"Itu cuma firasat dan rasa takutmu saja, aku tidak yakin keluargamu akan datang ke Dataran Tengah, aku juga tidak yakin ayahmu lega menghukum kamu. Percayalah padaku, semua persoalanmu akan selesai dengan baik."
Hwang Mi Hee ikut nimbrung. "Aku punya firasat sama, ayahmu pasti tak tega menghukum kamu, Kak." Ia berhenti sejenak kemudian melanjutkan. "Kakak, aku pikir sebaiknya jangan mengikat Kak Jiu Long dengan janji semacam itu, bagaimana jika ayah dan ibu kakakmu memaksa dan menyerang Kak Jiu Long, apakah dia harus diam juga dan mau digebuk?"
Mayleen terdiam, kemudian menangis. 'Tidak, aku tidak mau suamiku dilukai, tetapi aku juga tak mau dia melukai keluargaku."
"Aku janji padamu Kakak, ilmuku memang cetek namun aku akan membantu dengan caraku sendiri." Hwang Mi Hee menoleh ke Gwangsin yang menggamit lengannya. "Mi Hee, tolong kamu pijit aku," kata Gwangsin sambil menggandeng Hwang Mi Hee.
Belakangan ini Gwangsin bersama Hwang Mi Hee dan Mayl
Berita itu bagai halilintar di siang bolong, sangat mengejutkan sehingga reaksi pun bermacam-macam. Yudistira diam, tidak mau memberi keterangan sepotong pun mengenai putrinya. Wasudeva yang marah sempat berkata kasar kepada Yudistira, "Lihat putrimu, ia berani melangkahi adat istiadat Himalaya dan kawin diam-diam dengan orang luar. Dia harus dihukum berat Khusus buat lelaki yang bernama Jiu Long itu, dia harus dibunuh."Yudistira menggebrak meja sehingga hancur lebur. "Wasudeva, jangan sekali-kali berani menista dan menjelekkan keluargaku, urusan putriku adalah urusanku. Jika kamu masih mau menjadi menantuku, silahkan. Jika kamu tidak mau, aku juga tak peduli. Sekarang kamu pergi dari hadapanku." Itulah pertama kali dia berkata kasar dan tegas kepada Wasudeva.Satyawati menangis semalaman. Keesokan hari, wajah cantiknya tampak sedih, matanya sembab. "Airmataku sudah habis. Tak ada lagi yang bisa kulakukan untuk membelanya, oh Mayleen mengapa kaulakukan kesalahan besar
Malam harinya di bilik tidur, Satyawati berkata dengan isak tangis, "Suamiku, apa yang kaupikirkan tentang Mayleen? Dan kenapa kamu memberi restu kepada Wasudeva?"Yudistira berkata lirih, "Istriku, biarkan persoalan ini berjalan seperti bola salju. Saat bola berhenti menggelinding, akan terungkap kejadian sebenarnya, saat itulah aku akan tetapkan keputusan yang paling bijaksana. Sekarang ini aku mau tidur."Malam itu di bilik tidur, Jiu Long membangunkan tiga isterinya. "Besok pagi aku akan pergi ke Gunung Jiuhua, kalau kuhitung hitung mungkin aku akan kembali setelah enam hari."Tiga perempuan itu heran. Jiu Long menjelaskan, kemarin ia teringat pesan Dewi Obat beberapa waktu lalu ketika ia mengantar Jen Ting yang sedang hamil. Namun pesan itu kemudian menjadi tidak penting dan dilupakan, karena Jen Ting mati, begitu juga anak yang dikandungnya."Supaya kandunganmu kuat dan tidak mudah keguguran, juga memberi si bayi daya tahan tubuh yang kuat, carilah
Tubuh Jia Li lemas, tak bertenaga. Tetapi lidahnya masih tajam. "Jiu Long, kamu bodoh, daerah ini namanya Lembah Bunga, cuma sekarang ini kita berada di padang ilalang. Kamu mau ke dalam atau mau keluar?"Jiu Long terpaksa membopong perempuan cantik itu. "Antarkan aku ke tempat yang banyak bunganya.""Baik, kalau itu maumu, kau tak boleh berjalan cepat, sebab harus mengikuti hitungan langkah. Tujuh langkah ke depan, kiri empat, tujuh ke depan, kanan duapuluh, tunggu dulu, aku peringatkan kamu Jiu Long, percuma kamu menghafal hitungan langkah ini, sebab selalu berubah, jalan masuk dan jalan keluar juga berbeda, semuanya berpatokan pada posisi matahari. Dan kamu harus ingat, sekali kamu masuk, kamu tak bisa keluar jika tidak diantar. Apa yang kamu cari?""Kau sama sekali tidak takut, padahal sudah menjadi tawananku.""Aku tak perlu takut, aku aman dalam pelukan lelaki Perkasa yang pernah meremas bokongku. Lagipula hanya aku yang bisa menjadi penunjuk jalanm
