Tadi siang, Lian bersama tiga saudara seperguruannya dalam perjalanan pulang ke Wuwei. Di tengah jalan Lian terpisah. Ketika ia sedang bingung mencari-cari saudaranya, ia mendengar suara bentakan orang yang sedang bertarung.
Dia tiba pada saat Jiu Long baru saja menghantam mati tiga punggawa Sinelir istana. Dia menyaksikan ketika Yun Ching terpental oleh hantaman Jiu Long. Dia melihat dan mendengar semua kejadian sejak itu. Dia mendengar kata-kata Yun Ching. Dia menyaksikan kaburnya Yun Ching dan tiga rekannya.
Lian Nishang meski pernah menyaksikan kehebatan Jiu Long, namun tetap saja kagum. Pertarungan singkat tadi memperlihatkan tingkat kelihaian Jiu Long yang sulit diukur tingginya.
Dia menyaksikan pemandangan mengharukan saat maut merenggut nyawa Jen Ting. Juga mendengar pembicaraan suami isteri itu yang mesra penuh rasa cinta. Lian Nishang makin tenggelam dan larut dalam kesedihan. Tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Dia bisa memaklumi betapa b
Sepasang mata Jiu Long memandang tajam gadis di depannya. "Ya kau benar, kita bawa dia ke Partai Naga Emas, ayo kamu ikut."Hanya sesaat Lian Nishang bimbang. "Baik. Aku ikut."Perjalanan dilakukan dengan cepat. Jiu Long sambil memeluk tubuh isterinya, berlari menggunakan ilmu Jejak Kilat yang tentu saja membuat Lian Nishang kedodoran mengejarnya.Jiu Long mengendurkan lari. "Kamu kurang cepat, mari kubantu."Tangan kanan Jiu Long menggendong Jen Ting, tangan kiri memegang tangan Lian Nishang. Gadis itu merasa sekujur tubuhnya dirasuki tenaga hangat yang berasal dari tangan Jiu Long. Gerak langkah Lian menjadi lebih bertenaga dan lebih cepat. Malam tiba. Hutan gelap. Samar-samar sinar rembulan menerobos pepohonan tapi tidak cukup menerangi jalan, apalagi untuk menentukan arah. Jiu Long dan Lian Nishang terpaksa istirahat. Jiu Long masih memeluk jenazah isterinya. Malam itu Lian Nishang berhasil meyakinkan lelaki itu bahwa Jen Ting sudah mati dan
Siang hari keduanya tiba di Partai Naga Emas.Kontan saja, suasana perguruan diliputi duka yang amat sangat, di sana sini terdengar isak tangis para wanita. Hampir semua murid Partai Naga Emas mengenal dan menyayangi Jen Ting. Mereka tak pernah menyangka Jen Ting yang cantik dan ramah itu akan mengalami kematian mengenaskan.Yu Jin dan Liu Xing, dua tokoh sepuh dari Partai Naga Emas menghibur dan menenangkan Jiu Long. Siang itu Jen Ting dikubur di pekuburan Partai Naga Emas. Semua orang larut dalam duka. Semua murid Partai Naga Emas mengutuk kejahatan Yun Ching, murid pengkhianat itu. Esok harinya Lian Nishang pamit dan kembali ke Wuwei.Semua murid Partai Naga Emas sepakat akan membalas dendam, Yun Ching harus mati. Semua murid menunggu perintah. Tetapi ketua Partai Naga Emas belum mengeluarkan perintah. Bahkan Jiu Long masih belum mau keluar dari kamarnya.Pada hari pertama sepertinya Jiu Long belum bisa menerima kenyataan matinya Jen Ting. Terkadang sa
Hwang Mi Hee kembali merenung. "Ya, pasti banyak perempuan yang ingin menjadi istri atau kekasih ketua, bagaimana dengan aku?"Hwang Mi Hee berusia duapuluh tahun, sudah tak punya keluarga sejak kecil. Kakeknya, Wang Xun dan empat murid termasuk ayahnya gugur di perang Luoyang. Dia melihat semua kawan perempuannya sepakat tidak lagi melayani ketua. Gadis cantik itu tersenyum. Tetapi senyum lenyap ketika teringat Lian Nishang, murid Wuwei itu, yang hari itu datang bersama-sama ketua."Apa hubungannya dengan ketua? Benar kata Paman Setrung, bakal banyak perempuan yang mengejar ketua."Hari sudah siang, Hwang Mi Hee ingat tugasnya menyediakan makanan untuk ketua. Ia menuju dapur. Di tengah jalan, berpapasan dengan dua murid wanita. Keduanya menegur Hwang Mi Hee, mengatakan santapan siang sudah siap. Hwang Mi Hee mengucap terimakasih.Hwang Mi Hee melihat Jiu Long duduk semadi. Ia meletakkan nampan di atas tikar. Ia memerhatikan lelaki yang dipujanya
Tetapi dia heran lantaran Hwang Mi Hee tidak marah, malah tersenyum dengan sinar mata berbinar. Hwang Mi Hee masih ingat ketika itu dia mengatakan. "Tidak apa-apa ketua, aku senang bisa membuat ketua senang."Setelah kejadian itu Jiu Long sering kali menyentuh tangan atau menepuk bahu gadis itu. Dan Hwang Mi Hee mulai berani mengimbangi dengan sentuhan mesra. Keduanya mulai membiasakan saling sentuh. Hwang Mi Hee kemudian melangkah lebih jauh, memijit betis dan telapak kaki sampai lelaki itu tertidur.Terdengar suara Jiu Long yang membuat Hwang Mi Hee sadar dari lamunan. "Kamu melamun apa?""Tidak, aku tidak melamun. Aku menanti perintah, aku siap untuk melayanimu""Kulihat kau tersenyum tadi, apa yang membuatmu senang.""Aku senang, bisa melayani ketua."Jiu Long memerhatikan seksama gadis di hadapannya. Tidak salah Hwang Mi Hee dijuluki kembang Partai Naga Emas, dia cantik, kulit tubuh putih mulus. Rambut panjang terurai. Matanya bul
