Beranda / Romansa / Lelaki Penjaga / Tiga Puluh Sembilan :  Siapa Kamu

Share

Tiga Puluh Sembilan :  Siapa Kamu

Penulis: Dea Marta
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-02 18:13:36

“Ini hampir tengah malam, kenapa mama ada disini?” tanya Edie, saat menemukan ibunya tengah duduk diruang tengah sambil memindah-mindah channel televisi.

“Kau bersama perempuan itu?”

Tanpa mengatakan apapun, Edie masuk kekamarnya untuk melepaskan soft lensnya dan menggantinya dengan kaca mata minus. Ia juga mengganti kemejanya dengan kaus sebelum keluar lagi.

“Mama ingin minum sesuatu?”

“Kau menyukainya?”

Edie menghela nafas panjang. “Bukankah papa mengajak mama tinggal di Amerika lagi?”

“Kau akan meninggalkan dia bukan?”

Edie tidak menjawab.

“Katakan kau akan meninggalkan dia!”

Edie masih membisu. Malam ini ia berhasil membuat gadis itu tersenyum, membuatnya tertawa. Dan demi apapun ia ingin lebih lama lagi membuat gadis itu tertawa dan bahagia. Ia benar-benar tidak siap melihat gadis itu menangis lagi.   

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Lelaki Penjaga    Empat puluh :  Orang-orang Terkasih

    Edie tidak perlu mendengar apapun. Hanya dengan melihat raut wajah Jasmine saja ia tahu apa yang telah menimpanya. Wajah gadis itu benar-benar memutih. “Tolong bilang ini tidak seperti yang aku pikirkan,” bisik Jasmine. Sesaat ia tampak kebingungan, saat berikutnya antisipasi dan teror memenuhi pancaran dimatanya.“Jasmine…” Edie maju selangkah, berusaha meraih Jasmine. Namun gadis itu dengan cepat mundur.“Siapa kau?” suara Jasmine pecah. “Siapa kau?!” “Siapa, Edward?”Suara terkesiap terlontar dari tenggorokan Jasmine saat matanya bersiborok dengan wanita yang muncul di belakang Edie. Seperti melihat hantu, Jasmine semakin jauh melangkah mundur.“Jasmine...”Edward mengulurkan tangannya, namun sesuatu dari gerakan Jasmine menghentikan dirinya. Gadis itu benar-benar ketakutan.“Kau … Edward? Kalian…&rd

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • Lelaki Penjaga    Empat puluh satu  : Peran Ganda

    Entah sudah berapa lama Jasmine menangis dalam kegelapan malam. Ia menghentikan mobilnya begitu saja ditepi jalan tanpa tahu dimana dirinya dan melanjutkan tangisannyaKenapa malam yang berawal dengan indah berakhir dengan begitu menyakitkan? Edie, Edward… ya Tuhan.Akmal beberapa kali menyebutkan nama adiknya yang tinggal diluar negeri waktu itu, namun belum sekalipun ia bertemu dengannya. Ia tak pernah menduga kalau anak SMU lugu yang datang kerumahnya delapan tahun yang lalu itu adalah Edward.Sekarang ia mengerti kenapa Edie tidak suka membicarakan kedua orang tuanya dan juga kakaknya. Awalnya Jasmine mengira Edie berasal dari keluarga broken home. Sekarang ia baru tahu kalau Edie memang tidak bisa menceritakan keluarganya tanpa ketahuan jati dirinya.Dan bagaimana dengan kencan mereka? Semuanya terasa begitu manis hingga nyaris menyakitkan.…kalau aku membuat kesalahan besar. Kesalahan yang sangat besar

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • Lelaki Penjaga    Empat puluh dua : Beri Kita Kesempatan

