Suasana malam sepi dan lengang. Jiu Long menatap Jen Ting. Ini dia perempuan yang paling ia rindukan selama ini. Jen Ting menangkap pancaran kehangatan cinta dalam sinar mata Jiu Long. Tanpa sadar ia menghela napas panjang. Jen Ting merunduk, Jiu Long memegang lengan perempuan itu. "Kenapa Jen Ting, kamu menyesal meninggalkan dia?"
Jen Ting memegang ujung kain seprei yang membungkus tubuhnya. "Sudah berapa lama kau berada di luar jendela?"
Jiu Long menatap Jen Ting "Lama. Aku tadinya sudah pergi setelah melihat kau berpelukan dan berciuman, aku cemburu. Tetapi aku kembali lagi karena mendengar suara jeritanmu."
Jen Ting menatap Jiu Long dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku tak menyesal meninggalkan Yun Ching, lagipula setelah kejadian itu aku tak akan bisa memaafkan dia. Aku berterima kasih padamu, Jiu Long, nanti setelah aku sembuh dan tenagaku pulih, kamu boleh pergi tinggalkan aku."
"Lho kenapa begitu?"
"Kamu kan sudah mendengar semua apa ya
Dengan nafsu birahi membara, Jiu Long memeluk erat kekasihnya. "Aku tak mau mendengar itu, biarkan itu berlalu Jen Ting.""Tidak Jiu Long. Kamu harus mendengarkan ceritaku, agar kamu bisa menentukan sikapmu. Dengarkan aku Jiu Long. Sekarang ini aku sudah tahu, sudah yakin bahwa aku hanya mencintai kamu, tetapi kamu harus mendengarkan ceritaku."Ia berbisik di telinga kekasihnya. "Jen Ting, masih banyak waktu untuk menceritakan itu." Ia melepas seprei yang membungkus tubuh molek itu, mencium semua bagian tubuhnya. Perempuan itu menggelinjang, bibirnya bergetar. "Cintailah aku, oh betapa aku merindukan kamu, Jiu Long, aku mengingatmu selalu."Keduanya bergumul dan berpelukan sampai fajar menyingsing. Malam itu mereka temukan lagi pesona cinta dan panasnya birahi yang tadinya pernah diselimuti keraguan. Jiu Long pernah begitu sengsara dan cemburu melihat Jen Ting digandeng seorang lelaki di pesta tahunan Gunung Huang.Sampai tadi pun Jiu Long masih bimbang d
"Aku melihat kamu berpelukan dan berciuman, itu yang membuat aku kabur karena cemburu""Ia memeluk dan menciumku, kuakui aku memang sempat terangsang. Tetapi hanya sesaat, kemudian bayangan wajahmu muncul membuat aku sadar. Ketika aku menolak dan meronta melepaskan diri, ia memaksa, hendak memerkosaku, ia merobek pakaian dan celanaku, itulah kenapa aku menjerit, jeritan yang membuat kamu kembali dan menolongku. Jika kamu tidak kembali, aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku."Fajar menyingsing, Jiu Long mendukung kekasihnya. Jen Ting memeluk makin erat Jiu Long melangkah tak tahu ke mana arah tujuan. Hutan itu lebat Ia berhenti, menatap perempuan dalam pondongannya. Jen Ting membuka mata. "Jiu Long, kalau letih, biar aku berjalan saja, kalau hanya berjalan aku masih kuat"Berkata demikian, bukannya melonggarkan pelukan, Jen Ting malah lebih erat memeluk kekasihnya. Ia menciumi leher Jiu Long."Kau tak perlu berjalan, biar aku mendukungmu sampai kita
Tampak buah dadanya menyembul. Tangannya bergerak mendekap dada. Tetapi kemudian ia tertawa kecil ketika Jiu Long memegang dan menurunkan tangannya. Jiu Long memandang buah dada montok itu dan menggumam, "Sungguh indah, kamu sungguh cantik, Jen Ting."Tak tahan menahan keinginannya, Jiu Long memeluk perempuan itu, mencium bibirnya. Keduanya berciuman lama. Jen Ting mendorong Jiu Long, melepaskan diri. "Jiu Long, goa itu harus dibersihkan dulu, supaya bisa dijadikan rumah kita, ayo kau bantu aku."Jen Ting melangkah, namun Jiu Long menahannya. "Biar aku yang bekerja, kamu duduk saja di situ."Jen Ting duduk bersandar di pohon memerhatikan Jiu Long yang bekerja cepat. Goa itu kecil di bagian mulut, tetapi luas di dalam. Kotor dan bau busuk. Bekas tinggal binatang. Ia mengumpulkan rumput dan dahan kering, membakar mengasapi agar bau busuk itu hilang. Kemudian ia merancang tempat tidur dengan menumpuk ranting kecil, dedaunan dan rumput kering.Ia menutu
