Dia mengerti ilmu pengobatan, meraba denyut nadi isterinya. Kacau tak beraturan. Sinar mata yang biasanya gemerlap, kini redup. Nafasnya tak teratur, kadang bunyi keras, kadang tak terdengar. Jiu Long tahu luka isterinya sangat parah. Peluang hidup isterinya sangat tipis. Tetapi Jiu Long tak peduli, ia tetap mengirim tenaga dalam ke tubuh Jen Ting.
Jika masih ada peluang hidup, mungkin tenaga Angin Es dan Api masih bisa menolong.
Jen Ting membuka matanya. "Jiu Long, suamiku, tak ada gunanya. Pukulan Naga Hitam Kelam sangat ganas, telah merusak bagian dalam tubuhku, tak ada obatnya Jiu Long, jangan membuang waktu dan tenagamu... Sekarang aku ingin manfaatkan sisa waktuku, cium aku, peluk aku”
Jiu Long dengan berlinang air mata menciumi seluruh wajah dan mulut isterinya. Memeluk erat tubuh isterinya. "Jiu Long, aku mencintaimu."
"Aku juga sangat mencintaimu."
"Jiu Long, aku menyesal anakmu ikut mati, jangan salahkan Dewa. Yang
Tiba-tiba ada suara merdu di telinganya. Jiu Long merasa ada sentuhan tangan yang lembut di pundaknya. "Kakak Jiu Long, relakan dia pergi. Dia sudah mati"Jiu Long menoleh. Seorang gadis, muda dan cantik berdiri di sampingnya. Tangannya menepuk pundak Jiu Long."Kau siapa, kenapa ada di sini? Apakah kau datang untuk menolong isteriku, kau bisa menolong isteriku?"Perempuan itu memandang dengan airmuka yang sedih. Dia menggeleng kepala. "Maaf Kakak, namaku Lian Nishang, panggil saja Lian, aku murid Wuwei, aku kebetulan lewat di sini, maaf Kakak, isterimu sudah mati, kamu harus rela."Jiu Long mengawasi perempuan muda itu dengan curiga. "Kau murid siapa, murid pendeta Quan Bei?""Bukan. Aku cucu muridnya. Guruku adalah Minarung, murid paman sepuh Quan Bei."Jiu Long kembali menatap tubuh isterinya. Meraba wajah Jen Ting. "Kenapa isteriku harus mati, kenapa mereka membunuh isteriku, kenapa, apa salah isteriku?"Lian Nishang melihat mayat
Tadi siang, Lian bersama tiga saudara seperguruannya dalam perjalanan pulang ke Wuwei. Di tengah jalan Lian terpisah. Ketika ia sedang bingung mencari-cari saudaranya, ia mendengar suara bentakan orang yang sedang bertarung.Dia tiba pada saat Jiu Long baru saja menghantam mati tiga punggawa Sinelir istana. Dia menyaksikan ketika Yun Ching terpental oleh hantaman Jiu Long. Dia melihat dan mendengar semua kejadian sejak itu. Dia mendengar kata-kata Yun Ching. Dia menyaksikan kaburnya Yun Ching dan tiga rekannya.Lian Nishang meski pernah menyaksikan kehebatan Jiu Long, namun tetap saja kagum. Pertarungan singkat tadi memperlihatkan tingkat kelihaian Jiu Long yang sulit diukur tingginya.Dia menyaksikan pemandangan mengharukan saat maut merenggut nyawa Jen Ting. Juga mendengar pembicaraan suami isteri itu yang mesra penuh rasa cinta. Lian Nishang makin tenggelam dan larut dalam kesedihan. Tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Dia bisa memaklumi betapa b
Sepasang mata Jiu Long memandang tajam gadis di depannya. "Ya kau benar, kita bawa dia ke Partai Naga Emas, ayo kamu ikut."Hanya sesaat Lian Nishang bimbang. "Baik. Aku ikut."Perjalanan dilakukan dengan cepat. Jiu Long sambil memeluk tubuh isterinya, berlari menggunakan ilmu Jejak Kilat yang tentu saja membuat Lian Nishang kedodoran mengejarnya.Jiu Long mengendurkan lari. "Kamu kurang cepat, mari kubantu."Tangan kanan Jiu Long menggendong Jen Ting, tangan kiri memegang tangan Lian Nishang. Gadis itu merasa sekujur tubuhnya dirasuki tenaga hangat yang berasal dari tangan Jiu Long. Gerak langkah Lian menjadi lebih bertenaga dan lebih cepat. Malam tiba. Hutan gelap. Samar-samar sinar rembulan menerobos pepohonan tapi tidak cukup menerangi jalan, apalagi untuk menentukan arah. Jiu Long dan Lian Nishang terpaksa istirahat. Jiu Long masih memeluk jenazah isterinya. Malam itu Lian Nishang berhasil meyakinkan lelaki itu bahwa Jen Ting sudah mati dan
