Ketika Arjun melapor kepada ayahnya, Yudistira tak menjawab langsung, hanya menjelaskan Wasudeva itu tamu kehormatan dan titipan sahabatnya, Arjapura. Ketika isterinya, Satyawati bicara tentang perilaku buruk Wasudeva, jawaban Yudistira sama, ia tamu kehormatan dan putra seorang sahabat.Selama perjalanan dari Himalaya menuju Puchet, saat rombongan bermalam di desa, sering kali Wasudeva menyelinap keluar rumah di malam hari. Suatu malam, Shankar dan Arjun membuntutinya.Ternyata Wasudeva memerkosa wanita dan membunuh suaminya.Dua bersaudara itu melapor ke ibunya. Kini mereka mengerti alasan Mayleen menolak perjodohan dan lari ke Dataran Tengah. "Mungkin Mayleen mengetahui kelakuan Wasudeva, atau barangkali dia pernah digoda atau diganggu. Jika memang Wasudeva pernah mengganggu Mayleen, sunguh aku akan membunuhnya," kata Shankar kepada ibunya."Kamu jangan ngaco, jangan gegabah, semua harus pakai pikiran jernih. Kamu harus tahu, dia selalu benar dan terhormat di mata ayahmu. Jadi seme
Xin’an desa yang cukup besar, ramai dan menjadi pusat perdagangan. Hampir semua pedagang asing juga pedagang lokal menjual barangnya di desa ini. Pembelinya datang dari desa-desa sekitar. Kebanyakan adalah keluarga para pejabat kerajaan Dinasti Giok Barat.Rombongan Yudistira membawa barang dagangan istimewa, sutera, perhiasan, permadani, kosmetika dan berbagai macam barang mewah. Mereka menyewa rumah besar selama beberapa hari, untuk tempat tinggal sementara juga untuk menjajakan dagangan yang dipajang di serambi rumah.Barang dagangan cepat laku, selain harga tidak mahal, barang yang dijual adalah barang pilihan. Para pejabat dan isteri serta penduduk yang kaya berdatangan berebut membeli barang yang diminati. Satyawati yang cantik dan anggun, memimpin menantu dan murid wanitanya melayani dengan ramah dan sabar. Namun demikian tidak semua pembeli berlaku sopan.Hari itu tiga lelaki yang dari dandanan diduga berasal dari keluarga kaya, berbuat onar. Melih
"Huh anak pejabat, kamu mabuk rupanya," lalu kepada anak buah di sampingnya, Dwixi berkata tegas, "Bawa dia ke penjara. Panggil bapaknya menghadap aku." Ia menoleh ke Ayesakh, "Maafkan orang itu, ia mabuk, kalau ada gangguan, tuan-tuan boleh melapor kepada punggawa desa, selama tuan berada di desa ini, kamu boleh merasa aman."Rombongan punggawa itu pergi.Enam hari menetap di Xin’an, semua barang dagangan habis terjual. Yudistira memutuskan istirahat beberapa hari, setelah itu baru melanjutkan perjalanan ke desa Yinchuan. Dari keterangan yang dikumpulkan selama beberapa hari, semua sumber berita membenarkan di desa Yinchuan telah terjadi pertarungan pendekar, akhir bulan Waisaka kemarin.Jumlah pendekar yang hadir lebih dari seratus bahkan terdapat di antaranya para pendekar asing. Tidak jelas siapa- siapa pendekar yang hadir, namun satu nama mencuat sebagai paling jago, tanpa tandingan. Dia Jiu Long yang dijuluki Raja Pendekar dari Dataran Tengah
Mata Susmita berkaca-kaca, wajahnya merah. Dia menjawab dengan geram, "Tidak ada orang yang bisa memerkosamu, tidak ada orang jahat yang boleh mengganggu kamu, selama aku ada di desa ini." Dia balik dan menceritakan kepada ayah mertuanya.Yudistira mengeluh, berkata kepada diriya sendiri. "Di mana-mana ada manusia kotor, manusia penindas, mereka pikir tidak ada orang yang sanggup menghentikan perilaku buruknya. Apa yang mereka inginkan akan mereka ambil tanpa berpikir apakah itu merugikan atau menghancurkan hidup orang lain."Dia menggeleng-geleng kepala. "Ada manusia jahat, moralnya lebih rendah dari binatang itu pun jika binatang punya moral. Orang-orang itu tahu tindakan mereka akan menghancurkan hidup orang lain, tetapi dengan senang mereka melakukan perbuatan biadab itu. Aku tidak suka orang-orang seperti itu, orang yang tidak punya moral."Keluarganya ikut berduka melihat mimik sedih Yudistira. Orangtua itu menoleh kepada putra tertua, "Arjun kamu hentikan
