Setelah berhari-hari tinggal di rumah sakit akhirnya memar di wajah Emilio sudah pulih, bahkan tidak meninggalkan bekas sedikit pun. Obat yang diberikan oleh Rayn sangat manjur. Walau baru beberapa hari Emilio sudah sangat merindukan Elijah dan juga Stela, rasanya dia ingin segera pulang untuk menemui mereka. Saat Emilio tengah berganti pakaian, pintu terbuka, dia berbalik dan mendapati Earnest telah berada di belakanganya. Dia menatap tajam ke arah Emilio. dia juga tidak memberikan celah sedikit pun. “Anda datang. Kukira Anda sudah lupa jika memiliki putra seperti aku ini.” “Bagaimana aku bisa tidak datang menjenguk putraku sendiri?” Emilio menyeringai, dia bahkan tidak menganggap perkataan Earnest. Dia meliriknya sekilas lalu berkata. “Tentu saja kau bisa melewatkannya, lagi pula kemarin pun Anda tidak berpihak padaku.” Emilio berbalik menatapnya yang terkesan mengejek itu. “Emilio! kamu tidak sepantasnya b
Saat bersantai di ruang tamu, Emilio kembali mendapat panggilan telepon dari Sebastian. Dengan enggan Emilio pergi ke perusahaan. Waktu berlalu begitu cepat tak terasa langit yang awalnya masih terang kini sudah gelap. Jam menunjukkan sudah tengah malam. Emilio bergegas pulang ke mansion. Saat memasuki rumah suasana di sana begitu sepi. Semua orang telah tidur kecuali Joseph yang senantiasa menunggunya pulang. Emilio kembali ke rumah dengan sedikit lelah, pelan-pelan dia berjalan menaiki anak tangga yang memutar ke lantai atas dan kembali ke kamar. Lampu dinding kamar tidur masih menyala, cahayanya redup dan hangat. Elijah tengah bersandar duduk di tepi ranjang, matanya terpejam, tertidur nyenyak dan manis, tubuhnya ditutupi dengan selimut yang berwarna biru pastel, kedua tangannya tengah tengah memegang sebuah buku. Emilio melepaskan mantel, dan menggantungnya di gantungan pakaian yang ada di sebelah samping lemari. Dia berjalan perlahan-lahan ke tepi
Setelah mereka pergi, Areum selalu membungkuk dan menangis di atas meja. Di saat menangis tiba-tiba saja mendengar lonceng angin pintu berbunyi. Dia mengangkat wajahnya, dan sembarang menyeka air mata di wajahnya, tetapi sepasang matanya sangat merah seperti mata kelinci. Dia melihat ke arah pintu, hanya melihat seorang pria muda berdiri, dengan kedua tangan yang disematkan ke dalam saku celananya. Postur tubuhnya agak malas, alis dan matanya mirip dengan Areum, penampilannya sangat lembut dan anggun. “Untuk apa kamu datang ke sini?” Areum mengalihkan pandangannya suaranya terkesan acuh dan dingin. Aaron mengayunkan kakinya, berjalan ke dalam dengan santai, dia melambaikan tangan pada Reina. “Kamu, hari ini pulang lebih awal. Pergilah.” Mendengar hal itu Reina merasa senang, dia segera mengambil tasnya dan melarikan diri dari pandangan Areum. Melihat hal itu Areum mengerutkan keningnya, dia tidak habis pikir palayan tokonya kabu