    Edie mencengkeram kemudi mobil hingga buku-buku jarinya memutih, “Sebaiknya kau tidak mengatakan hal-hal yang akan kau sesali.”“Yang paling kusesalkan adalah membiarkanmu masuk dalam hidupku!” jerit Jasmine. Ia mengusap rambutnya dengan gusar.Jasmine memutar tubuhnya sejauh mungkin, mengangkat kedua kakinya dan menatap keluar jendela. Dengan kesal ia mengusap matanya yang kembali berair. Ia sudah menangis selama tiga hari tiga malam, kenapa air matanya belum kering juga?Edie mengawasinya dengan sendu. Ia tahu masalah ini tidak akan bisa dilewati Jasmine dengan mudah. Tak ada hal apapun yang bisa membuat masalah ini menjadi lebih mudah. Tak ada yang bisa menghindarkan Jasmine dari rasa sakit hati yang amat sangat.Selama delapan tahun ia mengemban misi dari ibunya untuk membalaskan dendam putra kesayangan keluarga mereka pada wanita yang telah menyakitinya. Sebuah misi yang sangat sulit mengingat ia nyaris lan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • Lelaki Penjaga    Empat Puluh Tiga : Aku Masih Orang Yang Sama

    “Tok, tok, tok. Boleh masuk?”Jasmine mendongak dari berkas-berkas yang sedang dilihatnya—atau pura-pura dilihatnya. Maya berdiri diambang pintu dengan senyum cerahnya.“Masuklah.”“Mau makan siang bareng dikantin?”Jasmine meluruskan punggungnya.“Atau di café depan? Kau suka makanan disana kan?”Jasmine sudah beberapa kali makan di café depan pabrik bersama Edie. “Aku sedang tidak ingin makan.”“Ternyata benar yang dikatakannya,” guman Maya seraya menaruh sebuah kantong kertas didepan Jasmine.“Apa ini?” Jasmine membukanya. Dua buah cup cake coklat dan vanilla.“Makanlah itu.”“Terima kasih.”“Ngomong-ngomong, kau film horor apa yang pernah kau tonton?”Film terakhir yang ditontonnya adalah sebuah film komedi romantis bersama Edie, b

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Lelaki Penjaga    Empat Puluh Empat : Sudah Berakhir

    Siang itu, di cafetaria perusahaan. Hampir semua orang terpaku menatap televisi besar berukuran tujuh puluh inchi yang berada disalah satu sisi ruangan. Di televisi sedang ada liputan pembangunan mall di pusat kota yang dirancang oleh Edward Sandyano Sasongko.“Astaga, bagaimana mungkin ia mendadak berubah jadi seorang arsitek?” guman Hadi sambil minum es tehnya. “Kita tidak tahu ada anak orang yang sangat kaya dan terkenal disekeliling kita.”“Ohh… kenapa aku tidak menyadarinya?” kata Vita yang duduk dimeja sebelahnya bersama Maya penuh penyesalan. “Seharusnya aku percaya saja pada hatiku dan tetap mengejarnya.”Maya mengangkat alisnya dan terkekeh.Hadi meliriknya dengan pandangan mencemooh, “Kau pikir kau masih punya kesempatan?” katanya.“Memang kenapa?” timpal Vita. “Namanya juga usaha. Dia tampan sekali.”“Dan terl

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Lelaki Penjaga    Empat Puluh Lima : Konsekuensi

    Sudah hampir tengah malam saat Jasmine tiba kembali ke apartemennya. Sebenarnya tak ada masalah penting dikantor maupun di pabrik. Sejujurnya, hari ini lebih longgar daripada biasanya. Hanya pengecekan rutin biasa yang bahkan sebenarnya bisa dikerjakan oleh para engineernya. Apalagi, akhir-akhir ini Hadi—si bangsat itu bekerja dengan sangat baik. Ia nyaris tak pernah menagih laporan dari engineernya itu dan saat ia membutuhkan semua sudah tercetak rapi di meja kerjanya.Namun membayangkan pulang ke apartemennya sore hari rasanya berat sekali. Jadi ia tetap mencari kesibukan dikantor maupun di pabrik sebelum kemudian pulang disaat ia sudah benar-benar capek dan mengantuk. Itu akan membuatnya sedikit lebih mudah karena kemudian ia akan langsung tertidur tanpa memikirkan apapun. Itu adalah teorinya. Kenyataannya ia sering bangun menjelang dini hari dan kembali mengingat semuanya. Jasmine masuk kedalam lift dengan gontai. Ia menguap dan menyandar

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-08
  • Lelaki Penjaga    Empat Puluh Enam : Dia Menjagamu