Sejak ciuman yang pertama kemarin, gadis itu sering melamun merindu ciuman dan pelukan Jiu Long. Karenanya begitu lelaki itu memeluk dan menciumnya, tanpa bisa ditahan lagi Hwang Mi Hee balas mengimbangi dengan memeluk erat dan ciuman yang bernafsu.Jiu Long terengah-engah berbisik. "Aku tak tahan lagi. Kamu membuat birahiku tak terkendali.""Ketua, aku pasrah, aku siap melayanimu, aku milikmu, ambillah.""Kita hanya berdua, jangan panggil aku ketua”"Ya, ambillah, nikmatilah tubuhku, aku rela dan pasrah, Kak." Saat dua anak manusia itu tenggelam dalam lautan nafsu birahi, pada saat yang sama di pendopo yang tidak jauh dari rumah Jiu Long, Liu Xing dan Yu Jin duduk berhadapan dengan salah seorang murid, Satrung Ketiga lelaki itu tersenyum memandang ke arah rumah ketua Partai Naga Emas.Senyum yang penuh arti.Yu Jin, tertawa senang. "Adalah lebih baik bagi Partai Naga Emas jika Jiu Long mengawini Hwang Mi Hee. Karena sebenarnya aku kur
Jiu Long tertawa. "Tanyalah."Hwang Mi Hee memeluk, menyembunyikan wajahnya di dada Jiu Long."Kak, Gwangsin isterimu itu, ia sangal cantik, lebih cantik dari aku. Kau pasti mencintainya. Bagaimana kisahmu dengannya?"Jiu Long menceritakan pengalamannya dengan Gwangsin, dua tahun lalu. Ia terluka oleh pukulan Zhang Ma dan dipaksa menelan racun oleh pasangan pendekar dari India, Kumarawet dan Malini. Kemudian Gwangsin membawanya ke Lembah Buah Persik, memaksa neneknya mengobati. Nyatanya Dewi Obat yang kesohor itu hanya sanggup mengusir sebagian racun, memperpanjang usianya tiga bulan. Nyawanya tertolong setelah secara kebetulan terjatuh di jurang di kaki Gunung Huang, malahan di tempat itulah Jiu Long menemukan ilmu Angin Es dan Api warisan pendekar Qiu Bai."Kamu bercinta dengannya? Katamu ia bekas penyakit cacar?" Jiu Long tertawa merasa lucu akan kecemburuan gadis itu. "Waktu itu memang tubuhnya penuh bercak cacar. Tapi sekarang sudah sembuh.
Hutan rimba di kaki Gunung Jiuhua masih berselimut kabut tebal. Suasana sepi dan lengang. Tak ada tanda-tanda kehidupan selain kicau burung dan kokok ayam jantan. Pagi itu udara bersih, berembun dan dingin. Dari kerimbunan hutan muncul dua lelaki berlari pesat menguak kabut. Keduanya berhenti di lapangan luas yang ditumbuhi ilalang setinggi dada. Keduanya saling pandang."Apa benar ini tempatnya?" Lelaki jangkung berkumis lebat memecah kesunyian pagi."Tak salah lagi, ini Lembah Bunga, mungkin kita baru sampai di tapal batas," sahut temannya yang bertubuh pendek gemukLelaki jangkung itu, menghela napas panjang, memenuhi parunya dengan udara bersih pegunungan. Ia berseru, lantang dan keras. "Kami utusan istana Kaisar Giok Timur, ingin bertemu Penguasa Cantik dari Lembah Bunga, Nyonya Jia Li."Suara ini mengumandang jauh, berulang-ulang dipantulkan gema. Pertanda tenaga dalam si jangkung ini cukup berbobot.Belum juga gema suara ini lenyap, terdenga
"Oh sama sekali tidak. Tak ada maksud kami pamer kepandaian di Lembah Bunga yang ketuanya begitu kesohor, cantik dan berilmu tinggi. Tetapi kami juga bukan sembarang orang, kami diutus istana Kaisar Giok Timur, Paduka Kaisar Giok Timur memberi pesan penting untuk ketua Lembah Bunga"Sekonyong-konyong lelaki berbaju putih menerkam dengan dua tangan terpentang. Gaya menyerang yang unik. Menyerang ganas tetapi dengan membiarkan pertahanan sendiri terbuka. Jarak yang dua tongkat itu bukan rintangan baginya. Desir angin tajam menerpa kedua tamu yang tak pernah menyangka ada aturan main macam itu.Serangan unik itu berubah di tengah jalan. Dari posisi tangan terbentang berganti menekuk tangan di depan dada kemudian menjotos lurus ke dada lawan. Pada saat berbarengan tangan larinya mencakar wajah lawan disusul tendangan lurus mengarah selangkangan lawan. Sasarannya adalah si jangkung.Lelaki jangkung ini terkejut sesaat. Ia bergerak cepat. Tanpa menggeser kuda-kudanya,
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d