akan terjadi. Jika Dareen mengetahuinya, dia tentu tidak akan membiarkannya pergi dengan begitu mudah.Ibu angkatnya menatap Elijah dengan ekspresi cemas dan bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi?"Elijah tersadar. Dia tentu tahu apa yang dimaksudkan ibunya. Dia tidak bisa mengatasi kecemasannya untuk sementara waktu, dan sekarang dia hanya bisa berbohong tentang akta nikah tersebut."Bu, akta nikah itu palsu. Itu adalah akta palsu. Aku meminta seseorang untuk membuatnya dengan harga yang cukup mahal."Ibu angkatnya tidak percaya sepenuhnya, dia terus bertanya, "Lantas, mengapa polisi bersikap seperti itu?"Elijah tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, dia hanya berkata dengan santai, "Aku juga tidak tahu, mungkin saja polisi itu masih memiliki hati Nurani. Melihat kita seperti ini, dia pun tidak lagi mempermasalahkannya."Ibu angkatnya mena
Dareen hanya menatapnya dengan dingin, dengan tatapan mata yang acuh tak acuh, seperti lubang hitam yang dalam, yang ingin menelannya. Alicia merasakan kemarahan di sekujur tubuhnya menjadi sedikit beku oleh udara dingin yang dipancarkan oleh DAreen, menekannya sampai tak bisa berkutik."Terserah. Namun, aku ingin memberitahumu bahwa bahkan jika kamu melakukan ini, kamu juga tidak dapat mengubah suatu apa pun, itu hanya akan membuatku lebih membencimu!" Dareen menekankan bahwa apa pun yang dikatakan Alicia hanya membuatnya semakin yakin untuk melepasnya.Ketika Alicia mendengarnya, kedua kakinya melemas dan dia terhuyung hampir jatuh, sampai disaat dia bersandar di meja. Kedua tangannya berusaha menopang tubuhnya, mencoba untuk kembali berdiri.Di dalam kantor sangat sunyi, Dareen tidak berbicara. Alicia berusaha menekan semua amarah di dalam dirinya. Hatinya dipenuhi dengan keluhan-keluhan yang seolah-olah membuatnya kewalahan. Untuk pertama kalinya, dia begitu menyukai seorang pria.
Dareen dalam dilema, jika kedua orang tua itu terus bernostalgia bersama, itu akan membuatnya lebih tertekan daripada berurusan dengan hal-hal rumit di perusahaan.Ketika Dareen merasakan sakit kepala, matanya berbalik dan dia melihat Elijah yang berdiri di samping. Lalu, secercah cahaya melintas di matanya, ada harapan yang tidak bisa dijelaskan olehnya. Dareen tersenyum penuh kemenangan."Baiklah, jangan khawatir. Aku akan menemani kalian kali ini." Sambungan telepon pun akhirnya berakhir, Dareen menatap lekat-lekat ke arah Elijah dengan mata yang menyala seperti seekor serigala.Elijah merasa takut saat matanya menangkap sorot mata Dareen yang misterius. Kedua kakinya melemas dan dia terus melangkah mundur, mencoba menghindarinya.Dareen melangkah maju selangkah demi selangkah. Ketika Elijah mundur ke sofa dan seluruh dirinya akan jatuh ke dalamnya, pria itu meletakkan tangannya di depannya, memicingkan matanya ke arah Elijah.“Ada apa? bicarakanlah baik-baik.” Suaranya terkesan ta
Dareen telah membuat rencana. Pertama-tama, mereka akan pergi ke daerah wisata pemandangan taman yang lebih terkenal di pinggiran kota A di mana bisa terlihat gunung-gunung dan sungai-sungai yang indah dan sangat menarik di sana.Namun, Elijah belum pernah pergi ke sana. Nenek Lee kadang-kadang berbicara dengannya, dan dia juga terbata-bata, dia merasa tidak bisa mengimbangi pembicaraannya.Untungnya, Dareen selalu membantunya ketika dia sedang berada dalam suasana yang canggung. Dareen berusaha keras untuk membuat nenek Lee sangat bahagia agar dia tidak punya waktu untuk perhitungan terhadap masalah Elijah."Kamu tidak perlu terlalu gugup atau terlalu dibatasi. Katakan saja apa yang kamu pikirkan." Dareen mengambil kesempatan ketika kedua orang tua itu berjalan di depan dan mengambil tangan Elijah untuk menghiburnya.Telapak tangan Elijah telah banyak berkeringat, ini membuat sudut mulut Dareen memunculkan senyuman yang tidak bisa dijelaskan.Di perhentian kedua, mereka pergi ke Pant
Setelah makan malam, mereka tiba di homestay. Karena mereka melakukan perjalanan sendiri, mereka pun tidak memesan kamar terlebih dahulu. Tetapi, sekarang adalah musim puncak liburan sehingga banyak homestay yang penuh dan tidak ada kamar yang tersisa. Mereka telah mengunjungi beberapa homestay sebelum akhirnya menemukan sebuah homestay dengan kamar kosong, tetapi hanya ada dua kamar yang tersisa.Tidak ada keraguan bahwa nenek Lee dan kakek Lee akan tinggal sekamar, sedangkan pasangan suami-istri secara perjanjian itu juga secara alami akan tinggal sekamar.“Anggap saja kalian sedang berbulan madu,” Nenek Lee tersenyum dan menepuk pundak Dareen. “Aku juga sudah terlalu tua. Kamu harus menambah lebih banyak usaha, aku masih menunggu cicitku."Setelah nenek Lee selesai berbicara, dia menatap perut Elijah dengan penuh harap seolah-olah dia telah melihat cicit masa depannya.Wajah Elijah memerah dan dia tidak berani menatap langsung ke arah nenek Lee.“Kalian istirahatlah lebih awal.” Ka