Satu bulan kemudian. Setelah bujuk rayu dilakukan akhirnya Tuan Briar membawa Areum masuk ke dalam rumahnya, dia juga meminta Areum untuk menangani perusahaan cabang fashion. Di sana dia menjadi kepala desainer. Dia ditunjuk jadi kepla desainer bukan tanpa alasan. Dia memiliki kualifikasi dan memenuhi persyaratannya dan itu membuatnya lebih mudah masuk ke perusahaan. Hari ini adalah pengenalan pakaian koleksi terbaru dari Desire Fashion, sebagai kepala desainer yang bertanggung jawab. Areum memberi perintah di lokasi dengan teratur. Hari ini dia mengenakan gaun berwarna mint, rambut hitam panjang diikat, dan hiasi dengan jepit rambut yang senada dengan gaunnya, cantik dan sangat elegan. Sebagai seorang desainer, jelas tidak ada yang bisa menyesuaikannya lebih baik daripada Areum. Seorang model cantik menopang pipiny dengan satu tangan, pandangannya tertuju pada Areum. Melihat penampilannya yang serius, cahaya lampu crystal jatuh di wajahnya yang
Areum ikut dengan Hans, dua orang tidak jalan terlalu jauh, melainkan berdiri di bahu jalan sambil ngobrol. “Areum. Kudengar sekarang kamu bekerja di DF?” Hans bertanya. Arem mengangguk. “DF adalah tempat kerja ibuku dulu, aku di sana, juga bisa membantu Aaron.” “Begini sangat bagus, harapan terbesar mendiang tante adalah berharap kamu bisa bangkit kembali." Areum mengatupkan bibir, satu sama lain menjadi hening sesaat. Kemudian, Hans mengeluarkan selembar kartu undangan dan disodorkan padanya. “Aku sudah mau menikah.”Areum mengulurkan tangan menerima kartu undangan, ekspresi di wajah penuh kejutan. "Selamat ya, Hans." “Memang sudah seharusnya mengucapkan selamat padaku, sudah berlalu selama bertahun-tahun, akhirnya bisa aku melepaskannya, melepaskan obsesiku padamu.” Hans menghela nafas mengatakannya.Ekspresi di wajah Areum sedikit canggung, mengatupkan bibir dan tidak bicara. “Istriku, dia adalah seorang dokter.
Di malam yang sama Elijah dan Emilio baru saja menyelesaikan sebuah malam yang penuh gairah. Dua orang dengan mesra terbungkus di dalam selimut, sedang ngobrol. “Hari ini ketika acara fashion berakhir, aku melihat dokter Rayn di sana.” “Eng, mungkin dia pergi mencari Areum.” Emilio menjawab dengan santai, sudah kebiasaannya mengulurkan tangan mengambil rokok dan korek api yang ada di nakas samping ranjang. Dia baru saja mengeluarkan sebatang rokok dari kotak rokok, langsung direbut oleh Elijah. “Ingin cepat mati agar lebih cepat reinkarnasi lagi ya.” Emilio tersenyum, memberikan korek api yang ada di tangannya. Elijah melempar rokok dan korek api kembali ke nakas samping ranjang, dengan puas meringkuk ke dalam pelukannya. Lanjut mengatakan: “Siapa Areum?” tanyanya penasaran. “Kekasih serta separuh jiwanya.” “Ah, kekasih yang menghilang itu ya. Sepertinya kisah cinta mereka sangat berliku. “Ada sebuah kesa
Hari begitu cerah. Langit juga sangat biru, sesekali angin berhembus melintasi kota. Di sebuah ruangan yang tertutup Emilio beserta pemimpin departemen yang bertanggung jawab dalam desain dan pemasaran berkumpul di sana, seperti biasanya Emilio mengadakan rapat rutin untuk meninjau kinerja pegawainya. Setelah berada di dalam ruang rapat selama lima jam akhirnya rapat itu selesai dan meninggalkan kesan baik pada Emilio yang biasanya selalu ingin mendapatkan sesuatu yang sempurna, tapi tidak dengan kali ini. Emilio keluar lebih dulu, segera menuju ruangannya. raut wajah Sebastian sudah sangat tidak baik, saat dia masuk ke dalam menyusul Emilio. firasat yang tidak asing itu, sudah dapat ditebak olehnya, tapi tetap saja saat mendapat kabar itu tetap membuatnya kaget. Sebastian menyerahkan sebuah berkas yang terbungkus map coklat. Emilio membukanya perlahan, dan Sebastian mulai berbicara. “Eito menghilang, setelah dia keluar dari penjara. T