    “Ibu menyuruhmu kesini?” tanya Jasmine ketika malam itu Anton muncul di apartemennya.“Aku ingin kesini.”“Proyek di Papua sudah selesai?”“Masih akan butuh waktu lama. Tapi aku libur seminggu.” Anton langsung menuju kulkas dan memindai isi kulkas. Tidak apapun disana, batinnya. Ia mengambil sebotol air putih dan memandang kakaknya. “Kau baik-baik saja?”Jasmine mendesah lelah, “Kau sudah dengar?”Anton mengangguk. Ia menaruh botol itu di meja makan dan mendekati kakaknya itu. Ia merengkuhnya dan memeluknya erat. “Maafkan aku.”Jasmine sedikit terkejut namun membalas pelukan adiknya, sedikit malu namun juga bersyukur dengan keberadaan adiknya disana. “Kenapa kau minta maaf?”Anton melepaskan pelukannya dan mengamati muka kakaknya yang terlihat lebih tirus dibandingkan saat berkunjung kerumah tempo hari.“Dulu, aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Lelaki Penjaga    Empat puluh tujuh : Runtuh

    “Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Miranda pada Edward. “Apa semua lancar?”Malam itu Miranda sengaja mengajak suami dan anaknya makan malam disebuah restoran. Bukan hal mudah mengajak Edie yang masih marah besar pada mereka berdua. Namun, akhirnya Edie luluh juga setelah ia menungguinya dikantor dan tidak mau pergi sebelum berhasil menemui anaknya itu. Ia mengenal Edie dengan baik. Berbeda dengan Akmal, Edie adalah anak yang berhati lembut dan tidak tegaan. Dipungkiri atau tidak, Miranda tahu Akmal menyimpan sebuah sifat kejam jauh disudut hatinya—bahkan setelah diterapi selama bertahun-tahun, kekerasan yang dilakukan ayahnya masih mengendap didasar hatinya. Hanya saja ia tidak tahu Akmal akan bertindak sejauh itu pada wanita yang dicintainya.Wanita yang dicintai kedua anaknya, batin Miranda sedih.“Kenapa tiba-tiba mengajak makan direstoran?” pertanyaan malas Edie membangunkan Miranda dari lamuna

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10

Bab terbaru

  • Lelaki Penjaga    Epilog

    Keheningan pagi membangunkan Jasmine dari tidur nyenyaknya. Ia mengulurkan tangannya kesamping dan menemukan dirinya sendirian dikamar itu. Jasmine mengambil ponselnya dan melihat sudah jam lima lewat enam menit.Jasmine turun dari tempat tidur sambil mengenakan sandal kamarnya. Ia menyeret langkahnya menuju jendela kamar dan membukanya, membiarkan angin dingin menerpa lembut wajahnya. Suara burung dan ayam terdengar menyambut pagi. Namun selain itu tidak terdengar apapun. Jasmine melongok ke halaman rumah juga nampak sepi.Kemarin sore ia berkunjung kerumah ibunya. Setidaknya dua kali sebulan ia selalu datang dan menginap disana. Begitu juga semua saudara-saudaranya beserta keluarganya. Jadi, kecuali semua pingsan, tidak mungkin akan sesunyi ini.Penasaran, Jasmine keluar kamarnya.“Hei, sayang,” sapa Edie begitu ia keluar dari kamar. Suaminya itu muncul dari arah dapur. Aroma wangi kopi menguar darinya.Jasmine tersenyum malas dan mem

  • Lelaki Penjaga    Lima Puluh Tiga : Mencari Restu

    Joana melihat ke langit, sudah beberapa hari hujan turun terus setiap hari. Untunglah hari ini matahari bersinar sepanjang hari. Ia memiliki waktu untuk menyiangi tanaman sayurnya dikebun di belakang rumah. Ia mengenakan topi lebar dan juga mengambil cangkul kecil dari gudang. Dengan penuh tekad ia berangkat ke kebun. Tanaman sayurnya sudah tinggi, baik terong maupun kacang panjangnya sudah mulai berbunga dan bahkan sebagian sudah memperlihatkan buahnya. Namun karena hujan turun lebat hampir setiap hari, rumputnya juga tumbuh dengan suburnya. Kalau hari tidak hujan ia mungkin bisa menyiangi seluruh rumput hari ini.Julia dan Jennifer akan memarahinya jika tahu ia bekerja di kebun. Mereka selalu bilang ia bisa menyuruh orang lain untuk melakukan pekerjaan di kebun. Tahu apa mereka? Dia bisa gila kalau hanya diam saja seharian dirumah. Ia memang sudah tua, tapi tinggal diam dirumah sepanjang hari membuatnya terasa renta.Joana mulai membersihkan rumput-rumput liar

