Tetapi dia heran lantaran Hwang Mi Hee tidak marah, malah tersenyum dengan sinar mata berbinar. Hwang Mi Hee masih ingat ketika itu dia mengatakan. "Tidak apa-apa ketua, aku senang bisa membuat ketua senang."
Setelah kejadian itu Jiu Long sering kali menyentuh tangan atau menepuk bahu gadis itu. Dan Hwang Mi Hee mulai berani mengimbangi dengan sentuhan mesra. Keduanya mulai membiasakan saling sentuh. Hwang Mi Hee kemudian melangkah lebih jauh, memijit betis dan telapak kaki sampai lelaki itu tertidur.
Terdengar suara Jiu Long yang membuat Hwang Mi Hee sadar dari lamunan. "Kamu melamun apa?"
"Tidak, aku tidak melamun. Aku menanti perintah, aku siap untuk melayanimu"
"Kulihat kau tersenyum tadi, apa yang membuatmu senang."
"Aku senang, bisa melayani ketua."
Jiu Long memerhatikan seksama gadis di hadapannya. Tidak salah Hwang Mi Hee dijuluki kembang Partai Naga Emas, dia cantik, kulit tubuh putih mulus. Rambut panjang terurai. Matanya bul
Sejak ciuman yang pertama kemarin, gadis itu sering melamun merindu ciuman dan pelukan Jiu Long. Karenanya begitu lelaki itu memeluk dan menciumnya, tanpa bisa ditahan lagi Hwang Mi Hee balas mengimbangi dengan memeluk erat dan ciuman yang bernafsu.Jiu Long terengah-engah berbisik. "Aku tak tahan lagi. Kamu membuat birahiku tak terkendali.""Ketua, aku pasrah, aku siap melayanimu, aku milikmu, ambillah.""Kita hanya berdua, jangan panggil aku ketua”"Ya, ambillah, nikmatilah tubuhku, aku rela dan pasrah, Kak." Saat dua anak manusia itu tenggelam dalam lautan nafsu birahi, pada saat yang sama di pendopo yang tidak jauh dari rumah Jiu Long, Liu Xing dan Yu Jin duduk berhadapan dengan salah seorang murid, Satrung Ketiga lelaki itu tersenyum memandang ke arah rumah ketua Partai Naga Emas.Senyum yang penuh arti.Yu Jin, tertawa senang. "Adalah lebih baik bagi Partai Naga Emas jika Jiu Long mengawini Hwang Mi Hee. Karena sebenarnya aku kur
Jiu Long tertawa. "Tanyalah."Hwang Mi Hee memeluk, menyembunyikan wajahnya di dada Jiu Long."Kak, Gwangsin isterimu itu, ia sangal cantik, lebih cantik dari aku. Kau pasti mencintainya. Bagaimana kisahmu dengannya?"Jiu Long menceritakan pengalamannya dengan Gwangsin, dua tahun lalu. Ia terluka oleh pukulan Zhang Ma dan dipaksa menelan racun oleh pasangan pendekar dari India, Kumarawet dan Malini. Kemudian Gwangsin membawanya ke Lembah Buah Persik, memaksa neneknya mengobati. Nyatanya Dewi Obat yang kesohor itu hanya sanggup mengusir sebagian racun, memperpanjang usianya tiga bulan. Nyawanya tertolong setelah secara kebetulan terjatuh di jurang di kaki Gunung Huang, malahan di tempat itulah Jiu Long menemukan ilmu Angin Es dan Api warisan pendekar Qiu Bai."Kamu bercinta dengannya? Katamu ia bekas penyakit cacar?" Jiu Long tertawa merasa lucu akan kecemburuan gadis itu. "Waktu itu memang tubuhnya penuh bercak cacar. Tapi sekarang sudah sembuh.
Hutan rimba di kaki Gunung Jiuhua masih berselimut kabut tebal. Suasana sepi dan lengang. Tak ada tanda-tanda kehidupan selain kicau burung dan kokok ayam jantan. Pagi itu udara bersih, berembun dan dingin. Dari kerimbunan hutan muncul dua lelaki berlari pesat menguak kabut. Keduanya berhenti di lapangan luas yang ditumbuhi ilalang setinggi dada. Keduanya saling pandang."Apa benar ini tempatnya?" Lelaki jangkung berkumis lebat memecah kesunyian pagi."Tak salah lagi, ini Lembah Bunga, mungkin kita baru sampai di tapal batas," sahut temannya yang bertubuh pendek gemukLelaki jangkung itu, menghela napas panjang, memenuhi parunya dengan udara bersih pegunungan. Ia berseru, lantang dan keras. "Kami utusan istana Kaisar Giok Timur, ingin bertemu Penguasa Cantik dari Lembah Bunga, Nyonya Jia Li."Suara ini mengumandang jauh, berulang-ulang dipantulkan gema. Pertanda tenaga dalam si jangkung ini cukup berbobot.Belum juga gema suara ini lenyap, terdenga
"Oh sama sekali tidak. Tak ada maksud kami pamer kepandaian di Lembah Bunga yang ketuanya begitu kesohor, cantik dan berilmu tinggi. Tetapi kami juga bukan sembarang orang, kami diutus istana Kaisar Giok Timur, Paduka Kaisar Giok Timur memberi pesan penting untuk ketua Lembah Bunga"Sekonyong-konyong lelaki berbaju putih menerkam dengan dua tangan terpentang. Gaya menyerang yang unik. Menyerang ganas tetapi dengan membiarkan pertahanan sendiri terbuka. Jarak yang dua tongkat itu bukan rintangan baginya. Desir angin tajam menerpa kedua tamu yang tak pernah menyangka ada aturan main macam itu.Serangan unik itu berubah di tengah jalan. Dari posisi tangan terbentang berganti menekuk tangan di depan dada kemudian menjotos lurus ke dada lawan. Pada saat berbarengan tangan larinya mencakar wajah lawan disusul tendangan lurus mengarah selangkangan lawan. Sasarannya adalah si jangkung.Lelaki jangkung ini terkejut sesaat. Ia bergerak cepat. Tanpa menggeser kuda-kudanya,