BAB. 115Elijah mendengar demikian, hanya tersenyum sekilas. Setelah itu, dia merapikan bajunya dan turun dari kasur, mengulurkan tangan untuk membuka pintu kamar.Pintu kamar terbuka, Stela langsung berlari masuk, dengan kaki pendeknya dan langsung berlari menuju pelukan ibunya yang lembut.“Anak kesayangan Mama sudah pulang ya.” Elijah mengecup dengan lembut pipi Stela yang tembam.“Mama, sus Maria membawaku main perosotan,” Stela bicara dengan penuh keriangan.Elijah mengangguk tersenyum, lalu bertanya lagi, “Apa Stela suka main perosotan?”“Suka.” Stela mengangguk dengan kuat, dan berkata lagi, “Stela mau makan permen kapas, Mama belikan permen kapas untuk Stela ya.”Sus Maria merasa apabila membiarkan anak kecil makan terlalu banyak makanan manis akan tidak baik untuk kesehatan giginya, sehingga jarang mengizinkan Stela memakan permen. Stela sangat pintar, setiap kali tidak berhasil mendapatkan sesuatu dari Sus Maria, akan beralih membujuk ke Elijah.Elijah tersenyum mengangguk,
Tiga hari telah berlalu sejak Emilio mengetahui kabar Elijah akan menikah. Baik Earnest dan Jesslyn juga kebingungan dengah hal ini. Emilio terlihat frustrasi dan sangat pucat. Tapi, keduanya tidak tahu apa yang telah terjadi pada Emilio. Akhirnya Earnest menginterogasi Sebastian. Sebastian pun akhirnya menceritakan semuanya. Earnest tahu ini adalah buah perbuatannya, dia yang sengaja memisahkan Elijah terlepas dari semua kebohongan yang dilakukan oleh Emilio. sepenuhnya Elijah mengerti. Tapi, desakan untuk meninggalkan Emilio lebih besar akhirnya Elijah yang meninggalkannya meninggalkan bekas yang tak mungkin tertutup kembali. Emilio tidak terlihat di beberapa perusahaan. Dia hanya berdiam diri di rumahnya. tinggal di dalam ruang kerjanya tanpa berniat keluar. Perasaannya masih tidak stabil. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan ini. tapi dia juga sadar akan kesalahannya yang tak mungkin untuk diperbaiki lagi. Di tengah kesedihannya suara ketukan pintu terdengar lem
Emilio membuka berkasnya dan melihat isi dari dokumen itu. Matanya membelalak. Sudah jelas jika Emilio juga sama kagetnya. Dia tidak pura-pura tidak mendengar perkataan Sebastian, dia tidak mempercayai kenyataan yang ada di depannya ini. Rasanya begitu sesak, ia kesulitan bernapas. Emilio mundur beberapa langkah. Di dalam pikirannya mungkin dia berkata, kenapa semua ini terjadi padanya? Selama enam tahun dia berharap jika istrinya akan kembali padanya suatu saat nanti. Tapi, harapan itu tinggal harapan. Hari yang selalu dinantikannya itu tidak akan pernah datang padanya. Emilio membalik setiap lembarnya. Dia melihat foto Elijah tertawa bahagia bersama seorang pria yang digadang-gadang adalah calon suaminya. “Apakah informasi ini valid?” Emilio bertanya. “Ya, informan kita bahkan mengirimkan undangannya.” Jawab Sebastian. Tidak ada pembicaraan lagi. Emilio meremas dokumen itu, matanya mulai memerah. Sebastian tahu bagaimana perasaannya sekarang. Sedih hancur dan
