Malam hari di Partai Naga Emas keadaan sunyi. Biasanya suasana cukup meriah dengan sekelompok murid menyanyi berbagai macam syair dan tembang sekelompok lain belajar sastra. Tetapi malam itu semua murid tampak lesu dan kurang bersemangat Terjadi banyak perdebatan. Sebagian besar mempersalahkan diri dan menyesal atas sikap dan perlakuan tidak adil kepada Mayleen.
Di dapur keadaan sepi. Hanya tampak Mayleen, Gwangsin dan Hwang Mi Hee mempersiapkan santap malam. Mereka tampak akrab, tertawa di lain saat berbisik-bisik. Lan Yan bersama dua murid, Rukmini dan Li Wei masuk. Ketiganya ikut larut dalam pembicaraan. Ketiga isteri Jiu Long pamit setelah siap dengan masakannya. Sepeninggal mereka, Li Wei berbisik, "Mayleen orangnya baik, ramah lagi. Tadinya kukira wanita cantik seperti dia pasti angkuh."
Mereka bertiga terkejut ketika masuk rumah, ternyata Yu Jin dan Liu Xing sedang bicara dengan Jiu Long. Agaknya urusan penting. Mereka tak mau mengganggu, berniat keluar lagi set
Siang itu di biliknya. Jiu Long sedang makan bersama tiga isterinya. Seorang murid masuk. Ia tampak canggung di depan Jiu Long. Agak gugup ia memberitahu ada tetamu ingin menjumpai Jiu Long. Ternyata dua lelaki itu utusan dari istana Kaisar Giok Barat yang mengantar hadiah dari permaisuri Im ji hye. Dua ekor kuda, pejantan warna hitam pekat dan kuda betina warna putih. Selain itu ada perhiasan emas berupa tiga untai kalung dengan liontin bergambar burung phonix. Sangat indah. Ada kulit tipis bertuliskan Hadiah untuk isteri Jiu Long, Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee.Gwangsin, Mayleen dan Hwang Mi Hee menyukai perhiasan emas itu, tampak gembira seperti anak kecil memperoleh mainan. Jiu Long berterima kasih melihat kegembiraan tiga isterinya. Ia menulis di balik kulit itu. Terimakasih atas hadiah paduka, isteriku sangat gembira. Ia memberikan surat tersebut kepada dua lelaki itu. Kepada Mayleen, Gwangsin dan Hwang Mi Hee, dia berkata, "Sungguh kebetulan mendapat hadiah itu, a
"Jiu Long, jangan marah, aku bukannya menentang kamu, melainkan mengutarakan isi hatiku. Aku di sini sebatangkara, aku tak punya siapa-siapa, hanya kamu seorang." Mayleen memeluk suaminya, merangkul erat, ia mengecup bibir suaminya.Hwang Mi Hee dan Gwangsin diam-diam melangkah keluar rumah.Mereka tidak cemburu. Sudah ada kesepakatan tak boleh ada cemburu malahan kadang-kadang memberi kesempatan temannya berduaan dengan Jiu Long.Sedang Hwang Mi Hee pernah berjanji bahwa ia akan memberi lebih banyak waktu kepada Gwangsin dan Mayleen bercinta dengan Jiu Long. Melihat dua perempuan itu keluar rumah, Jiu Long memeluk gemas Mayleen. Saat berikutnya dua kekasih ini larut dalam permainan cinta.Siang berganti senja, matahari mulai doyong ke Barat. Dua insan itu masih bergelut dalam api asmara. Mayleen merebahkan kepala di dada Jiu Long. Ia mendengar degup jantung kekasihnya. Jiu Long mengelus-elus rambut Mayleen. "Kau cantik, hangat, mesra dan mahir bercinta,
Sudah dua hari sejak Jiu Long melepas jabatan ketua. Suasana Partai Naga Emas masih muram. Semua murid dilanda kebingungan. Mereka tidak bisa menyembunyikan kenyataan belum ada seorang murid pun yang mumpuni menjadi ketua. Hanya dua yang layak, Yu Jin dan Liu Xing. Namun kedua sepuh itu menolak, dengan alasan usia sudah lanjut.Yu Jin dan Liu Xing belum menentukan sikap. Malam itu, keduanya berembuk. "Tak ada jalan lain, kita harus membujuk Jiu Long, kalau perlu mengemis kepadanya, ini kan untuk kemajuan Partai Naga Emas, kita tak boleh membiarkan Partai Naga Emas yang sudah maju pesat ini kembali merosot," kata Liu XingKeduanya menuju rumah Jiu Long. Lelaki itu sedang bercanda dengan tiga isterinya. Liu Xing membuka percakapan, minta Jiu Long membatalkan niatnya. Namun Jiu Long bersikukuh tetap mundur. "Aku tak bisa menjilat ludah kembali."Yu Jin menoleh kepada Mayleen dengan air muka muram. Orang tua itu berkata dengan suara rendah. "Mayleen aku minta maaf a
