Dia memeriksa Gan Nung yang tulang lengannya patah. Sementara Mayleen sudah berdiri dan membantu membalut luka Lan Yan yang kena senjata tajam di pundak, lengan dan paha. Gwangsin yang sedikitnya sudah menguasai ilmu pengobatan dari Dewi Obat merawat Gan Nung. Ia membenahi letak tulang yang patah, mengamankannya dengan dua potong kayu lebar. Keadaan Gan Nung tidak berbahaya.
Pada saat itu kesiuran angin keras mendatang. Jiu Long muncul. Ia terkejut namun gembira melihat Mayleen tertawa dalam pelukan Gwangsin. Ia mendekat Mayleen berkata lirih, "Untung Gwangsin datang di saat yang tepat, terlambat sedikit saja, aku, Kakak Gan Nung dan kak Lan Yan sudah tak bernyawa. Eh, mana Hwang Mi Hee?"
Jiu Long tak menjawab. Setelah yakin Mayleen tidak luka. Ia menoleh ke para pengeroyok yang sedang berusaha bangkit. Nawa dan Mei Li Tsu mengerang kesakitan. Kali ini Jiu Long marah. Dalam benaknya tidak ada lagi sisa Mei Li Tsu indahnya tubuh punggawa wanita itu. Ia benar-benar marah
Lan Yan ikut bicara, "Jikalau saja aku tidak mengajak Mayleen jalan-jalan ke bukit, mungkin tak akan ada kejadian itu, aku minta maaf ketua."Jiu Long menyahut dengan kesal, "Kalian mencari-cari alasan siapa yang salah, kalian tidak bersalah, tak ada seorang pun yang salah. Aku akan membereskan semua ini." Mendengar suara Jiu Long yang serak pertanda marah, ketiganya diam tak menyahut.Mereka tiba di pendopo. Jiu Long duduk di tangga pendopo, berkata kepada Gan Nung, tepatnya memerintah. "Kakak, tolong panggil kedua kakek sepuh dan semua murid, aku sebagai ketua ingin bicara."Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee selama ini belum pernah melihat Jiu Long bersikap tegas dan kasar seperti itu. Sikap seorang pemimpin, tegas, tegar dan wibawa. Diam-diam mereka keder dan takut. "Wibawanya itu, wibawa seorang raja yang bisa memutuskan mati hidup seseorang, pantas jika ia disegani dan ditakuti anak buahnya"Hari sudah senja ketika semua orang berkumpul di pendopo t
"Contoh, kejadian di bukit tadi, kalian diberitahu oleh Lan Yan bahwa Mayleen isteriku dikeroyok banyak orang, tetapi kalian diam dan memilih tidak mau membantu, itu hak kalian. Aku menghormati hak pilih kalian. Tetapi aku kecewa, karena tugas kependekaran adalah menolong manusia yang perlu ditolong, dan itu telah kalian langgar, kalian lupa itu."Hal ketiga, tantangan dari Pendekar Himalaya, mereka menantang aku, dan tidak ada sangkut paut dengan Partai Naga Emas, ini urusan dendam mereka atas kematian Ladalinu dua tahun lalu. Akan kuhadapi tantangan ini, aku tidak minta bantuan kalian karenanya aku larang kalian ikut campur. Mau nonton silahkan. Aku akan datang ke desa Yinchuan di bulan Waisaka bersama Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee."Jiu Long menoleh ke arah dua kakek sepuh. "Hal keempat, aku mohon maaf atas kelancanganku kepada guru berdua, aku sudah pikir masak-masak, hari ini aku mengundurkan diri dari jabatan ketua, untuk seterusnya silahkan guru berdua dan
Malam hari di Partai Naga Emas keadaan sunyi. Biasanya suasana cukup meriah dengan sekelompok murid menyanyi berbagai macam syair dan tembang sekelompok lain belajar sastra. Tetapi malam itu semua murid tampak lesu dan kurang bersemangat Terjadi banyak perdebatan. Sebagian besar mempersalahkan diri dan menyesal atas sikap dan perlakuan tidak adil kepada Mayleen.Di dapur keadaan sepi. Hanya tampak Mayleen, Gwangsin dan Hwang Mi Hee mempersiapkan santap malam. Mereka tampak akrab, tertawa di lain saat berbisik-bisik. Lan Yan bersama dua murid, Rukmini dan Li Wei masuk. Ketiganya ikut larut dalam pembicaraan. Ketiga isteri Jiu Long pamit setelah siap dengan masakannya. Sepeninggal mereka, Li Wei berbisik, "Mayleen orangnya baik, ramah lagi. Tadinya kukira wanita cantik seperti dia pasti angkuh."Mereka bertiga terkejut ketika masuk rumah, ternyata Yu Jin dan Liu Xing sedang bicara dengan Jiu Long. Agaknya urusan penting. Mereka tak mau mengganggu, berniat keluar lagi set