Tetapi ia tertipu. Jurus aneh lelaki baju putih tidak putus di situ saja. Tendangan potong tadi cuma pancingan. Begitu si gemuk menghindar, si baju putih melakukan gerak putar sambil menekuk tubuh dilanjutkan dengan tendangan mengarah leher. Itu belum semua. Dari posisi setengah jungkir tangannya mengirim pukulan keras ke selangkangan lawan.Tamu gemuk itu terkejut. Serangan lawan tak mungkin dihindari kecuali melempar diri ke belakang. Dan memang ia berhasil lolos, namun tetap saja ia merasa malu. Pertarungan sudah usai. Dua tamu Dinasti Giok Timur merasa kagum. Hebat kepandaian lelaki baju putih itu. Sekali serang ia melepas enam pukulan berantai, serba cepat.Lelaki jangkung merangkapkan dua tangannya di dada. Ia memberi hormat "Hebat Jurus Lembah Bunga bukan nama kosong. Tetapi belum cukup untuk menakuti-nakuti utusan istana Kaisar Giok Timur."Tampak ia mendongkol namun bicaranya terputus. Ia melihat dua perempuan baju putih berdiri tak jauh dari tempat per
Hari itu, sepuluh hari setelah kematian Jen Ting, seperti biasa, Hwang Mi Hee menyediakan makan siang untuk Jiu Long. Selesai keduanya bersantap, Hwang Mi Hee dengan manja merebahkan diri di pangkuan sang ketua. Hubungan dua insan itu makin intim seperti layaknya suami isteri."Hwang Mi Hee, aku merasa tidak pantas menjadikan kamu sebagai pelampiasan nafsu birahi dan rasa rindu akan isteriku."Gadis itu menyentuh bibir Jiu Long dengan jari. "Kak, jangan sebut itu lagi, sudah aku katakan, aku bersedia dan rela menjadi pelayanmu. Aku tahu, kau masih mencintai Gwangsin, masih merindukan dia, sering di malam hari kau memanggil namanya. Kau juga belum bisa melupakan bibi Jen Ting, dan mungkin dalam waktu dekat ini kamu sulit mencintai perempuan lain, aku bisa mengerti Dan aku tak peduli."Hwang Mi Hee memegang tangan Jiu Long, menciumi tangan itu. "Kakak Jiu Long, yang penting bagiku, kau telah berjanji, membolehkan aku tetap melayanimu sebagai pelayan. Itu saja aku
Jiu Long terharu Dia memeluk dan mencium Hwang Mi Hee. "Jen Ting telah membawa mati cintaku, Gwangsin membawa lari cintaku, sementara ini aku memang tak mungkin mencintai perempuan lain. Aku minla maaf, Mi Hee."Tidak mungkin Jiu Long bisa merahasiakan hubungannya dengan Hwang Mi Hee karena sehari-hari gadis itu berada di dalam biliknya. Hanya berdua, terkadang sepanjang malam. Sebelum timbul gunjingan, maka Jiu Long menceritakan hubungan itu kepada Yu Jin dan Liu Xing. Dua tokoh sepuh itu tersenyum gembira dan merestui hubungan mereka. Begitu juga Satrung. Tiga orang itu sadar sepenuhnya, bahwa kehadiran Hwang Mi Hee pada saat di mana Jiu Long memerlukan seorang perempuan telah banyak menolong lelaki itu. Yu Jin menegaskan kepada Liu Xing dan Satrung bahwa Hwang Mi Hee telah menyelamatkan ketua Partai Naga Emas dari kegoncangan batin. Gadis itu hadir dengan cintanya yang tulus dan hangat telah menarik Jiu Long keluar dari lamunan yang berkepanjangan. Hwang Mi Hee tak pernah
Dia yakin Yun Ching sedang memperdalam ilmu andalannya Naga Hitam Kelam. Dan pada saatnya nanti, suatu hari kapan dan di mana, pertarungan mati hidup dia dengan Yun Ching pasti terjadi. Hutang nyawa Jen Ting, harus ditagih sekaligus dengan bunganya.Seringkali ia mengingat pengalamannya berdua dan bercinta dengan Jen Ting, pada saat dimana Hwang Mi Hee tidak berada di sampingnya. Jiu Long sering tersenyum mengingat perkenalan pertama dengan Jen Ting. Dia teringat air terjun di lereng gunung Tai. Di tempat itulah pertama kali dia jumpa Jen Ting. Waktu itu mereka berkenalan menggunakan nama samaran, Fei Hung, dan Meishin. Itulah awal perjalanan cinta yang begitu indah.Rindu kepada Jen Ting dan Gwangsin sering mengganggunya meskipun Hwang Mi Hee berada di sampingnya. Malam itu, Jiu Long merindukan Gwangsin dan Jen Ting. Ia memeluk, menciumi Hwang Mi Hee. Bercinta dengan gadis muda itu, sambil membayangkan dua isterinya. Ia membayangkan Gwangsin yang begitu