Setelah mabuk semalam, Emilio merasa tidak enak badan ketika bangun tidur. Ia duduk di tempat tidur, memijat dahinya dengan satu tangan. ia merasa agak sakit kepala. Dia sudah lama tidak mabuk. Untungnya, janji pagi ini telah dibatalkan, sehingga ia bisa beristirahat dengan baik. “Sudah bangun?” Elijah mendorong pintu dan masuk. “Hmm.” Emilio mengangkat wajah dan menatapnya sambil tersenyum hangat. “Apa kepalamu sakit?” Tanyanya lagi. “Sedikit.” Emilio menjawab dengan jujur, jarinya yang panjang masih memijat kepalanya yang sakit. Elijah menuangkan setengah gelas air hangat, dan kemudian menyerahkan sekotak obat padanya. “Obat pereda mabuk, setelah makan ini kamu akan merasa lebih baik.” “Begitu perhatiannya?” Emilio tersenyum tipis dan membuka kotak obat. Elijah duduk di samping tempat tidur dan menjawab dengan datar. “Aku hanya berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Tidak ingin ada wanita lain yang lebih perhatian padamu.” Emilio tersenyum, ia merentangkan lengannya dan
Langit sedikit mendung, jalanan juga sedikit berair, karena sebelumnya turun hujan. Maserati merah berhenti di area apartemen di mana Dira tinggal. Pintu dibuka, saat Elijah turun dari mobil selintas tercium aroma lembut angin yang melintas, setelah hujan reda. Di kursi penumpang Stela duduk dengan manis, ia tersenyum kegirangan saat Elijah turun dari mobil, seakan dia tahu jika tempat yang dituju telah sampai.Senyum lembut yang terpancar dari wajah kecil Stela membuatnya bahagia. Ia memangkunya, sementara sopir mengambilkan tas keperluan Stela, lalu mengantarnya sampai ke unit Dira. Elijah menekan bel beberapa kali, menatap sang sopir lalu berkata.“Pulanglah, aku bisa sendiri. Lagi pula saat pulang tuan akan menjemputku.” Elijah mengabil tas keperluan Stela, mendengar hal itu sang sopir pun pergi meninggalkan Elijah yang masih berdiri di depan pintu Dira.Setelah menunggu sedikit lama akhirnya Dira membukakan pintu untuk Elijah. saat pintu terbuka sontak Elijah kaget saat melihat
“Kamu mau yang ini?” Emilio menunjuk ke arah kue yang bertemakan Elsa Frozen, karakter kartun kesukaannya“Eng,” Stela mengangguk.“Baiklah.”kue tart dihias dengan sangat cantik, dan harganya juga cukup mahal.Emilio mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompet lalu memberikannya pada kasir. "Tolong bungkuskan kue ini.""Tuan, kue ini hanya contoh, kue di tempat kami dibuat langsung di sini. Jadi Tuan harus menunggu.” Kasir berkata sambil tersenyum."Kira-kira berapa lama?" Emilio bertanya."Tidak terlalu lama, kira-kira setengah jam saja." Kasir menjawab.Emilio mengangguk sambil melihat Putrinya, Stela berdiri di depan kaca etalase, mata juga hampir jatuh ke atas kue tart.Dia tersenyum hangat, mengulurkan tangan mengelus kepala wanita kecilnya. Kemudian, berkata pada kasir. “Baiklah.”Emilio sangat jarang tersenyum, terkadang senyum sekali, sungguh terasa sangat indah. Beberapa pengunjung wanita, dan pelayan wanita di dalam toko juga terpana melihatnya.“Tuan, kamu, kamu bisa duduk