  • Lelaki Penjaga    Lima puluh dua : Kasih Seorang Ayah

    Erick dan Heru seketika berdiri. Seorang bapak-bapak dengan rambut putih masuk dengan dengan murka. Julian yang semula terpekur mendongak. Seketika ia berdiri dan mundur, tampak ketakutan.Lelaki yang tak lain adalah Sasongko itu terus maju dan menerjang ke arah Julian. Ia mengepalkan tinjunya dan mengayunkannya. Tinjunya tepat mengenai hidung lelaki itu. Julian terjengkang menimpa meja dibelakangnya dan terjatuh. Belum puas dengan itu, Sasongko mendorong Julian hingga terbaring ditanah dan menaikinya. Ia kembali mengayunkan tinjunya dengan brutal. Beberapa kali mengenai pipi dan pelipis lelaki yang sebaya dengannya itu.Beberapa anggota kepolisian yang sebelumnya tertegun kemudian dengan cepat menghampiri dan menarik Sasongko. “Pak, tunggu pak, hentikan!”“Lepaskan! Dasar bajingan!” teriak Sasongko. “Apa kau manusia?!”Salah satu anggota polisi juga membantu Julian bangun. Ia mengaduh kesakitan. Sudut bib

  • Lelaki Penjaga    Lima Puluh Satu : Harga Dari Sebuah Pelajaran

    Siang itu, Edie pergi ke Rumah Sakit untuk mengunjungi korban runtuhnya bangunan mall. Awalnya ia akan berangkat sendiri bersama Mia, sekretarisnya. Namun Jasmine bersikeras untuk ikut dan mendampinginya. Ia bahkan mengajukan cuti tiga hari untuk mendampinginya. Diakui atau tidak, Edie sangat berterima kasih pada wanita terkasihnya itu.Sudah sejak lama Jasmine merupakan sosok yang istimewa di hatinya. Dulu ia adalah sahabat, penyemangat dan pendukung terbesarnya. Kini, Jasmine adalah nafas dan masa depannya. Kehadiran Jasmine disisinya kini memberikan lebih banyak keberanian untuk menghadapi masalah yang tengah menderanya.Tak perduli benar atau salah, kecelakaan itu sudah terjadi. Dan ia masuk dalam lingkaran penyebab malapetaka itu. Jasmine meyakinkan dirinya untuk menghadapi semuanya dengan t

  • Lelaki Penjaga    Lima Puluh : Saksi

    “Aku akan ikut masuk denganmu.”“Apa yang akan kau katakan pada Anton?” tanya Jasmine.Semalam ia benar-benar lupa kalau Anton sedang menginap dirumahnya. Awalnya ia hanya ingin menghibur Edie dengan menemaninya disisinya. Namun setelah melihatnya, begitu sedih dan patah hati. Jasmine menjadi lupa diri dan merengkuh lelaki yang sangat dirindukannya itu. Ia ingin menghiburnya dan membuatnya melupakan sejenak masalah yang membelenggunya.Ia berencana pulang pagi-pagi sekali dengan harapan Anton belum bangun tidur. Namun Edie kembali mendekap dan menciuminya hingga mereka lupa diri, sekali lagi.Hari sudah terang ketika akhirnya ia benar-benar bangun. Ia berniat untuk langsung pulang, namun sekali lagi Edie berhasil meyakinkannya untuk sarapan dulu bersamanya—karena dia sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Dan sekarang, Edie dengan keras kepala ingin mengantarnya hingga depan pintu apartemennya.&ld