Elijah yang baru saja selesai memasak sejenak tertegun, hatinya begitu hangat kala melihat kedekatan Ezy dan Dareen. Mereka berdua bagaikan pasangan ayah dan anak. Jika orang di luaran sana melihat mereka berdua mungkin tidak akan menyangka jika Dareen hanyalah ayah sambung. Tawa renyah itu memenuhi seisi rumah, Celine yang berada di ruang tamu pun ikut tersenyum dengan tingkah laku keduanya. Mereka bagaikan anak kecil yang bahagia hanya dengan melakukan hal sederhana. “Ezy, turunlah. Ayahmu pasti sangat lelah.” Elijah berjalan ke arah meja makan seraya membawa sepiring daging dan meletakkannya di meja makan. “Cepat cuci tanganmu, kita makan malam bersama.” Ajak Elijah pada Dareen. “Ezy, kamu juga cuci tanganmu sebelum makan.” Perintahnya. “Ok!” Ezy memberi isyarat pada jari tangannya yang kecil. Elijah hanya mengulas senyum, lalu kembali menata meja makan. Dareen dan Ezy menuju wastafel, keduanya mencuci tangan bersamaan. Ezy menaiki kursi kecil lalu mele
Dareen sangat sibuk sekali, dia mulai mengurusi masalah pernikahan, lalu bulan madu semua itu membutuhkan waktu, namun Dareen memintanya untuk menyelesaikannya dalam waktu satu minggu. asistennya Maxi secara intensif sedang mengatur jadwalnya, berusaha keras agar jadwal Dareen tidak bentrok dengan yang lainnya. Setelah rapat rutin, Dareen berjalan keluar dari ruang rapat, tangan kirinya memegang sebuah dokumen, sambil berjalan, sambil berpesan sesuatu pada Daniel. Asisten Maxi datang dari depan, dengan hormat berkata. “Direktur, orang dari perusahaan penyelenggara pernikahan datang, saya sudah mengaturnya di ruang tamu untuk menunggu Anda.” “Mmm.” Dareen mengangguk pelan, berjalan memasuki ruang tamu. Daniel adalah salah satu orang kepercayaan Dareen, dan juga sahabat baginya. Maka dari itu setiap Dareen merencanakan sesuatu, dia akan selalu ikut andil di dalamnya. Dareen segera mengikutinya masuk ke dalam. Perusahaan penyelenggara pernikahan datang dua orang, satu
Untuk sesaat Elijah dibuat bingung harus berkata apa dengan kondisi yang ada di depannya. Beberapa waktu lalu, Elijah juga berharap Dareen bisa membawa cincin dan melamarnya. Dan sekarang saat momen itu tiba, Elijah malah belum sadar. Melihat Elijah tak bergerak, Geofrey tak kuasa bicara, "Nyonya, seharusnya Anda mengerti. Biasanya pria ini tak mau berurusan dengan hal seperti ini, menghindari wanita, janji yang diucapkannya juga tak sembarangan. Pria baik seperti ini, jika kamu sungguh melewatkannya, tidak akan ada kesempatan kedua." Kesadaran Elijah kembali dan tidak membalas perkataan Geofrey. Elijah lama sekali menatap Dareen. Kalau setuju, nantinya mungkin akan banyak bahaya. Jika tidak setuju, apakah dirinya sungguh melewati begitu saja perasaannya? "Ya." Akhirnya telah diputuskan. Hati Elijah seperti melepaskan sebuah batu besar. Ia merasa jika sudah saatnya dia melepaskan masa lalunya, dan memulai hidup baru. Melihat Elijah mengangguk, Dareen tak ku
Walau tubuhnya sedikit gemetar, tapi perlakuan Dareen sangatlah lembut. Elijah mengangguk, mengisyaratkan jika dirinya menyetujuinya. Dareen tersenyum puas, dia mulai menggeluti Elijah. desahan lembut terdengar memenuhi seisi ruangan. Keesokan paginya. Elijah terbangun, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit. Elijah memutar tubuhnya dan melihat di Dareen yang berbaring di sebelahnya. Apa yang terjadi? Elijah berpikir. Ah benar. Dirinya ingin pergi, lalu dihalangi, setelah itu... Dada bidang serta perut berotot terlihat jelas, suara yang serak, karena bergairah, wajahnya pun memerah, saat itu Dareen sangat tampan dan menawan.. Elijah tak berani memikirkannya. Saat ini Elijah merasa wajahnya pasti merah sekali. Dareen sangat menikmati melihat perubahan wajah Elijah, ujung hidungnya yang mancung meneteskan keringat. "Kenapa? Apa kamu masih belum puas melihatnya?" Dareen tersenyum licik. Sepasang matanya yang sedari awal sudah bersinar semakin terliha
