Di tengah kegelapan malam, dan pencahayaan yang kurang Emilio menerobos. Kali ini Eito tidaklah main-main. Pada dasarnya dia juga memiliki masalah psikologis, dia biasanya suka menyiksa orang dengan pilihan yang membosankan ini, dia pasti akan melakukannya atas pilihannya sendiri. Emilio juga bertaruh, bertaruh di saat-saat kritis seperti ini bahwa mereka tidak akan melakukan apa pun pada Elijah. Emilio disergap dalam kegelapan dengan cepat menggerakkan tangannya. Tak lupa Sebastian membantunya. Melihat peluru dari beberapa pistol terbang dengan cepat, para penjahat yang masih menunjukkan sikap sombong itu jatuh satu demi satu. Tibalah saat Emilio bertemu dengan Eito. Dua orang yang pernah menjadi saudara itu saling tikam. Saat Emilio tengah lengah tiba-tiba saja Eito datang menghunuskan pisau belati ke arah pinggang Emilio dan mendorongnya, lalu menekannya pada dinding usang. “Kamu ingat sekarang? Kamu yang menyuruhku melakukannya dengan tangan tanganku sendiri jika membunuhmu.”
Elijah kali ini tidur sangat nyenyak, dalam keadaan tidak sadar, dia sepertinya merasa ada yang menggendongnya, pelukan orang itu begitu hangat dan lapang, seperti lautan yang mengelilinginya, seolah memberinya ketenangan pikiran. Dira menunggu Elijah dengan tenang dan sabar, raut wajahnya menunjukkan kecemasan tapi dia berusaha menekannya. Ia mengusap keringat pada dahi Elijah. Dira tidak pernah berpikir jika hari-hari gila akan kembali pada Elijah. Pintu di geser menunjukkan sesosok pria tinggi dah gagah, wajahnya terdapat banyak goresan. Sebastian datang untuk melihat keadaan Elijah. “Anda sudah datang Tuan?” Dira setengah membungkuk saat melihat Sebastian masuk ke dalam. “Bagaimana keadaannya?” Sebastian bertanya. “Keadaannya baik-baik saja, hanya sedikit shock. Dokter bilang semuanya baik-baik saja hanya tinggal menunggunya siuman.” “Syukurlah, aku selalu berdoa semoga Elijah tidak kenapa-kenapa.” Dira menundukkan kepalanya, lalu menoleh ke arah Sebastian, tangannya sediki
Elijah sudah bersiap untuk pergi meninggalkan rumah sakit. Dokter sudah menyatakan dirinya sembuh, jadi tidak ada alasan lagi untuknya tinggal di rumah sakit. Pengasuh sedari tadi mengamati Elijah yang termenung tepat di depan jendela, sorot matanya begitu kosong.“Nyonya muda, semuanya sudah siap.” Pengasuh menghampirinya.Elijah berbalik, seutas senyum terpancar di wajahnya. Ia bangkit, tubuhnya dibalut gaun putih yang sangat cantik dan anggun, ia berjalan lebih dulu diikuti pengasuhnya di belakang. langkahnya gontai tanda dia tidak bersemangat melanjutkan harinya.Saat tengah berjalan di koridor, Elijah menghentikan langkah kakinya. Ia berdiri tepat di depan pintu bangsal di mana Emilio tengah dirawat. Dari celah kaca. Elijah dapat melihat tubuh kaku Emilio yang terbalut selimut, alat-alat medis yang dingin terpasang di tubuhnya.“Apa kamu tidak berniat untuk bangun? Memang benar, seharusnya kita tidak bersama, dan kamu juga tidak akan kehilangan begitu banyak. Maafkan aku yang har
Hari sangat cerah, langit biru, bening tak berawan sungguh indah dan memesona. Setelah melakukan semua prosedur, akhirnya Elijah pun naik ke dalam pesawat. Dia masuk ke dalam kelas bisnis, karena mengingat sedang hamil. Dia harus membuatnya nyaman selama penerbangan yang cukup lama. Tak lama setelah menunggu akhirnya pesawat pun lepas landas. Elijah memejamkan matanya, mencoba untuk menekan kesedihan yang kian menyesakkan.Di rumah sakit.Emilio untuk pertama kalinya dia membuka matanya, sesaat dia menatap langit-langit berwarna serba putih. Sementara tubuhnya tergeletak di atas ranjang. Ia melirik ke sekiling tidak ada seorang pun yang menjaganya. Emilio dengan susah payah. Ia duduk di ranjang, sesekali menahan sakit.Pintu terbuka, Emilio berbalik melihat siapa yang datang, detik berikutnya wajah yang awalnya bersemangat itu kini berubah muram. Tampak sosok tua berjalan masuk ke dalam. Ada kebahagiaan di dalam wajahnya. Anak semata wayangnya itu sudah kembali dari kematian.“Emilio!