  • Lelaki Penjaga    Empat Puluh Sembilan : Mimpi Yang Kembali

    Edie tidak bisa melepaskan tatapannya dari Jasmine. Mata Jasmine tampak lelah. Blusnya yang berwarna putih itu tidak mampu menutupi tubuhnya yang kurus.“Bagaimana kabarmu?” tanya Edie serak. Ia sangat merindukan Jasmine, namun ia sadar betul apa yang telah dilakukannya selama ini menyakiti gadis itu lebih dari yang dipikirkannya.“Biasa saja,” sahut Jasmine menghindari tatapan Edie yang terasa mengulitinya. “Maya memastikan aku makan tiap hari. Dia bilang kau yang menyuruhnya.”“Kau lebih kurus.”“Kau juga.”Edie menaruh sendoknya dan minum. “Aku mencemaskanmu. Kau seringkali mengabaikan rasa laparmu.”Jasmine mengambil kembali sendok yang baru ditaruh Edie. “Makanlah lagi. Apa ini saatnya mengkhawatirkan aku?”Edie kembali memakan buburnya. Namun setelah beberapa suap ia menyerah. “Sudah cukup.”“Dua

  • Lelaki Penjaga    Empat puluh delapan: Kita

    “Belum ada kabar dari pak Julian?” tanya Edie pada Hendra, pengacara perusahaan yang mendampinginya selama penyelidikan atas runtuhnya bangunan mall yang sedang dalam tahap pembangunan itu.Sudah dua hari ia berada kantor polisi untuk penyidikan kasus runtuhnya bangunan mall rancangannya yang sedang dalam tahap pembangunan. Namun sekalipun ia belum melihat Julian—yang ingin sekali dibunuhnya saat ini.“Mereka belum menemukannya.”Edie mengusap wajahnya dengan gusar. “Bajingan itu.”Hari sudah larut malam ketika akhirnya Edie diijinkan untuk meninggalkan kantor polisi. Para wartawan yang berkumpul di depan kantor polisi langsung menyerbunya. Edie yang sudah kehabisan tenaganya hanya diam saja membiarkan pengacaranya menjawab semua pertanyaan wartawan itu. Syukurlah Mia yang menunggunya di luar langsung membukakan pintu mobil untuknya hingga ia segera terbebas dari kerumuman itu.“Bapak ba

  • Lelaki Penjaga    Empat puluh tujuh : Runtuh

    “Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Miranda pada Edward. “Apa semua lancar?”Malam itu Miranda sengaja mengajak suami dan anaknya makan malam disebuah restoran. Bukan hal mudah mengajak Edie yang masih marah besar pada mereka berdua. Namun, akhirnya Edie luluh juga setelah ia menungguinya dikantor dan tidak mau pergi sebelum berhasil menemui anaknya itu. Ia mengenal Edie dengan baik. Berbeda dengan Akmal, Edie adalah anak yang berhati lembut dan tidak tegaan. Dipungkiri atau tidak, Miranda tahu Akmal menyimpan sebuah sifat kejam jauh disudut hatinya—bahkan setelah diterapi selama bertahun-tahun, kekerasan yang dilakukan ayahnya masih mengendap didasar hatinya. Hanya saja ia tidak tahu Akmal akan bertindak sejauh itu pada wanita yang dicintainya.Wanita yang dicintai kedua anaknya, batin Miranda sedih.“Kenapa tiba-tiba mengajak makan direstoran?” pertanyaan malas Edie membangunkan Miranda dari lamuna

  • Lelaki Penjaga    Empat Puluh Enam : Dia Menjagamu

    “Ibu menyuruhmu kesini?” tanya Jasmine ketika malam itu Anton muncul di apartemennya.“Aku ingin kesini.”“Proyek di Papua sudah selesai?”“Masih akan butuh waktu lama. Tapi aku libur seminggu.” Anton langsung menuju kulkas dan memindai isi kulkas. Tidak apapun disana, batinnya. Ia mengambil sebotol air putih dan memandang kakaknya. “Kau baik-baik saja?”Jasmine mendesah lelah, “Kau sudah dengar?”Anton mengangguk. Ia menaruh botol itu di meja makan dan mendekati kakaknya itu. Ia merengkuhnya dan memeluknya erat. “Maafkan aku.”Jasmine sedikit terkejut namun membalas pelukan adiknya, sedikit malu namun juga bersyukur dengan keberadaan adiknya disana. “Kenapa kau minta maaf?”Anton melepaskan pelukannya dan mengamati muka kakaknya yang terlihat lebih tirus dibandingkan saat berkunjung kerumah tempo hari.“Dulu, aku

DMCA.com Protection Status