Mendadak terdengar bentakan, "Ini dia perempuan pembunuh itu." Beberapa bayangan mengepung Mayleen dan Lan Yan.
"Siapa kalian?" kata Lan Yan. Saat berikutnya ia mengenali seorang di antaranya, "Mei Li Tsu, apa yang kamu lakukan di sini?"
"Kamu orang Partai Naga Emas, urusan ini tidak ada sangkutannya dengan Partai Naga Emas, kamu boleh minggir. Aku dan teman-teman hanya berurusan dengan perempuan asing ini, dia telah banyak membunuh pendekar Dataran Tengah, kini saatnya balas dendam."
"Tidak bisa. Dia isteri ketua Partai Naga Emas, bagaimanapun juga aku tak akan membiarkan orang mengganggu dia."
Mayleen berbisik pada rekannya, "Hati-hati mereka semua memiliki ilmu tinggi. Jumlahnya banyak, sepuluh orang." Ia menatap Mei Li Tsu, "Waktu itu kamu telah melukai aku, kini kamu datang bersama teman-temanmu, apa sebenarnya maumu?"
"Jangan banyak bacot, kamu telah membunuh saudaraku, sudah lama aku mencarimu, sekarang rasakan pedang ini." Pendekar
Sambil berkata, Mayleen mulai memainkan jurus handalan dari Himalaya Teri sanson Meiti Jevan Mein, Sirefteri Kusbu Hai (Dalam hidup dan nafasku hanya ada harum dirimu). Ia bergerak sangat cepat, gesit dan gemulai. Tangan Mayleen mengibas dan menampar. Ia bergerak bagai penari, kakinya bergerak lincah dan gesit, pukulannya yang berisi tenaga dalam mengancam setiap lawan. Seorang pengeroyok kena tendangan, tulang pahanya retak. Seorang lain kena kibasan tangan yang gemulai itu, pundaknya cedera.Mayleen bergerak kian kemari, mengelak dan menyerang. Para penyerang, bahkan Mei Li Tsu pun terkejut dengan sepak terjang Mayleen yang begitu jumawa. Pada saat kepungan agak kendur, ia mendorong Lan Yan. "Cepat lari, aku akan menyusul."Setelah menyaksikan ilmu Mayleen yang dalam beberapa jurus sudah mencederai dua penyerang, Lan Yan tak ragu lagi. Ia keluar dari kepungan dan lari menuju perguruannya yang tidak jauh. Tak lama kemudian ia sampai di pintu gerbang. Ia berteriak Mema
Mayleen gembira melihat hasilnya, ia Memang berniat adu jiwa sehingga tak lagi memikirkan pertahanan. Ia menyesal pukulannya ke kepala Mei Li Tsu luput dan hanya mendarat ke pundak si wanita Genit. Selang sesaat, ia melihat datangnya serangan Nawa, ujung tongkat mengarah dada, perut dan leher berbarengan datangnya serangan tongkat si nenek yang mengemplang kepala.Tidak tinggal diam dengan sisa tenaganya Mayleen memainkan jurus Yaadon Mein Tum Koye Rahoo Saare Jahan Kobhul Ke (Melamunlah dalam pelukan dan lupakan dunia ini). Ia menampar ujung tongkat sambil kakinya melepas tendangan. Nawa terpental, tulang pahanya patah. Mayleen Memang hebat, tetapi ia sudah sangat lelah. Tubuhnya limbung pada saat mana tongkat kepala ular si nenek mengancam akan menghancurkan kepalanya.Melihat isteri ketuanya terancam maut, Gan Nung yang sedang bertarung secepatnya meninggalkan lawannya dan melompat dengan seluruh tenaganya. Dia membentak dengan teriakan keras, "Mati kamu nenek cabul
Gwangsin melompat bangun. Ia lari keluar. Sampai di gerbang, ia ingat Mayleen dan Lan Yan pergi ke bukit.Firasatnya tajam ada yang bertarung di bukit itu. Ia lantas mengerahkan ringan tubuhnya yang paling handal Wimanasara. Dari kejauhan ia melihat Mayleen terancam jiwanya. Ia langsung masuk tarung.Belum sampai di dekat Mayleen, Gwangsin mendorong dengan dua jurus Sapwa Tanggwa (Sapu menyapu) yakni Mammyangken (Menyakiti hati) disusul Hatut (Sehidup semati). Serangan itu datang bergelombang dengan tenaga besar Segoro (Samudera).Hantaman Gwangsin memaksa nenek tua mengubah posisi kaki dan menarik pulang serangannya. Tanpa pikir lagi ia mengerahkan seluruh tenaga menahan hantaman Gwangsin. "Deeesss" dua tenaga berbenturan. Nenek itu terdorong mundur dua langkah. Ia memandang Gwangsin. Ia heran dan tak menyangka tenaga Gwangsin yang hanya seorang gadis muda, bisa sebesar serudukan gajah.Mayleen terbaring di tanah. Ia nyaris pingsan, tetapi langsung siuma
Dia memeriksa Gan Nung yang tulang lengannya patah. Sementara Mayleen sudah berdiri dan membantu membalut luka Lan Yan yang kena senjata tajam di pundak, lengan dan paha. Gwangsin yang sedikitnya sudah menguasai ilmu pengobatan dari Dewi Obat merawat Gan Nung. Ia membenahi letak tulang yang patah, mengamankannya dengan dua potong kayu lebar. Keadaan Gan Nung tidak berbahaya.Pada saat itu kesiuran angin keras mendatang. Jiu Long muncul. Ia terkejut namun gembira melihat Mayleen tertawa dalam pelukan Gwangsin. Ia mendekat Mayleen berkata lirih, "Untung Gwangsin datang di saat yang tepat, terlambat sedikit saja, aku, Kakak Gan Nung dan kak Lan Yan sudah tak bernyawa. Eh, mana Hwang Mi Hee?"Jiu Long tak menjawab. Setelah yakin Mayleen tidak luka. Ia menoleh ke para pengeroyok yang sedang berusaha bangkit. Nawa dan Mei Li Tsu mengerang kesakitan. Kali ini Jiu Long marah. Dalam benaknya tidak ada lagi sisa Mei Li Tsu indahnya tubuh punggawa wanita itu. Ia benar-benar marah