Setelah Dareen keluar dari rumah keluarga Lee, dia langsung berkendara menuju hotel di mana Elijah menginap. Daniel yang berada di luar ketika melihat mobil Dareen masuk, dan berhenti tepat di depannya segera menyapa, "Direktur." Dareen mengangguk dan bertanya, "Apakah semua orang berada di dalam?" Daniel menjawab, "Ya, mereka baru saja selesai makan." Dareen mengangguk dan berdiri di depan pintu, sejenak ragu-ragu apakah akan masuk atau tidak. Daniel melihatnya berdiri lama sekali, tanpa bergerak, tidak bisa menahan diri bertanya, "Apakah kamu tidak akan masuk dan melihat-lihat?" Begitu Dareen ingin menjawab, pintu terbuka. Celine ibu angkat Elijah yang membukakan pintu. Dia jelas mendengar langkah kaki seseorang, jadi dia keluar. Untuk melihatnya, Dareen sedikit terkejut, dan langsung menyapa, "Ibu." Celine menatapnya dalam-dalam lalu berkata, "Kita harus bicara." Dareen sudah lama ingin melakukan ini, mengangguk sekarang, menutup pintu den
Sejak hari di mana Elijah berbagi kisah dengannya. saat itu pula Dareen meyakinkan dirinya untuk memiliki dan menjaga Elijah beserta putranya. Dia tidak ingin kehilangan mereka, mendengar kisahnya membuat Dareen tahu bagaimana kuatnya Elijah. Dia merasa jika Elijah harus berada di sampingnya, dia memutuskan untuk benar-benar menikahinya bukan hanya sekedar kontrak belaka. Lika-liku telah dilewati. Ezy sudah keluar dari rumah sakit. Tes yang dilakukan juga tidak menunjukkan suatu penyakit di dalam tubuh kecil Ezy. Dan Elijah dia sudah kembali ke vila mengasuh Ezy dan merawat ibunya. Alicia terus memohon pada Dareen untuk melepaskan keluarganya, dia bahkan menunggunya berhari-hari untuk meminta mengampunannya. Walau Dareen bersiteguh dengan keputusannya tapi Elijah tidak bisa sejahat itu. Dia ikut memohon pada Dareen untuk melepaskan Alicia. Dareen pun menyetujuinya asalkan Alicia pergi, dan tidak menunjukkan batang hidungnya lagi di depan Dareen maupun Elijah. mau t
“Tenanglah,” Dareen menangkap tangan Elijah. Dia mengusap lembut bekas memar yang kian memudar itu. Ia menatapnya lekat dan dalam. “Semuanya akan baik-baik saja. Selagi kau tidak ada, aku akan merawatnya. Jadi jangan khawatir. Aku juga sudah mengirim seseorang untuk menjaga ibumu.” Dareen terus mengusap puncak kepala Elijah seperti anak kecil.Perkataan dan perlakuannya membuat Elijah takut. Takut semakin bergantung pada laki-laki yang baru dikenalnya ini. Semua tindakan Dareen membuat Elijah semakin nyaman. Jika saja hubungan ini bukan hanya sekedar pernikahan kontrak, alangkah bahagianya dia.Seorang pria yang begitu baik, bisa melindungi dan menjaganya. Rasanya dia mulai berharap lebih pada Dareen. Dia seakan menginginkan jika pernikahan ini seharusnya nyata tidak ada kebohongan.Elijah merasa semakin sering dia bersama Dareen, perasaannya kian berkembang. Dia mencoba mengabaikannya tapi lagi dan lagi persaan itu malah semakin kuat. Elijah menggelengkan kepalanya mencoba membuang s