Jia Li tersenyum puas melihat Jiu Long terkulai lemas. "Aku tahu, kamu memiliki tenaga dalam yang tinggi, kamu bisa mengusir pengaruh bunga ini, jika orang lain bisa lemas sepanjang hari, tetapi kamu pasti bisa pulih jauh lebih cepat. Aku beri kamu racun tambahan, tak usah takut, racun ini hanya membuat kamu tidak bisa mengerahkan tenaga dalam saja, kamu tidak akan mati."Gadis itu mengambil tiga kuntum bunga yang ia simpan di belahan dadanya. Ia mengunyah bunga itu, membuka paksa mulut Jiu Long. Ia membungkuk dan mencium bibir Jiu Long. Ia menekan hidung Jiu Long sehingga ampas dan cairan bunga itu tertelan oleh Jiu Long. Baunya harum, rasanya manis.Jia Li tersenyum "Jiu Long, apakah pernah terpikirkan olehmu, suatu waktu nyawamu berada di tanganku, sekarang ini kalau aku mau, aku bisa membunuhmu"Jiu Long berkata lirih, "Lakukan saja, kenapa harus banyak omong.""Kamu pernah mengancamku, akan melucuti pakaianku di depan umum, mempermalukan aku. I
"Aku mau kau tiduri karena aku menyukaimu. Sekarang apa lagi maumu?" Jia Li bangkit, lari sambil memegang bajunya. Ia setengah bugil.Jiu Long mengejar, "Kamu jangan lari!"Jia Li lari dan berhenti di sebuah batu besar. Di balik batu itu, ada sebuah goa kecil, bagian dalamnya bersih, di pojokan ada bale untuk tidur. Jia Li berbaring di bale. "Goa ini tempat aku bermain-main waktu masih kecil."Keduanya bergelut lagi dengan bernafsu. Jia Li menceritakan asal-usulnya. Ia ditemukan gurunya sejak bayi di didik, disayang seperti anak sendiri. Untuk Jia Li, gurunya memelihara sapi. "Sejak bayi aku minum susu, waktu dewasa seminggu sekali aku mandi susu dicampur bunga warna-warni."Baru sekarang Jiu Long mengerti mengapa Jia Li masih perawan dan bau keringatnya harum macam bunga.Malamnya Jiu Long menggeluti si gadis. Esok harinya, mereka mencari bunga kuncup pelangi. Ternyata tak mudah, baru senja hari mereka temukan. Bunga kuncup pelangi besarnya seteng
Rombongan itu berhenti di depan rumah. Dua kereta kuda dan sembilan kuda tunggang. Mayleen setengah berlari menghampiri ayahnya. Ia merunduk menyentuh kaki ayahnya. Sang ayah memeluk sambil mengelus punggung dan mencium kepalanya Kemudian berkata dengan nada penuh kasih sayang dan rindu. "Pergilah kepada ibumu, dia sangat merindukan kamu"Dia menghampiri dan melakukan yang sama pada ibunya, menyentuh ujung kaki kemudian menghambur ke dalam pelukan ibunya. Dia memeluk erat ibunya. Tidak tertahankan lagi, dia menangis tersedu-sedu.Gwangsin dan Hwang Mi Hee masih berdiri terkesima menatap wajah Satyawati, tidak ada bedanya dengan Mayleen, sama cantik, kulit sama putih, seperti pinang dibelah dua. Bahkan tubuhnya pun sama tinggi dan sama langsing. Perbedaan mencolok hanya pada pengaruh usia. Satyawati merenggangkan pelukan, menatap wajah putrinya. "Mayleen, kamu tampak sehat, malah agak gemuk, kau bahagia?" Dia menghapus airmata putrinya"Iya ibu, aku bahagia, sang
Mayleen merunduk. Ia berkata lirih, "Ia pergi ke Gunung Jiuhua, mencari obat, katanya dalam waktu enam hari ia sudah akan kembali. Hari ini baru hari keempat.""Siapa yang sakit, kamu sakit Mayleen?""Tidak ibu, aku tidak sakit," Mayleen menggeleng, tetap merunduk, tak berani menatap mata ibunya.Didesak akhirnya Mayleen mengaku, bahwa Jiu Long mencari jamu untuk penguat kandungan dan menambah kekuatan pada sang bayi Ibunya terkejut, lalu wajahnya gembira "Kamu hamil? Oh anak bodoh, mengapa tidak dari tadi kau katakan." Keduanya berpelukan. Mendadak seperti teringat sesuatu, Satyawati memegang tangan putrinya. "Ibu pikir, sebaiknya kita rahasiakan dulu, jangan beritahu siapa pun, ayah atau kakakmu"Selang beberapa saat kemudian Yudistira masuk ke dalam rumah. Pakaiannya basah kuyup, masing-masing tangannya menggenggam ikan yang cukup besar dan yang masih menggelepar. Satyawati tertawa kecil melihat suaminya, "Benar juga katamu, memang mirip, ayahmu juga b
Wajah Wasudeva merah seperu kepiting direbus. Ia marah dan malu "Aku perlu bicara dengan kamu, sebab tidak lama lagi kamu akan menjadi janda, dan aku akan menikah dengan kamu""Siapa bilang aku akan menjadi janda?""Aku! Aku memastikan kamu akan menjadi janda, karena aku akan membunuh Jiu Long. Tidak ada yang bisa mencegah aku membunuh suamimu itu."Mayleen menjawab dengan berani. "Kamu tak akan ungkulan menghadapi suamiku, ilmunya tinggi dan ia pendekar tanpa tandingan. Lagipula, aku hanya menikah satu kali dalam hidupku. Ada yang lebih penting lagi yang tuan harus tahu, aku hanya mencintai seorang lelaki dan dia adalah suamiku Jiu Long."Laki-laki itu menatap tajam, pandangannya penuh dendam dan amarah. Sesaat kemudian ia berbalik dan melangkah keluar kamar.Dari ruangan dalam Yudistira muncul dengan tersenyum. Ia senyum misterius. Rupanya ia mendengar seluruh pembicaraan. "Mayleen, kamu membuat laki-laki itu marah." Dia memandang keempat wanita