Elijah merasa sedikit canggung, mengulurkan tangan mencubit hidung putrinya. “Dasar tukang makan.” Sekeluarga baru saja bersiap mau makan kue, ponsel Emilio langsung berdering. Dia memegang ponsel, berdiri di depan jendela Perancis untuk menjawab panggilan telepon. Wajah terdapat senyuman, juga sedikit tidak berdaya. Pandangannya terus tertuju pada ibu dan anak yang ada di ruang tamu. Tangan Stela penuh dengan krim. Ujung jari Elijah juga terkena krim kue, langsung digosokkan ke atas hidung Stela. Kemudian, ibu dan anak mulai membuat keributan lagi. Emilio selesai menjawab teleponnya dan kembali, duduk di sofa samping mereka. “Kenapa?” Elijah bertanya. “Telepon dari Paman Leonhard. Istrinya pergi mencari Areum. Paman Leonhard takut Rayn membuat keributan, ingin menyuruhku ke sana membujuknya.” “Lalu kenapa kamu masih belum pergi?” “Masalah keluarga orang lain, aku tidak nyaman ikut terlibat. Apalagi, Rayn sudah membulatkan tekad menikahi Areum. Ketika seorang pria tulus mencin
“Aku jamin, walaupun kamu berada dalam satu kota, aku juga tidak akan berinisiatif untuk bertemu dengannya, aku juga tidak akan menikah dengannya.” Mata hitam Rayn menatapnya dalam-dalam, sorot matanya dipenuhi api amarah dan rasa sakit yang mendalam. “Areum, apakah dalam pandanganmu perasaanku tidak berharga sedikit pun?” Bisa dibuang begitu saja? Dari awal hingga akhir, hanya diriku sendiri yang terus berusaha memenangkan hatimu, hanya diriku sendiri yang sibuk ke mana-mana untuk melakukan hal-hal ini sendirian!” Rayn sedikit meninggikan suaranya pada Areum. Areum membeku berdiri di tempat, menatapnya dengan air mata yang tertahan dalam rongga mata. Meskipun temperamen Rayn tidak baik, tapi di depan semua orang, dia adalah tuan muda yang memenuhi kriteria, sopan dan berperilaku baik. Bisa membuat dia marah dengan kata-kata kasar, dapat dibayangkan, saat ini dia sudah marah sekali, juga sudah sangat sakit hati. Areum berusaha keras menahan air matanya, suara sedikit serak dan t
Di luar jendela, masih hujan deras disertai bunyi petir yang saling bersautan, suasana hati Rayn sungguh tidak baik. Di dalam rumah, tekanan udara sangat rendah. Terasa begitu mencekam. Rayn berjalan perlahan menuju ruang tamu. “Wah, jarang sekali bisa kumpul semua. Apa maksudnya, mau interogasi ya.” Sudut bibir Rayn muncul senyuman, mata hitam seperti tertutup selapis uap air. “Naik ke atas ganti pakaian dulu baru turun ke bawah untuk bicara. penampilan berantakan, mau jadi apa?” Jayden berkata dengan wajah suram dan suara dingin. Rayn mengangkat bibirnya, perlahan-lahan berjalan ke lantai atas. I setiap anak tangga ada bekas jejaak air dari Rayn. Dengan santai mandi, ganti sebuah kemeja dan celana panjang bersih, ia berjalan menuruni anak tangga dengan santai. Orang-orang yang ada di ruang tamu sungguh sabar sekali, ternyata semua masih menunggunya. Rayn memegang handuk, menyeka rambutnya, dengan santai duduk di sofa tunggal, sedikit menyilangkan kedua kakinya. Jayden melototin
“Cukup, aku lihat cara apa pun tidak berguna padamu lagi, yang sudah kamu pelajari selama beberapa tahun ini dikemanakan semuanya, berani berteriak pada ibumu, mau jadi apa? Demi seorang wanita, membuat keributan hebat. Jangankan tubuh Areum ada kekurangan, walau tidak ada, aku juga tidak akan setuju dia masuk ke dalam rumah ini.Menikahi wanita seperti ini, hanya akan membuat rumah menjadi tidak tenang.”Tangan Rayn perlahan diturunkan dari wajahnya, cahaya di matanya sedikit demi sedikit mulai redup, saat bicara lagi, nada bicara tenang tapi sangat dingin sekali, tampangnya yang penuh kegagalan dan sudah menyerah. Begitu pilu bagi yang melihat ke dalamnya, bagaikan jurang tanpa dasar.“Terserah kalian saja, kalian ingin aku menikahi siapa pun untuk dijadikan hiasan, aku tidak peduli. Bagaimana pun wanita itu, jangan harap akan memiliki anak dariku.” Rayn selesai bicara, berbalik dan langsung pergi.“Rayn!” Daisy mengejar beberapa langkah, tentu saja tidak terkejar, malah hampir ter