Di tengah pikirannya yang kacau, dia menarik jarum infus yang terpasang di punggung tangannya dengan ganas. Darah menetes di sana. Emilio mengambil pakaian ganti. Mengganti pakaiannya lalu beranjak pergi. “Kamu mau ke mana? Kamu belum pulih Emilio!” Sebastian berteriak berusaha menghentikan Emilio untuk pergi. Tapi dia dorong hingga terhuyung ke belakang. Diri Emilio sedang dikuasi oleh amarah yang kian memuncak hingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Dengan wajah pucat Emilio memberhentikan taksi di depan rumah sakit. Dia naik taksi. Mobil taksi pun meluncur, di tengah gerimis mengundang. Di dalam Mansion utama keluarga Xavier, Earnest beserta tuan besar Xavier tengah berbincang di ruang tamu. Di tengah gelak tawa itu terksan sangat renyah. Seketika canda tawa itu berubah suram saat Emilio memaksa masuk, ia menendang pintu dengan keras. Suara yang dihasilkan memekakkan telinga semua orang. Emilio berjalan masuk dengan tubuh sedikit basah. Air menetes dari pakaiannya, matan
Berbulan-bulan sudah Emilio mencari Elijah. Namun, usahanya tidak mendapatkan hasil. Emilio melakukan segala macam cara untuk menemukannya tapi selalu saja dia menemui jalan buntu. Emilio hanya bisa meratapi gambar USG putranya yang belum lahir. Jika perhitungannya benar, seharusnya bulan depan Elijah melahirkan putra mereka. Emilio menghela napasnya, luka di hatinya semakin terasa sakit saat mengingat putranya yang belum lahir. Emilio semakin kurus dan tidak terawat. Wajah yang sebelumnya hangat kini berubah menjadi dingin bagaikan gunung es yang tak terjamah siapa pun. Di sisi lain Ezra baru saja saja bangun, berdiri meregangkan tubuhnya di depan jendela, ponsel yang diletakkan di ranjang berdering. Gwen meneleponnya, dini hari ini Areum melahirkan sepasang putra kembar. “Mengapa menjadi lebih awal? Bukannya masih ada sebulan? Bagaimana dengan kedua anak?” Ezra bertanya dengan khawatir. Dilahirkan satu bulan lebih awal, menyebabkan bayi lahir prematur. “Bayi dirawat di dalam i
Unit perawatan intensif tidak mengizinkan terlalu banyak orang masuk, di samping tempat tidur Areum, hanya ada Rayn yang mengenakan baju steril serta perawat yang menggendong anak.Rayn menempatkan seorang anak di ranjang Areum, dan wajah anak menempel di dada ibunya. Masih terpasang alat medis di tubuh Areum, mungkin terkena wajah anak, sehingga anak tidak berhenti menangis, tangan dan kakinya menendang dengan kuat.Satu anak menangis, anak yang digendong perawat juga ikut menangis, tiba-tiba dalam unit perawatan intensif dipenuhi dengan tangisan bayi.Tapi Rayn sama sekali tidak mempedulikannya, dia hanya diam-diam menatap Areum yang berbaring di tempat tidur, memegangi telapak tangannya yang dingin."Areum, tidakkah kamu bangun dan melihat mereka? Dua hari yang lalu, Kamu masih memberitahuku, dirimu sangat penasaran dengan penampilan mereka, tidak tahu penampilan mereka lebih mirip dengan aku atau kamu.Sekarang mereka ada di sini. Aku baru saja melihatnya, tidak mirip dengan kita
Enam tahun kemudian.Cuaca di negara A sangat bagus akhir-akhir ini, toko bunga bahkan telah menjual banyak bunga.Di sebuah toko bunga bernama 'Blossom beautiful Florist', sosok sibuk Elijah bersembunyi di balik bunga-bunga yang segar, dan ada seorang anak kecil sekitar lima tahun yang berdiri di luar pintu.Anak kecil itu mengenakan pakaian kasual dan celana pendek, fitur wajahnya sangat halus, kulitnya mulus, pipinya lembut dan kenyal, dengan mata bundarnya yang penuh dengan kebijaksanaan dan fleksibilitas, terlihat sangat imut.Pada saat ini, dia sedang memegangi sebuah karangan bunga dengan kegembiraan, lalu berkata kepada seorang wanita paruh baya yang duduk di atas kursi roda, "Nenek, cepat lihat. Aku membuatkan sebuah karangan bunga untukmu. Bukankah ini sangat cantik? Aku yakin akan banyak pria yang mengantri.”Wanita paruh baya di kursi roda yang mendengar kata-kata itu, tidak bisa menahan tawa, "Dasar bocah nakal... Nenek sudah berumur, Berikan saja pada ibumu."“Tidak, aku