Siang hari keduanya tiba di Partai Naga Emas.Kontan saja, suasana perguruan diliputi duka yang amat sangat, di sana sini terdengar isak tangis para wanita. Hampir semua murid Partai Naga Emas mengenal dan menyayangi Jen Ting. Mereka tak pernah menyangka Jen Ting yang cantik dan ramah itu akan mengalami kematian mengenaskan.Yu Jin dan Liu Xing, dua tokoh sepuh dari Partai Naga Emas menghibur dan menenangkan Jiu Long. Siang itu Jen Ting dikubur di pekuburan Partai Naga Emas. Semua orang larut dalam duka. Semua murid Partai Naga Emas mengutuk kejahatan Yun Ching, murid pengkhianat itu. Esok harinya Lian Nishang pamit dan kembali ke Wuwei.Semua murid Partai Naga Emas sepakat akan membalas dendam, Yun Ching harus mati. Semua murid menunggu perintah. Tetapi ketua Partai Naga Emas belum mengeluarkan perintah. Bahkan Jiu Long masih belum mau keluar dari kamarnya.Pada hari pertama sepertinya Jiu Long belum bisa menerima kenyataan matinya Jen Ting. Terkadang sa
Hwang Mi Hee kembali merenung. "Ya, pasti banyak perempuan yang ingin menjadi istri atau kekasih ketua, bagaimana dengan aku?"Hwang Mi Hee berusia duapuluh tahun, sudah tak punya keluarga sejak kecil. Kakeknya, Wang Xun dan empat murid termasuk ayahnya gugur di perang Luoyang. Dia melihat semua kawan perempuannya sepakat tidak lagi melayani ketua. Gadis cantik itu tersenyum. Tetapi senyum lenyap ketika teringat Lian Nishang, murid Wuwei itu, yang hari itu datang bersama-sama ketua."Apa hubungannya dengan ketua? Benar kata Paman Setrung, bakal banyak perempuan yang mengejar ketua."Hari sudah siang, Hwang Mi Hee ingat tugasnya menyediakan makanan untuk ketua. Ia menuju dapur. Di tengah jalan, berpapasan dengan dua murid wanita. Keduanya menegur Hwang Mi Hee, mengatakan santapan siang sudah siap. Hwang Mi Hee mengucap terimakasih.Hwang Mi Hee melihat Jiu Long duduk semadi. Ia meletakkan nampan di atas tikar. Ia memerhatikan lelaki yang dipujanya
Tetapi dia heran lantaran Hwang Mi Hee tidak marah, malah tersenyum dengan sinar mata berbinar. Hwang Mi Hee masih ingat ketika itu dia mengatakan. "Tidak apa-apa ketua, aku senang bisa membuat ketua senang."Setelah kejadian itu Jiu Long sering kali menyentuh tangan atau menepuk bahu gadis itu. Dan Hwang Mi Hee mulai berani mengimbangi dengan sentuhan mesra. Keduanya mulai membiasakan saling sentuh. Hwang Mi Hee kemudian melangkah lebih jauh, memijit betis dan telapak kaki sampai lelaki itu tertidur.Terdengar suara Jiu Long yang membuat Hwang Mi Hee sadar dari lamunan. "Kamu melamun apa?""Tidak, aku tidak melamun. Aku menanti perintah, aku siap untuk melayanimu""Kulihat kau tersenyum tadi, apa yang membuatmu senang.""Aku senang, bisa melayani ketua."Jiu Long memerhatikan seksama gadis di hadapannya. Tidak salah Hwang Mi Hee dijuluki kembang Partai Naga Emas, dia cantik, kulit tubuh putih mulus. Rambut panjang terurai. Matanya bul
Sejak ciuman yang pertama kemarin, gadis itu sering melamun merindu ciuman dan pelukan Jiu Long. Karenanya begitu lelaki itu memeluk dan menciumnya, tanpa bisa ditahan lagi Hwang Mi Hee balas mengimbangi dengan memeluk erat dan ciuman yang bernafsu.Jiu Long terengah-engah berbisik. "Aku tak tahan lagi. Kamu membuat birahiku tak terkendali.""Ketua, aku pasrah, aku siap melayanimu, aku milikmu, ambillah.""Kita hanya berdua, jangan panggil aku ketua”"Ya, ambillah, nikmatilah tubuhku, aku rela dan pasrah, Kak." Saat dua anak manusia itu tenggelam dalam lautan nafsu birahi, pada saat yang sama di pendopo yang tidak jauh dari rumah Jiu Long, Liu Xing dan Yu Jin duduk berhadapan dengan salah seorang murid, Satrung Ketiga lelaki itu tersenyum memandang ke arah rumah ketua Partai Naga Emas.Senyum yang penuh arti.Yu Jin, tertawa senang. "Adalah lebih baik bagi Partai Naga Emas jika Jiu Long mengawini Hwang Mi Hee. Karena sebenarnya aku kur
Jiu Long tertawa. "Tanyalah."Hwang Mi Hee memeluk, menyembunyikan wajahnya di dada Jiu Long."Kak, Gwangsin isterimu itu, ia sangal cantik, lebih cantik dari aku. Kau pasti mencintainya. Bagaimana kisahmu dengannya?"Jiu Long menceritakan pengalamannya dengan Gwangsin, dua tahun lalu. Ia terluka oleh pukulan Zhang Ma dan dipaksa menelan racun oleh pasangan pendekar dari India, Kumarawet dan Malini. Kemudian Gwangsin membawanya ke Lembah Buah Persik, memaksa neneknya mengobati. Nyatanya Dewi Obat yang kesohor itu hanya sanggup mengusir sebagian racun, memperpanjang usianya tiga bulan. Nyawanya tertolong setelah secara kebetulan terjatuh di jurang di kaki Gunung Huang, malahan di tempat itulah Jiu Long menemukan ilmu Angin Es dan Api warisan pendekar Qiu Bai."Kamu bercinta dengannya? Katamu ia bekas penyakit cacar?" Jiu Long tertawa merasa lucu akan kecemburuan gadis itu. "Waktu itu memang tubuhnya penuh bercak cacar. Tapi sekarang sudah sembuh.