Meskipun Jayden dan istrinya merasa marah, tapi bagaimanapun Rayn tetap putra kandung, tidak bisa tidak khawatir. Untuk itu, Jayden menelepon Emilio, meminta dia menjaga Rayn. Emilio dan Sebastian mencari sepanjang malam, baru menemukan Rayn yang setengah mabuk di sebuah bar. “Tuan muda Forger bersembunyi dan bersantai di sini, sungguh membuat kami tidak mudah menemukanmu, hampir saja melakukan pencarian di seluruh kota.” Sebastian duduk di sebelah Rayn berkata dengan nada berlebihan. Emilio duduk di hadapan mereka, pandangan melirik botol bir kosong yang ada di atas meja, kemudian, melambaikan tangan menyuruh pelayan membereskannya, diganti dengan anggur merah yang lebih rendah alkohol dan enak. Rayn hanya melirik sejenak, tapi tidak mengatakan apa-apa. Dua botol anggur merah kelas atas disajikan di atas meja Emilio mengambil decanter anggur, lalu menuang setengah gelas untuk Rayn. Mengangkat gelas anggur, bersandar di sofa dengan gaya malas, aura jahat di antara kedua alisnya m
Tiga hari telah berlalu sejak Emilio mengetahui kabar Elijah akan menikah. Baik Earnest dan Jesslyn juga kebingungan dengah hal ini. Emilio terlihat frustrasi dan sangat pucat. Tapi, keduanya tidak tahu apa yang telah terjadi pada Emilio. Akhirnya Earnest menginterogasi Sebastian. Sebastian pun akhirnya menceritakan semuanya. Earnest tahu ini adalah buah perbuatannya, dia yang sengaja memisahkan Elijah terlepas dari semua kebohongan yang dilakukan oleh Emilio. sepenuhnya Elijah mengerti. Tapi, desakan untuk meninggalkan Emilio lebih besar akhirnya Elijah yang meninggalkannya meninggalkan bekas yang tak mungkin tertutup kembali. Emilio tidak terlihat di beberapa perusahaan. Dia hanya berdiam diri di rumahnya. tinggal di dalam ruang kerjanya tanpa berniat keluar. Perasaannya masih tidak stabil. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan ini. tapi dia juga sadar akan kesalahannya yang tak mungkin untuk diperbaiki lagi. Di tengah kesedihannya suara ketukan pintu terdengar lem
Emilio membuka berkasnya dan melihat isi dari dokumen itu. Matanya membelalak. Sudah jelas jika Emilio juga sama kagetnya. Dia tidak pura-pura tidak mendengar perkataan Sebastian, dia tidak mempercayai kenyataan yang ada di depannya ini. Rasanya begitu sesak, ia kesulitan bernapas. Emilio mundur beberapa langkah. Di dalam pikirannya mungkin dia berkata, kenapa semua ini terjadi padanya? Selama enam tahun dia berharap jika istrinya akan kembali padanya suatu saat nanti. Tapi, harapan itu tinggal harapan. Hari yang selalu dinantikannya itu tidak akan pernah datang padanya. Emilio membalik setiap lembarnya. Dia melihat foto Elijah tertawa bahagia bersama seorang pria yang digadang-gadang adalah calon suaminya. “Apakah informasi ini valid?” Emilio bertanya. “Ya, informan kita bahkan mengirimkan undangannya.” Jawab Sebastian. Tidak ada pembicaraan lagi. Emilio meremas dokumen itu, matanya mulai memerah. Sebastian tahu bagaimana perasaannya sekarang. Sedih hancur dan
