Jiu Long tahu isterinya dalam keadaan terancam, kritis. Tetapi dia tak bisa menolong, serangan enam lawannya makin gencar, tak ada ruang sedikit pun untuk lolos. Jiu Long cuma bisa menyaksikan ketika dua pukulan beruntun menerpa pundak dan lambung isterinya.
Jen Ting menjerit lirih. Semangat Jiu Long terbang.
Mendadak Jiu Long merasa tenaga Angin Es dan Api membakar tubuhnya. Kecintaannya terhadap Jen Ting, melihat isterinya dilukai tanpa dia sanggup menolong telah membangkitkan tenaga dalam Angin Es dan Api merambah ke seluruh tubuhnya, utuh dan sempurna. Tenaga Jiu Long menjadi berlipat ganda dari sebelumnya. Munculnya tenaga istimewa ini tanpa melalui suatu proses lagi, muncul secara mendadak, menghasilkan tenaga Angin Es dan Api yang dahsyat.
Reaksi spontan Jiu Long yang paling awal adalah teriakan keras disertai bentakan. Itulah pelampiasan dari kemarahan yang amat sangat. Amarah membakar dirinya dilampiaskan lewat bentakan dengan
Ma Teng meski seorang pendekar kelas satu tetap saja merasa tangannya tergetar. pedang di tangannya terlempar.Sadar jiwanya dalam bahaya, Ma Teng melompat ke belakang. Dia selamat, lolos dari bahaya maut. "Gila... ilmu apa ini?" gerutunya.Dua punggawa Sinelir melepas senjata di tangan, mengikuti dorongan gelombang tenaga Jiu Long, melempar diri ke belakang. Keduanya selamat. Tiga punggawa lainnya yang menghadang di depan Jiu Long menerima akibat paling parah. Jiu Long yang menerjang membuka jalan ke arah isterinya menerkam tiga lawannya itu.Jiu Long tidak mengelak dari tebasan senjata lawan. Dia yakin tubuhnya tak mungkin dilukai senjata. Jiu Long menghantam sekerasnya disertai bentakan keras. Tanpa ampun tiga punggawa itu terlempar, mati dengan dada remuk.Yun Ching melihat sepak terjang Jiu Long yang kesurupan, bersiap. Jiu Long tiba secepat angin, pukulannya melanda. Yun Ching menangkis dengan jurus Naga Hitam Kelam tingkat lima. Dua tenaga
Dia mengerti ilmu pengobatan, meraba denyut nadi isterinya. Kacau tak beraturan. Sinar mata yang biasanya gemerlap, kini redup. Nafasnya tak teratur, kadang bunyi keras, kadang tak terdengar. Jiu Long tahu luka isterinya sangat parah. Peluang hidup isterinya sangat tipis. Tetapi Jiu Long tak peduli, ia tetap mengirim tenaga dalam ke tubuh Jen Ting.Jika masih ada peluang hidup, mungkin tenaga Angin Es dan Api masih bisa menolong.Jen Ting membuka matanya. "Jiu Long, suamiku, tak ada gunanya. Pukulan Naga Hitam Kelam sangat ganas, telah merusak bagian dalam tubuhku, tak ada obatnya Jiu Long, jangan membuang waktu dan tenagamu... Sekarang aku ingin manfaatkan sisa waktuku, cium aku, peluk aku”Jiu Long dengan berlinang air mata menciumi seluruh wajah dan mulut isterinya. Memeluk erat tubuh isterinya. "Jiu Long, aku mencintaimu.""Aku juga sangat mencintaimu.""Jiu Long, aku menyesal anakmu ikut mati, jangan salahkan Dewa. Yang
Tiba-tiba ada suara merdu di telinganya. Jiu Long merasa ada sentuhan tangan yang lembut di pundaknya. "Kakak Jiu Long, relakan dia pergi. Dia sudah mati"Jiu Long menoleh. Seorang gadis, muda dan cantik berdiri di sampingnya. Tangannya menepuk pundak Jiu Long."Kau siapa, kenapa ada di sini? Apakah kau datang untuk menolong isteriku, kau bisa menolong isteriku?"Perempuan itu memandang dengan airmuka yang sedih. Dia menggeleng kepala. "Maaf Kakak, namaku Lian Nishang, panggil saja Lian, aku murid Wuwei, aku kebetulan lewat di sini, maaf Kakak, isterimu sudah mati, kamu harus rela."Jiu Long mengawasi perempuan muda itu dengan curiga. "Kau murid siapa, murid pendeta Quan Bei?""Bukan. Aku cucu muridnya. Guruku adalah Minarung, murid paman sepuh Quan Bei."Jiu Long kembali menatap tubuh isterinya. Meraba wajah Jen Ting. "Kenapa isteriku harus mati, kenapa mereka membunuh isteriku, kenapa, apa salah isteriku?"Lian Nishang melihat mayat
Tadi siang, Lian bersama tiga saudara seperguruannya dalam perjalanan pulang ke Wuwei. Di tengah jalan Lian terpisah. Ketika ia sedang bingung mencari-cari saudaranya, ia mendengar suara bentakan orang yang sedang bertarung.Dia tiba pada saat Jiu Long baru saja menghantam mati tiga punggawa Sinelir istana. Dia menyaksikan ketika Yun Ching terpental oleh hantaman Jiu Long. Dia melihat dan mendengar semua kejadian sejak itu. Dia mendengar kata-kata Yun Ching. Dia menyaksikan kaburnya Yun Ching dan tiga rekannya.Lian Nishang meski pernah menyaksikan kehebatan Jiu Long, namun tetap saja kagum. Pertarungan singkat tadi memperlihatkan tingkat kelihaian Jiu Long yang sulit diukur tingginya.Dia menyaksikan pemandangan mengharukan saat maut merenggut nyawa Jen Ting. Juga mendengar pembicaraan suami isteri itu yang mesra penuh rasa cinta. Lian Nishang makin tenggelam dan larut dalam kesedihan. Tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Dia bisa memaklumi betapa b