"Itu perasaan seorang ibu, tak ada apa-apa yang menimpa dirinya, ia memiliki ilmu tinggi, juga ada Xinxin dan Xiuying yang mengawalnya.""Suamiku, hukuman apa yang akan kau berikan kepada putriku?""Aku belum tahu, nanti saja kita lihat apa saja kesalahannya.""Suamiku, selama hidup aku tidak pernah membantah dan selalu patuh padamu. Kali ini aku mohon padamu, ampuni Mayleen. Dia belahan jiwaku. Jika dia mati, aku juga akan mati. Aku sangat mencintainya, aku mohon ampuni dia. Lagipula Wasudeva itu lelaki yang buruk, tidak pantas untuk Mayleen-ku.""Tentang Mayleen, aku akan pertimbangkan kesalahannya, aku juga sangat mencintainya, setelah kehilangan Manisha aku tidak mau kehilangan Mayleen. Kamu tenang saja, aku mau tidur.""Wasudeva itu”Yudistira memotong ucapan isterinya, "Aku tak mau bicara tentang Wasudeva, aku mau tidur."---o0o---Pertarungan bergengsi di desa Yinchuan itu ramai dibincan
Bulan Iyestha sudah berlalu. Jiu Long hidup berempat dengan Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee. Mereka bahagia. Hari itu tengah bulan Asadha, rumah yang dibangun sudah rampung. Rumah yang agak besar untuk Jiu Long dan tiga isterinya.Dua rumah agak mungil, untuk Gan Nung dan Gan Ning masing-masing bersama isteri dan anak-anaknya. Gan Ning punya seorang putra bernama Gan Srong berusia sekitar delapan tahun. Gan Nung punya sepasang, putra bernama Gan Xiu usia tujuh tahun dan putri bernama Tianzhi usia 4 tahun. Selain itu ada beberapa rumah untuk tetamu dan murid yang datang berlatih.Senja itu Mayleen menyendiri di biliknya. Sudah tiga hari dia gelisah. Pikirannya bimbang, apakah dia tetap merahasiakan kehamilannya atau memberitahu Jiu Long. Dia juga merindukan ibunya yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.Ia tak pernah tahu, bahwa senja itu ibu dan keluarganya tiba di desa Xin’an. Ia tak tahu bahwa dalam beberapa hari ini ibunya juga merindukan dia. Mayl
Mendadak saja Hwang Mi Hee bangkit dan menepuk bokong Mayleen. "Kakak, kita tidak boleh lemah dan menyerah, kita harus berusaha. Pada saatnya nanti aku akan bongkar semua kebusukan Wasudeva di depan ayah dan ibumu, aku tidak takut meski misalnya aku dihantam mati" Hwang Mi Hee memang sudah mengetahui seluruh kisah Mayleen, Manisha dan Wasudeva.Saat itu terdengar suara Jiu Long Memanggil Mayleen dan Hwang Mi Hee. Tak lama kemudian ia berdua Gwangsin muncul di dekat isterinya. Heran melihat mata dua perempuan itu basah dengan airmata. "Kenapa? Kenapa kalian berdua menangis?"Hwang Mi Hee menepuk pantat Mayleen. "Katakan Kak Mayleen, katakan sekarang ini, katakan, ayo ini saatnya."Jiu Long bingung, "Katakan apa, ada apa?"Mayleen berkata lirih, "Aku hamil."Jiu Long terpaku di tempat berdirinya. "Apa?"Dia mengulanginya, malu-malu, "Aku hamil, Jiu Long.""Hamil, kamu hamil. Gwangsin juga hamil." Jiu Long melompat sambil teriak. "Dua is
"Itu cuma firasat dan rasa takutmu saja, aku tidak yakin keluargamu akan datang ke Dataran Tengah, aku juga tidak yakin ayahmu lega menghukum kamu. Percayalah padaku, semua persoalanmu akan selesai dengan baik."Hwang Mi Hee ikut nimbrung. "Aku punya firasat sama, ayahmu pasti tak tega menghukum kamu, Kak." Ia berhenti sejenak kemudian melanjutkan. "Kakak, aku pikir sebaiknya jangan mengikat Kak Jiu Long dengan janji semacam itu, bagaimana jika ayah dan ibu kakakmu memaksa dan menyerang Kak Jiu Long, apakah dia harus diam juga dan mau digebuk?"Mayleen terdiam, kemudian menangis. 'Tidak, aku tidak mau suamiku dilukai, tetapi aku juga tak mau dia melukai keluargaku.""Aku janji padamu Kakak, ilmuku memang cetek namun aku akan membantu dengan caraku sendiri." Hwang Mi Hee menoleh ke Gwangsin yang menggamit lengannya. "Mi Hee, tolong kamu pijit aku," kata Gwangsin sambil menggandeng Hwang Mi Hee.Belakangan ini Gwangsin bersama Hwang Mi Hee dan Mayl