Elijah yang baru saja selesai memasak sejenak tertegun, hatinya begitu hangat kala melihat kedekatan Ezy dan Dareen. Mereka berdua bagaikan pasangan ayah dan anak. Jika orang di luaran sana melihat mereka berdua mungkin tidak akan menyangka jika Dareen hanyalah ayah sambung. Tawa renyah itu memenuhi seisi rumah, Celine yang berada di ruang tamu pun ikut tersenyum dengan tingkah laku keduanya. Mereka bagaikan anak kecil yang bahagia hanya dengan melakukan hal sederhana. “Ezy, turunlah. Ayahmu pasti sangat lelah.” Elijah berjalan ke arah meja makan seraya membawa sepiring daging dan meletakkannya di meja makan. “Cepat cuci tanganmu, kita makan malam bersama.” Ajak Elijah pada Dareen. “Ezy, kamu juga cuci tanganmu sebelum makan.” Perintahnya. “Ok!” Ezy memberi isyarat pada jari tangannya yang kecil. Elijah hanya mengulas senyum, lalu kembali menata meja makan. Dareen dan Ezy menuju wastafel, keduanya mencuci tangan bersamaan. Ezy menaiki kursi kecil lalu mele
Dareen sangat sibuk sekali, dia mulai mengurusi masalah pernikahan, lalu bulan madu semua itu membutuhkan waktu, namun Dareen memintanya untuk menyelesaikannya dalam waktu satu minggu. asistennya Maxi secara intensif sedang mengatur jadwalnya, berusaha keras agar jadwal Dareen tidak bentrok dengan yang lainnya. Setelah rapat rutin, Dareen berjalan keluar dari ruang rapat, tangan kirinya memegang sebuah dokumen, sambil berjalan, sambil berpesan sesuatu pada Daniel. Asisten Maxi datang dari depan, dengan hormat berkata. “Direktur, orang dari perusahaan penyelenggara pernikahan datang, saya sudah mengaturnya di ruang tamu untuk menunggu Anda.” “Mmm.” Dareen mengangguk pelan, berjalan memasuki ruang tamu. Daniel adalah salah satu orang kepercayaan Dareen, dan juga sahabat baginya. Maka dari itu setiap Dareen merencanakan sesuatu, dia akan selalu ikut andil di dalamnya. Dareen segera mengikutinya masuk ke dalam. Perusahaan penyelenggara pernikahan datang dua orang, satu
Untuk sesaat Elijah dibuat bingung harus berkata apa dengan kondisi yang ada di depannya. Beberapa waktu lalu, Elijah juga berharap Dareen bisa membawa cincin dan melamarnya. Dan sekarang saat momen itu tiba, Elijah malah belum sadar. Melihat Elijah tak bergerak, Geofrey tak kuasa bicara, "Nyonya, seharusnya Anda mengerti. Biasanya pria ini tak mau berurusan dengan hal seperti ini, menghindari wanita, janji yang diucapkannya juga tak sembarangan. Pria baik seperti ini, jika kamu sungguh melewatkannya, tidak akan ada kesempatan kedua." Kesadaran Elijah kembali dan tidak membalas perkataan Geofrey. Elijah lama sekali menatap Dareen. Kalau setuju, nantinya mungkin akan banyak bahaya. Jika tidak setuju, apakah dirinya sungguh melewati begitu saja perasaannya? "Ya." Akhirnya telah diputuskan. Hati Elijah seperti melepaskan sebuah batu besar. Ia merasa jika sudah saatnya dia melepaskan masa lalunya, dan memulai hidup baru. Melihat Elijah mengangguk, Dareen tak ku
Walau tubuhnya sedikit gemetar, tapi perlakuan Dareen sangatlah lembut. Elijah mengangguk, mengisyaratkan jika dirinya menyetujuinya. Dareen tersenyum puas, dia mulai menggeluti Elijah. desahan lembut terdengar memenuhi seisi ruangan. Keesokan paginya. Elijah terbangun, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit. Elijah memutar tubuhnya dan melihat di Dareen yang berbaring di sebelahnya. Apa yang terjadi? Elijah berpikir. Ah benar. Dirinya ingin pergi, lalu dihalangi, setelah itu... Dada bidang serta perut berotot terlihat jelas, suara yang serak, karena bergairah, wajahnya pun memerah, saat itu Dareen sangat tampan dan menawan.. Elijah tak berani memikirkannya. Saat ini Elijah merasa wajahnya pasti merah sekali. Dareen sangat menikmati melihat perubahan wajah Elijah, ujung hidungnya yang mancung meneteskan keringat. "Kenapa? Apa kamu masih belum puas melihatnya?" Dareen tersenyum licik. Sepasang matanya yang sedari awal sudah bersinar semakin terliha