Siang itu di biliknya. Jiu Long sedang makan bersama tiga isterinya. Seorang murid masuk. Ia tampak canggung di depan Jiu Long. Agak gugup ia memberitahu ada tetamu ingin menjumpai Jiu Long. Ternyata dua lelaki itu utusan dari istana Kaisar Giok Barat yang mengantar hadiah dari permaisuri Im ji hye. Dua ekor kuda, pejantan warna hitam pekat dan kuda betina warna putih. Selain itu ada perhiasan emas berupa tiga untai kalung dengan liontin bergambar burung phonix. Sangat indah. Ada kulit tipis bertuliskan Hadiah untuk isteri Jiu Long, Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee.Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee menyukai perhiasan emas itu, tampak gembira seperti anak kecil memperoleh mainan. Jiu Long berterima kasih melihat kegembiraan tiga isterinya. Ia menulis di balik kulit itu. Terimakasih atas hadiah paduka, isteriku sangat gembira. Ia memberikan surat tersebut kepada dua lelaki itu. Kepada Mayleen, Gwangsin dan Hwang Mi Hee, dia berkata, "Sungguh kebetulan mendapat hadiah itu, a
"Jiu Long, jangan marah, aku bukannya menentang kamu, melainkan mengutarakan isi hatiku. Aku di sini sebatangkara, aku tak punya siapa-siapa, hanya kamu seorang." Mayleen memeluk suaminya, merangkul erat, ia mengecup bibir suaminya.Hwang Mi Hee dan Gwangsin diam-diam melangkah keluar rumah.Mereka tidak cemburu. Sudah ada kesepakatan tak boleh ada cemburu malahan kadang-kadang memberi kesempatan temannya berduaan dengan Jiu Long.Sedang Hwang Mi Hee pernah berjanji bahwa ia akan memberi lebih banyak waktu kepada Gwangsin dan Mayleen bercinta dengan Jiu Long. Melihat dua perempuan itu keluar rumah, Jiu Long memeluk gemas Mayleen. Saat berikutnya dua kekasih ini larut dalam permainan cinta.Siang berganti senja, matahari mulai doyong ke Barat. Dua insan itu masih bergelut dalam api asmara. Mayleen merebahkan kepala di dada Jiu Long. Ia mendengar degup jantung kekasihnya. Jiu Long mengelus-elus rambut Mayleen. "Kau cantik, hangat, mesra dan mahir bercinta,
Sudah dua hari sejak Jiu Long melepas jabatan ketua. Suasana Partai Naga Emas masih muram. Semua murid dilanda kebingungan. Mereka tidak bisa menyembunyikan kenyataan belum ada seorang murid pun yang mumpuni menjadi ketua. Hanya dua yang layak, Yu Jin dan Liu Xing. Namun kedua sepuh itu menolak, dengan alasan usia sudah lanjut.Yu Jin dan Liu Xing belum menentukan sikap. Malam itu, keduanya berembuk. "Tak ada jalan lain, kita harus membujuk Jiu Long, kalau perlu mengemis kepadanya, ini kan untuk kemajuan Partai Naga Emas, kita tak boleh membiarkan Partai Naga Emas yang sudah maju pesat ini kembali merosot," kata Liu XingKeduanya menuju rumah Jiu Long. Lelaki itu sedang bercanda dengan tiga isterinya. Liu Xing membuka percakapan, minta Jiu Long membatalkan niatnya. Namun Jiu Long bersikukuh tetap mundur. "Aku tak bisa menjilat ludah kembali."Yu Jin menoleh kepada Mayleen dengan air muka muram. Orang tua itu berkata dengan suara rendah. "Mayleen aku minta maaf a
Sehari setelah menerima berita tantangan, Jiu Kang menugaskan Liu Yaoshan dan Liu Changhai melakukan penyelidikan. Liu Changhai adalah saudara bungsu Jiu Kang, sedangkan Liu Yaoshan salah seorang murid pintar Elang Jantan. Malam itu semua orang penting perguruan Bruanxi duduk mendengar laporan Liu Changhai dan Liu Yaoshan. "Rombongan Himalaya itu jumlahnya sebelas, tujuh pria dan empat wanita. Ketuanya, Ciu Tan, tampaknya ingin balas dendam karena adik perguruannya, dibunuh Jiu Long di pertarungan Pegunungan Salju Meili. Mereka semua pendekar hebat yang di daratan Himalaya sudah bernama besar."Secara bergantian Liu Yaoshan dan Liu Changhai menceritakan secara rinci peta kekuatan para Pendekar Himalaya, seperti si kembar Mok dengan pedang bersatupadu, Li Moy belalang beracun dan Sian Hwa Pendekar Pedang Gurun Gobi.Mendengar ini, semua pendekar Bruanxi mengerutkan kening, bertanya-tanya apa maksud tantangan itu. "Mereka ingin menjajal orang-orang Dataran Tengah
Rumah itu sangat besar dengan pekarangan luas. Itulah rumah Dong Zhuo, juga markas perguruan Tapak Maut yang hampir semua muridnya hidup sebagai pengemis. Orang tua berusia lebih separuh abad itu adalah ketua perguruan. Malam itu ia berkumpul dengan para pentolan perguruan membicarakan tantangan para Pendekar Himalaya.Dong Zhuo, duduk bersila di tilam. Wajahnya teduh dan sangat wibawa. Jenggot dan kumisnya menyatu, putih panjang. Tubuhnya tegap, tinggi. Matanya dingin dan tajam. Menatap matanya seperti memandang sumur yang kedalamannya tidak terukur. Itu tanda ia memiliki tenaga dalam yang sangat tinggi.Ia menghela nafas kemudian berkata, suaranya serak dan kasar. "Aku tidak pernah menyangka, setelah lebih dari satu tahun berlalu, para Pendekar Himalaya datang lagi. Dulu itu di Pegunungan Salju Meili terjadi pertarungan hebat, lima pendekar Dataran Tengah ditantang lima pendekar negeri Himalaya."Dia melanjutkan cerita. Dalam pertarungan itu, empat pe