Sehari setelah menerima berita tantangan, Jiu Kang menugaskan Liu Yaoshan dan Liu Changhai melakukan penyelidikan. Liu Changhai adalah saudara bungsu Jiu Kang, sedangkan Liu Yaoshan salah seorang murid pintar Elang Jantan. Malam itu semua orang penting perguruan Bruanxi duduk mendengar laporan Liu Changhai dan Liu Yaoshan. "Rombongan Himalaya itu jumlahnya sebelas, tujuh pria dan empat wanita. Ketuanya, Ciu Tan, tampaknya ingin balas dendam karena adik perguruannya, dibunuh Jiu Long di pertarungan Pegunungan Salju Meili. Mereka semua pendekar hebat yang di daratan Himalaya sudah bernama besar."Secara bergantian Liu Yaoshan dan Liu Changhai menceritakan secara rinci peta kekuatan para Pendekar Himalaya, seperti si kembar Mok dengan pedang bersatupadu, Li Moy belalang beracun dan Sian Hwa Pendekar Pedang Gurun Gobi.Mendengar ini, semua pendekar Bruanxi mengerutkan kening, bertanya-tanya apa maksud tantangan itu. "Mereka ingin menjajal orang-orang Dataran Tengah
Rumah itu sangat besar dengan pekarangan luas. Itulah rumah Dong Zhuo, juga markas perguruan Tapak Maut yang hampir semua muridnya hidup sebagai pengemis. Orang tua berusia lebih separuh abad itu adalah ketua perguruan. Malam itu ia berkumpul dengan para pentolan perguruan membicarakan tantangan para Pendekar Himalaya.Dong Zhuo, duduk bersila di tilam. Wajahnya teduh dan sangat wibawa. Jenggot dan kumisnya menyatu, putih panjang. Tubuhnya tegap, tinggi. Matanya dingin dan tajam. Menatap matanya seperti memandang sumur yang kedalamannya tidak terukur. Itu tanda ia memiliki tenaga dalam yang sangat tinggi.Ia menghela nafas kemudian berkata, suaranya serak dan kasar. "Aku tidak pernah menyangka, setelah lebih dari satu tahun berlalu, para Pendekar Himalaya datang lagi. Dulu itu di Pegunungan Salju Meili terjadi pertarungan hebat, lima pendekar Dataran Tengah ditantang lima pendekar negeri Himalaya."Dia melanjutkan cerita. Dalam pertarungan itu, empat pe
"Lantas siapa saja yang sudah ditantang mereka, apakah termasuk Quan Bei, Jiu Long, Liang Zhipu juga Yue Jin? Apakah pendekar negeri ini mau datang mempertaruhkan nama mereka? Bagaimana jika tidak seorang pun yang hadir nanti?" Pertanyaan ini menusuk pikirannya, tanpa dia mampu menjawabnya.Teringat kekalahannya dari Liong Kam waktu itu, Dong Zhuo mengepalkan tangannya. Kebetulan Liong Kam termasuk di antara sebelas orang itu. "Aku jadi penasaran, selama lebih dari satu tahun aku berlatih, aku ingin menjajal sampai di mana kemajuanku. Kebetulan lawan yang pernah mengalahkan aku dulu, Liong Kam akan hadir. Aku akan tantang dia," ucap Dong Zhuo dengan suara bergetar.Ia teringat bagaimana malunya dia dikalahkan jurus pedang Liong Kam. Ia sulit melupakan kekalahan itu, karena kejadiannya disaksikan ratusan pendekar lain. "Masih ada sisa waktu duapuluh hari, aku akan melatih ilmuku lebih kuat."Salah seorang yang hadir, Sardula, tokoh terkemuka yang lihai ilmu dan t
Perguruan Wuwei terletak di kaki gunung Wuwei. Senja itu suasana di balairung agak riuh. Sebagian besar murid berkumpul, hanya murid yang masih bertugas berjaga atau bekerja di dapur yang tidak hadir. Mereka yang hadir saling pandang penuh tanda-tanya, tidak mengerti apa yang akan diumumkan ketuanya, pendeta Quan Bei. Ketika ketua muncul seketika juga suasana hening.Pendeta Quan Bei duduk didampingi saudara perguruannya, Wong Anta, Wong Braga, Wong Rawa, Wong Mata. Lima orang ini duduk bersila, memandang puluhan murid yang duduk berkumpul.Diantara lima tokoh tua Wuwei hanya Quan Bei yang seorang pendeta. Quan Bei memecah keheningan, "Dengarkan, sepuluh hari lagi, aku akan ke desa Yinchuan menghadiri pertarungan menghadapi sebelas Pendekar Himalaya. Orang-orang seberang itu telah menantang seluruh pendekar negeri ini untuk tarung, sebelas lawan sebelas. Aku sebenarnya tak ingin tarung lagi, tetapi demi membela negeriku, tanah airku, aku harus ikut, ini merupakan darma
Hari itu upacara pengangkatan Wong Anta sebagai ketua Wuwei berlangsung tertib dan sederhana. Tak ada reaksi berlebihan di kalangan murid. Tradisi dan peraturan Wuwei menetapkan seorang guru melatih secara bergilir, sehingga tak pernah ada murid dilatih khusus seorang guru. Para ketua melatih murid lapis satu dan lapis satu melatih lapis dua dan lapis tiga.Setelah hari pengangkatan, Quan Bei menyepi berlatih silat. Adik perguruannya termasuk Wong Anta bergantian menjadi lawan tanding. Ia menekuni jurus andalan perguruannya. Jurus ini sudah didalami Quan Bei sejak kekalahan dari Sin Thong. Ia berlatih keras meningkatkan kualitas jurus hebat ini. Jurus ini mengutamakan kedalaman tenaga batin sehingga cepat menemukan kelemahan lawan untuk dijadikan sasaran serangan.Quan Bei juga mendalami jurus Kadharmesta (Kebajikan) dan Amijilakna (Hasil upaya). Dua jurus ini diambil dari sifat Gereh (Guntur) dan Sedung (Badai) saling dukung mendukung. Suatu serangan lawan yang ganas