Agar cepat sembuh, Jiu Long melepas kain seprei yang menutupi tubuh bagian atas kekasihnya. Jen Ting bersila hanya mengenakan celana rombeng, tubuh atasnya bugil. Sesaat Jiu Long terganggu pemandangan punggung kekasihnya yang mulus, tetapi dia kemudian memusatkan perhatian, dua tangannya menempel di punggung. Tenaga panas membanjir menerobos tubuh kekasihnya, kemudian ia mengurut punggung.Ketika Jiu Long mengurut bagian pingang, Jen Ting merasa perutnya mual. Rasanya ingin muntah. Keringat mengucur keluar dari seluruh pori tubuhnya. Mendadak saja tenaga panas itu lenyap begitu saja. Jen Ting merasa seperti jatuh ke jurang yang dalam. Ia hendak menjerit tetapi belum sempat suaranya keluar, ada tenaga dingin merembes dari punggung masuk ke tubuhnya. Makin lama makin dingin. Tenaga itu kemudian berpencar merambah ke seluruh tubuh. Rasanya enak, tetapi makin lama makin dingin. Saat ia sudah tak tahan lagi, tenaga itu lenyap dan berganti tenaga panas. Demikian seterusnya, Jen Tin
"Maksudmu dia palsu? Tidak. Tak mungkin dia palsu. Aku kenal betul. Dia Yun Ching!""Tunggu! Ketika bertarung denganku, kamu menyaksikan sendiri ia begitu Perkasa dan memiliki pukulan ganas. Tenaga dalamnya juga sangat besar. Padahal menurut ceritamu dulu, ia cacat, dia tak bisa mengerahkan tenaga dalamnya secara maksimal. Ia cuma bisa kerahkan separuh kekuatannya. Tetapi malam itu, aku rasa Yun Ching sehat, bahkan tenaga dalamnya jauh lebih besar dari tenagamu yang sebenarnya.""Memang benar, cacat luka dalam itu diperolehnya sebelum kejadian Partai Naga Emas dibumihanguskan. Menurut ceritanya dia kena pukulan dingin Zhang Ma. Tetapi kau benar Jiu Long, malam itu ia sangat Perkasa, tak ada tanda bahwa ia cacat. Mungkin ia menemukan keajaiban yang membuatnya sembuh. Ketika ia mengusir para penjahat, kemudian membawaku ke rumah Dong Zhuo, ia mengaku cacatnya belum sembuh.""Aku rasa dia bukan Yun Ching yang sebenarnya.""Tak mungkin Jiu Long, aku yakin dia
Jen Ting memotong perkataan Jiu Long. "Kamu jangan salah sangka Jiu Long, aku tidak bermaksud demikian. Aku percaya padamu. Kamu mau buktinya? Kemarin malam itu buktinya. Apakah kau tidak melihat waktu bercinta, bagaimana aku melepas rinduku padamu." Selesai berkata, Jen Ting membalik tubuhnya. Ia menghadap dinding goa, membelakangi Jiu Long."Jen Ting, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu." Jiu Long mendekat dan memeluk kekasihnya dari belakang, menciumi lehernya Jen Ting berkata lirih."Aku tidak meragukan ceritamu, aku ingin tahu lebih jelas. Sejak dulu Yun Ching sudah mencintaiku, tetapi aku tak pernah mencintainya, apalagi sekarang setelah ia mau memperkosa aku, aku tak akan pernah memaafkan dia"Jiu Long membelai rambut kekasihnya "Seharusnya aku yakin kau mempercayai aku. Tetapi terus terang saja, setiap mendengar kau menyebut namanya, aku merasa cemburu."Jiu Long tak melihat wajah Jen Ting yang berseri mendengar pengakuan cemburu itu
Keduanya bergumul. Dua insan itu sangat bernafsu. Mencumbu, mencium, dengan cara lembut dan kasar. Mengarungi lautan cinta dan birahi, keduanya terdampar. Kelelahan. Jen Ting tertawa. "Aku senang mendengar panggilan bibi itu, coba ulangi lagi, sayangku."Jiu Long tertawa. "Bibiku, bibi aku mencintaimu.""Bibimu ini lebih tua usianya dari kamu," katanya."Aku tak peduli. Lagi pula kamu masih seperti gadis belasan tahun, Cantik, montok dan segar."Jen Ting cekikikan. "Hanya beberapa bulan berpisah, kamu sudah pandai merayu, pandai bicara, hayo mengaku dari mana kamu belajar jurus rayuan itu.""Aku belajar dari kera-kera di Lembah Kera."Jen Ting tersenyum mendengar gurauan itu, lantas ia teringat jurus Jiu Long yang aneh ketika bertarung lawan Yun Ching. "Jiu Long waktu bertarung lawan Yun Ching, kau menggunakan jurus Big Bang dan Naga Emas, tetapi hawa pukulanmu panas lalu sesaat kemudian berubah dingin, tadi mengobati aku,
Jiu Long merasa gugup, tak sanggup bicara.Perempuan itu mendadak membalik tubuh menindih tubuh Jiu Long. "Aku tidak marah. Aku mencintaimu, tetap mencintaimu, jika kau pernah bercinta dengan Gwangsin, atau mungkin gadis lain, aku tidak marah. Selama kamu masih mencintaiku, masih kasmaran dengan Jen Ting, aku tetap setia di sisimu. Jika kamu sudah bosan padaku dan tidak lagi mencintaiku, barulah aku pergi."Ia masih bingung. Ia seperti tak percaya apa yang didengarnya. "Kamu tidak marah, Jen Ting?"Jen Ting mencium lelaki itu. "Jiu Long, ceritakan saja, aku hanya ingin mendengar ceritamu, apakah dia cantik? Tentu dia masih muda dan perawan, iya?"“Jen Ting, kamu keliru. Dia memang cantik tetapi wajahnya penuh dengan bintik bekas cacar, tetapi mungkin sekarang ini sudah sembuh. Tetapi Jen Ting, kamu tak boleh meninggalkan aku lagi."Jen Ting menggeleng kepala, "Tidak, aku tak mau berpisah denganmu lagi."Agak canggung ia menceritakan pe
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d