BAB. 115Elijah mendengar demikian, hanya tersenyum sekilas. Setelah itu, dia merapikan bajunya dan turun dari kasur, mengulurkan tangan untuk membuka pintu kamar.Pintu kamar terbuka, Stela langsung berlari masuk, dengan kaki pendeknya dan langsung berlari menuju pelukan ibunya yang lembut.“Anak kesayangan Mama sudah pulang ya.” Elijah mengecup dengan lembut pipi Stela yang tembam.“Mama, sus Maria membawaku main perosotan,” Stela bicara dengan penuh keriangan.Elijah mengangguk tersenyum, lalu bertanya lagi, “Apa Stela suka main perosotan?”“Suka.” Stela mengangguk dengan kuat, dan berkata lagi, “Stela mau makan permen kapas, Mama belikan permen kapas untuk Stela ya.”Sus Maria merasa apabila membiarkan anak kecil makan terlalu banyak makanan manis akan tidak baik untuk kesehatan giginya, sehingga jarang mengizinkan Stela memakan permen. Stela sangat pintar, setiap kali tidak berhasil mendapatkan sesuatu dari Sus Maria, akan beralih membujuk ke Elijah.Elijah tersenyum mengangguk,
Memang benar Emilio sedang memusingkan masalah pemindahan penghuni lama. Emilio mengakui bahwa dirinya bukan pengusaha yang tidak berperikemanusiaan, dengan kondisi yang masih bisa memperoleh laba, dia akan berusaha mengganti kerugian penghuni di sana. Nominal kompensasi Xavier Group, lebih tinggi 20% di atas ketentuan pasaran dan ketentuan pemerintah, sehingga banyak orang sudah pindah dengan senang hati. Akan tetapi, tetap saja ada manusia yang terlalu rakus dan tamak, bukan semua orang akan bersyukur dan puas dengan berkat yang ada. Bagi orang tertentu, permintaannya akan semakin besar apabila semakin besar kebaikannya yang ditawarkan. Sehingga banyak yang menjadi rakus berlebihan. Ada beberapa penghuni yang tidak ingin pergi, permintaan yang diinginkannya juga tidak masuk akal. Dalam penilaian mereka, Xavier Group adalah sebuah tangkapan besar, cukup membuat mereka makan seumur hidupnya hanya dengan sekali memancing. Hal yang lebih mengesalkan adalah, masih ada yang mengatakan
Rainer tersenyum lamban, lalu berkata kepada Rayn. ”Kamu jangan begitu memanjakan dia, nanti jadi kebiasaan.” “Di rumah kita ini hanya ada seorang puteri saja, tidak memanjakan dia mau memanjakan siapa lagi.” Rayn berkata dengan nada tidak peduli. Pada saat Claire dilahirkan, Rayn baru saja berumur belasan, anak laki-laki yang belum dewasa, merasa tertarik ketika melihat bayi yang begitu kecil. Sehingga hubungan paman dan keponakan ini selalu baik. Lagi pula, cara membesarkan anak laki-laki tentu saja berbeda dengan cara membesarkan anak perempuan. Anak laki-laki harus belajar mandiri, sementara anak perempuan tentu saja harus dimanjakan. “Begitu suka memanjakan anak kecil, kamu cepat menikah dan memanjakan anak sendiri saja, selagi kesehatan tubuhku masih baik, masih bisa bantu kamu menjaganya.” Daisy membuka mulut tepat pada waktunya. Namun setelah itu, suasana menjadi kaku dalam waktu seketika. Wajah tampan Rayn yang masih tersenyum sebelumnya, menjadi tidak berekspresi sama s
Areum dibuat tidak bisa mengatakan apapun olehnya, wajahnya sebentar merah sebentar pucat. Sundae sampai sudah meleleh sepenuhnya, dia tetap tidak menyentuhnya.Ketiganya berjalan keluar dari toko es, naik lift naik ke area pakaian wanita di lantai 3.Gadis usia belasan tahun seperti Claire sedang ingin berpenampilan cantik, begitu melihat gaun yang cantik langsung menghentikan langkah.Areum membantunya memilih beberapa gaun yang sesuai dengan usia juga statusnya yang masih murid sekolah, Claire senang sampai hampir menari-nari.Selain baju dan sepatu, Areum juga membelikan Claire tas tangan. Tas yang dibelikan merupakan tas limited edition yang cukup ternama, ketika di pajang di etalase toko, Claire langsung jatuh hati ketika melihatnya.Areum juga sangat memanjakan Claire, ketika membayar sama sekali tidak berkedip.Ketika wanita belanja tidak pernah punya batasan, begitu melihat sudah hampir jam 2 siang.Rayn pergi untuk menjawab panggilan ponselnya yang sedari tadi terus berderin