Lan Yan ikut bicara, "Jikalau saja aku tidak mengajak Mayleen jalan-jalan ke bukit, mungkin tak akan ada kejadian itu, aku minta maaf ketua."Jiu Long menyahut dengan kesal, "Kalian mencari-cari alasan siapa yang salah, kalian tidak bersalah, tak ada seorang pun yang salah. Aku akan membereskan semua ini." Mendengar suara Jiu Long yang serak pertanda marah, ketiganya diam tak menyahut.Mereka tiba di pendopo. Jiu Long duduk di tangga pendopo, berkata kepada Gan Nung, tepatnya memerintah. "Kakak, tolong panggil kedua kakek sepuh dan semua murid, aku sebagai ketua ingin bicara."Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee selama ini belum pernah melihat Jiu Long bersikap tegas dan kasar seperti itu. Sikap seorang pemimpin, tegas, tegar dan wibawa. Diam-diam mereka keder dan takut. "Wibawanya itu, wibawa seorang raja yang bisa memutuskan mati hidup seseorang, pantas jika ia disegani dan ditakuti anak buahnya"Hari sudah senja ketika semua orang berkumpul di pendopo t
"Contoh, kejadian di bukit tadi, kalian diberitahu oleh Lan Yan bahwa Mayleen isteriku dikeroyok banyak orang, tetapi kalian diam dan memilih tidak mau membantu, itu hak kalian. Aku menghormati hak pilih kalian. Tetapi aku kecewa, karena tugas kependekaran adalah menolong manusia yang perlu ditolong, dan itu telah kalian langgar, kalian lupa itu."Hal ketiga, tantangan dari Pendekar Himalaya, mereka menantang aku, dan tidak ada sangkut paut dengan Partai Naga Emas, ini urusan dendam mereka atas kematian Ladalinu dua tahun lalu. Akan kuhadapi tantangan ini, aku tidak minta bantuan kalian karenanya aku larang kalian ikut campur. Mau nonton silahkan. Aku akan datang ke desa Yinchuan di bulan Waisaka bersama Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee."Jiu Long menoleh ke arah dua kakek sepuh. "Hal keempat, aku mohon maaf atas kelancanganku kepada guru berdua, aku sudah pikir masak-masak, hari ini aku mengundurkan diri dari jabatan ketua, untuk seterusnya silahkan guru berdua dan
Malam hari di Partai Naga Emas keadaan sunyi. Biasanya suasana cukup meriah dengan sekelompok murid menyanyi berbagai macam syair dan tembang sekelompok lain belajar sastra. Tetapi malam itu semua murid tampak lesu dan kurang bersemangat Terjadi banyak perdebatan. Sebagian besar mempersalahkan diri dan menyesal atas sikap dan perlakuan tidak adil kepada Mayleen.Di dapur keadaan sepi. Hanya tampak Mayleen, Gwangsin dan Hwang Mi Hee mempersiapkan santap malam. Mereka tampak akrab, tertawa di lain saat berbisik-bisik. Lan Yan bersama dua murid, Rukmini dan Li Wei masuk. Ketiganya ikut larut dalam pembicaraan. Ketiga isteri Jiu Long pamit setelah siap dengan masakannya. Sepeninggal mereka, Li Wei berbisik, "Mayleen orangnya baik, ramah lagi. Tadinya kukira wanita cantik seperti dia pasti angkuh."Mereka bertiga terkejut ketika masuk rumah, ternyata Yu Jin dan Liu Xing sedang bicara dengan Jiu Long. Agaknya urusan penting. Mereka tak mau mengganggu, berniat keluar lagi set
Siang itu di biliknya. Jiu Long sedang makan bersama tiga isterinya. Seorang murid masuk. Ia tampak canggung di depan Jiu Long. Agak gugup ia memberitahu ada tetamu ingin menjumpai Jiu Long. Ternyata dua lelaki itu utusan dari istana Kaisar Giok Barat yang mengantar hadiah dari permaisuri Im ji hye. Dua ekor kuda, pejantan warna hitam pekat dan kuda betina warna putih. Selain itu ada perhiasan emas berupa tiga untai kalung dengan liontin bergambar burung phonix. Sangat indah. Ada kulit tipis bertuliskan Hadiah untuk isteri Jiu Long, Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee.Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee menyukai perhiasan emas itu, tampak gembira seperti anak kecil memperoleh mainan. Jiu Long berterima kasih melihat kegembiraan tiga isterinya. Ia menulis di balik kulit itu. Terimakasih atas hadiah paduka, isteriku sangat gembira. Ia memberikan surat tersebut kepada dua lelaki itu. Kepada Mayleen, Gwangsin dan Hwang Mi Hee, dia berkata, "Sungguh kebetulan mendapat hadiah itu, a