Setelah Dareen keluar dari rumah keluarga Lee, dia langsung berkendara menuju hotel di mana Elijah menginap. Daniel yang berada di luar ketika melihat mobil Dareen masuk, dan berhenti tepat di depannya segera menyapa, "Direktur." Dareen mengangguk dan bertanya, "Apakah semua orang berada di dalam?" Daniel menjawab, "Ya, mereka baru saja selesai makan." Dareen mengangguk dan berdiri di depan pintu, sejenak ragu-ragu apakah akan masuk atau tidak. Daniel melihatnya berdiri lama sekali, tanpa bergerak, tidak bisa menahan diri bertanya, "Apakah kamu tidak akan masuk dan melihat-lihat?" Begitu Dareen ingin menjawab, pintu terbuka. Celine ibu angkat Elijah yang membukakan pintu. Dia jelas mendengar langkah kaki seseorang, jadi dia keluar. Untuk melihatnya, Dareen sedikit terkejut, dan langsung menyapa, "Ibu." Celine menatapnya dalam-dalam lalu berkata, "Kita harus bicara." Dareen sudah lama ingin melakukan ini, mengangguk sekarang, menutup pintu den
Sejak hari di mana Elijah berbagi kisah dengannya. saat itu pula Dareen meyakinkan dirinya untuk memiliki dan menjaga Elijah beserta putranya. Dia tidak ingin kehilangan mereka, mendengar kisahnya membuat Dareen tahu bagaimana kuatnya Elijah. Dia merasa jika Elijah harus berada di sampingnya, dia memutuskan untuk benar-benar menikahinya bukan hanya sekedar kontrak belaka. Lika-liku telah dilewati. Ezy sudah keluar dari rumah sakit. Tes yang dilakukan juga tidak menunjukkan suatu penyakit di dalam tubuh kecil Ezy. Dan Elijah dia sudah kembali ke vila mengasuh Ezy dan merawat ibunya. Alicia terus memohon pada Dareen untuk melepaskan keluarganya, dia bahkan menunggunya berhari-hari untuk meminta mengampunannya. Walau Dareen bersiteguh dengan keputusannya tapi Elijah tidak bisa sejahat itu. Dia ikut memohon pada Dareen untuk melepaskan Alicia. Dareen pun menyetujuinya asalkan Alicia pergi, dan tidak menunjukkan batang hidungnya lagi di depan Dareen maupun Elijah. mau t
“Tenanglah,” Dareen menangkap tangan Elijah. Dia mengusap lembut bekas memar yang kian memudar itu. Ia menatapnya lekat dan dalam. “Semuanya akan baik-baik saja. Selagi kau tidak ada, aku akan merawatnya. Jadi jangan khawatir. Aku juga sudah mengirim seseorang untuk menjaga ibumu.” Dareen terus mengusap puncak kepala Elijah seperti anak kecil.Perkataan dan perlakuannya membuat Elijah takut. Takut semakin bergantung pada laki-laki yang baru dikenalnya ini. Semua tindakan Dareen membuat Elijah semakin nyaman. Jika saja hubungan ini bukan hanya sekedar pernikahan kontrak, alangkah bahagianya dia.Seorang pria yang begitu baik, bisa melindungi dan menjaganya. Rasanya dia mulai berharap lebih pada Dareen. Dia seakan menginginkan jika pernikahan ini seharusnya nyata tidak ada kebohongan.Elijah merasa semakin sering dia bersama Dareen, perasaannya kian berkembang. Dia mencoba mengabaikannya tapi lagi dan lagi persaan itu malah semakin kuat. Elijah menggelengkan kepalanya mencoba membuang s