“Rayn, apakah kamu terluka?” Areum terlihat pucat, bertanya dengan wajah panik.Rayn menggeleng, ia mengangkat lengan baju yang sobek tergores pisau.Akhirnya jantung Areum yang hampir lepas bisa merasa tenang sekarang.“Jangan takut, aku tidak apa-apa.” Rayn merangkulnya sambil menelpon kantor polisi pusat kota.Kemudian mobil datang dan membekuk dua orang pencopet itu masuk ke dalam mobil polisi. Polisi yang bertugas mengangguk hormat pada Rayn dan berkata, “Dokter, berdasarkan prosedur, Anda perlu ikut ke kantor untuk memberikan keterangan.”“Hm, hari ini aku tidak sempat, besok pagi aku akan kesana.”Polisi segera mengangguk dan berkata dengan sopan, “Maaf merepotkan Anda.” Lalu pergi dengan mengendarai mobil polisi.Menghadapi kejadian seperti ini, mereka sudah tidak punya suasana hati untuk makan lagi, Claire juga cukup shock karena kejadian ini.Rayn mengantar Claire pulang, lalu mengingatkan, “Kejadian hari ini jangan beritahu kakek dan nenek, jangan buat mereka khawatir, meng
“Kalau bukan karena aku yang tiba-tiba datang, apakah kamu berencana untuk membiarkannya menginap di sini?” Aaron berkata dengan santai, namun tatapannya yang dalam dan tajam tertuju lurus kearah Areum.Areum tetap berdiri didepan jendela dan termenung, seolah sama sekali tidak mendengar apa yang ia katakan.Tiba-tiba Aaron menarik tirai gorden dan menutupi pandangan Areum.“Kalau kamu berencana rujuk kembali dengannya, tidak ada salahnya. Apa yang terjadi terdahulu sama sekali tidak perlu kamu anggap sebagai beban, kecelakaan yang terjadi padamu, bukan dia yang menyebabkannya langsung, tapi dia sudah seharusnya bertanggungjawab.”Setelah Areum mendengarnya, hanya meliriknya dengan datar, namun tetap tidak bicara.Alis Aaron agak mengkerut, mulai tidak sabar dengan sikapnya yang sama sekali tidak tergesa-gesa, “Rayn belakangan ini selalu memperhatikanmu, dia bahkan rela cuti untuk mencoba menghabiskan hari denganmu. Areum kecelakaan itu bukan kesalahannya, jika suatu saat nanti dia me
Pada saat yang sama, Emilio sedang mengadakan rapat darurat di perusahaan.Proyek pembangunan secara resmi sudah diluncurkan, dan masalah yang paling sulit untuk diselesaikan adalah masalah dengan warga yang tinggal disana. Emilio sudah berulang kali menekankan jangan sampai ada korban, bahkan menyuruh Sebastian untuk terus mengawasinya dengan ketat, tetapi tetap saja masih terjadi.Seorang kepala konstruksi yang bertanggung jawab atas pembongkaran menyalakan mesin eskafator dengan inisiatifnya sendiri, dengan paksa membongkar rumah warga. Di rumah itu, ada seorang nenek tua lumpuh yang tidak memiliki kemampuan untuk melarikan diri, ia langsung tertimpa di dalam rumahnya dan tewas.Jatuh korban jiwa, itu membuat masalah menjadi lebih besar. Ketika putra dan menantu di keluarga itu pulang, mereka menangis histeris dan begitu terpukul, di lokasi proyek itu dipenuhi oleh karangan bunga. Saat ini, proyek dihentikan sementara.“Zarco si berengsek itu cukup pandai, bisa-bisanya ia menyisipk
Malam sudah semakin larut, Emilio membawa Elijah masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua, Elijah tidak bersuara, raut wajahnya tampak sedih, entah apa yang dialami Elijah saat Emilio tengah berada di luar. Elijah duduk di tepi ranjang sembari menunduk. Emilio sadar akan hal itu sehingga dia berinisiatif untuk menghampirinya dan bertanya.“Ada apa?”Elijah masih menundukkan kepalanya ke bawah. Ia sedikit enggan menatap mata Emilio. “Tidak ada,” ia bicara dengan keadaan yang sama, masih tetap menundukkan kepalanya ke bawah.“Jika tidak ada, tidak mungkin kau murung seperti ini. apa mereka menggunjingmu lagi?” Emilio kembali bertanya.“Sungguh, tidak ada,” Elijah mengulas senyum pahit di bibirnya. Kedua manik itu tampak berkaca-kaca saat menatap Emilio.Emilio kaget, dia tidak menyangka jika Elijah berkaca-kaca, air di dalam rongga matanya itu seakan mau tumpah keluar. Emilio menelan salivanya, perlahan ia melepas dahi yang terpasang di lehernya lalu setengah berlutut di hadapan Elij