Sepasang mata Jiu Long memandang tajam gadis di depannya. "Ya kau benar, kita bawa dia ke Partai Naga Emas, ayo kamu ikut."Hanya sesaat Lian Nishang bimbang. "Baik. Aku ikut."Perjalanan dilakukan dengan cepat. Jiu Long sambil memeluk tubuh isterinya, berlari menggunakan ilmu Jejak Kilat yang tentu saja membuat Lian Nishang kedodoran mengejarnya.Jiu Long mengendurkan lari. "Kamu kurang cepat, mari kubantu."Tangan kanan Jiu Long menggendong Jen Ting, tangan kiri memegang tangan Lian Nishang. Gadis itu merasa sekujur tubuhnya dirasuki tenaga hangat yang berasal dari tangan Jiu Long. Gerak langkah Lian menjadi lebih bertenaga dan lebih cepat. Malam tiba. Hutan gelap. Samar-samar sinar rembulan menerobos pepohonan tapi tidak cukup menerangi jalan, apalagi untuk menentukan arah. Jiu Long dan Lian Nishang terpaksa istirahat. Jiu Long masih memeluk jenazah isterinya. Malam itu Lian Nishang berhasil meyakinkan lelaki itu bahwa Jen Ting sudah mati dan
Siang hari keduanya tiba di Partai Naga Emas.Kontan saja, suasana perguruan diliputi duka yang amat sangat, di sana sini terdengar isak tangis para wanita. Hampir semua murid Partai Naga Emas mengenal dan menyayangi Jen Ting. Mereka tak pernah menyangka Jen Ting yang cantik dan ramah itu akan mengalami kematian mengenaskan.Yu Jin dan Liu Xing, dua tokoh sepuh dari Partai Naga Emas menghibur dan menenangkan Jiu Long. Siang itu Jen Ting dikubur di pekuburan Partai Naga Emas. Semua orang larut dalam duka. Semua murid Partai Naga Emas mengutuk kejahatan Yun Ching, murid pengkhianat itu. Esok harinya Lian Nishang pamit dan kembali ke Wuwei.Semua murid Partai Naga Emas sepakat akan membalas dendam, Yun Ching harus mati. Semua murid menunggu perintah. Tetapi ketua Partai Naga Emas belum mengeluarkan perintah. Bahkan Jiu Long masih belum mau keluar dari kamarnya.Pada hari pertama sepertinya Jiu Long belum bisa menerima kenyataan matinya Jen Ting. Terkadang sa
Hwang Mi Hee kembali merenung. "Ya, pasti banyak perempuan yang ingin menjadi istri atau kekasih ketua, bagaimana dengan aku?"Hwang Mi Hee berusia duapuluh tahun, sudah tak punya keluarga sejak kecil. Kakeknya, Wang Xun dan empat murid termasuk ayahnya gugur di perang Luoyang. Dia melihat semua kawan perempuannya sepakat tidak lagi melayani ketua. Gadis cantik itu tersenyum. Tetapi senyum lenyap ketika teringat Lian Nishang, murid Wuwei itu, yang hari itu datang bersama-sama ketua."Apa hubungannya dengan ketua? Benar kata Paman Setrung, bakal banyak perempuan yang mengejar ketua."Hari sudah siang, Hwang Mi Hee ingat tugasnya menyediakan makanan untuk ketua. Ia menuju dapur. Di tengah jalan, berpapasan dengan dua murid wanita. Keduanya menegur Hwang Mi Hee, mengatakan santapan siang sudah siap. Hwang Mi Hee mengucap terimakasih.Hwang Mi Hee melihat Jiu Long duduk semadi. Ia meletakkan nampan di atas tikar. Ia memerhatikan lelaki yang dipujanya
Tetapi dia heran lantaran Hwang Mi Hee tidak marah, malah tersenyum dengan sinar mata berbinar. Hwang Mi Hee masih ingat ketika itu dia mengatakan. "Tidak apa-apa ketua, aku senang bisa membuat ketua senang."Setelah kejadian itu Jiu Long sering kali menyentuh tangan atau menepuk bahu gadis itu. Dan Hwang Mi Hee mulai berani mengimbangi dengan sentuhan mesra. Keduanya mulai membiasakan saling sentuh. Hwang Mi Hee kemudian melangkah lebih jauh, memijit betis dan telapak kaki sampai lelaki itu tertidur.Terdengar suara Jiu Long yang membuat Hwang Mi Hee sadar dari lamunan. "Kamu melamun apa?""Tidak, aku tidak melamun. Aku menanti perintah, aku siap untuk melayanimu""Kulihat kau tersenyum tadi, apa yang membuatmu senang.""Aku senang, bisa melayani ketua."Jiu Long memerhatikan seksama gadis di hadapannya. Tidak salah Hwang Mi Hee dijuluki kembang Partai Naga Emas, dia cantik, kulit tubuh putih mulus. Rambut panjang terurai. Matanya bul