Jen Ting memotong perkataan Jiu Long. "Kamu jangan salah sangka Jiu Long, aku tidak bermaksud demikian. Aku percaya padamu. Kamu mau buktinya? Kemarin malam itu buktinya. Apakah kau tidak melihat waktu bercinta, bagaimana aku melepas rinduku padamu." Selesai berkata, Jen Ting membalik tubuhnya. Ia menghadap dinding goa, membelakangi Jiu Long.
"Jen Ting, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu." Jiu Long mendekat dan memeluk kekasihnya dari belakang, menciumi lehernya Jen Ting berkata lirih.
"Aku tidak meragukan ceritamu, aku ingin tahu lebih jelas. Sejak dulu Yun Ching sudah mencintaiku, tetapi aku tak pernah mencintainya, apalagi sekarang setelah ia mau memperkosa aku, aku tak akan pernah memaafkan dia"
Jiu Long membelai rambut kekasihnya "Seharusnya aku yakin kau mempercayai aku. Tetapi terus terang saja, setiap mendengar kau menyebut namanya, aku merasa cemburu."
Jiu Long tak melihat wajah Jen Ting yang berseri mendengar pengakuan cemburu itu
Keduanya bergumul. Dua insan itu sangat bernafsu. Mencumbu, mencium, dengan cara lembut dan kasar. Mengarungi lautan cinta dan birahi, keduanya terdampar. Kelelahan. Jen Ting tertawa. "Aku senang mendengar panggilan bibi itu, coba ulangi lagi, sayangku."Jiu Long tertawa. "Bibiku, bibi aku mencintaimu.""Bibimu ini lebih tua usianya dari kamu," katanya."Aku tak peduli. Lagi pula kamu masih seperti gadis belasan tahun, Cantik, montok dan segar."Jen Ting cekikikan. "Hanya beberapa bulan berpisah, kamu sudah pandai merayu, pandai bicara, hayo mengaku dari mana kamu belajar jurus rayuan itu.""Aku belajar dari kera-kera di Lembah Kera."Jen Ting tersenyum mendengar gurauan itu, lantas ia teringat jurus Jiu Long yang aneh ketika bertarung lawan Yun Ching. "Jiu Long waktu bertarung lawan Yun Ching, kau menggunakan jurus Big Bang dan Naga Emas, tetapi hawa pukulanmu panas lalu sesaat kemudian berubah dingin, tadi mengobati aku,
Jiu Long merasa gugup, tak sanggup bicara.Perempuan itu mendadak membalik tubuh menindih tubuh Jiu Long. "Aku tidak marah. Aku mencintaimu, tetap mencintaimu, jika kau pernah bercinta dengan Gwangsin, atau mungkin gadis lain, aku tidak marah. Selama kamu masih mencintaiku, masih kasmaran dengan Jen Ting, aku tetap setia di sisimu. Jika kamu sudah bosan padaku dan tidak lagi mencintaiku, barulah aku pergi."Ia masih bingung. Ia seperti tak percaya apa yang didengarnya. "Kamu tidak marah, Jen Ting?"Jen Ting mencium lelaki itu. "Jiu Long, ceritakan saja, aku hanya ingin mendengar ceritamu, apakah dia cantik? Tentu dia masih muda dan perawan, iya?"“Jen Ting, kamu keliru. Dia memang cantik tetapi wajahnya penuh dengan bintik bekas cacar, tetapi mungkin sekarang ini sudah sembuh. Tetapi Jen Ting, kamu tak boleh meninggalkan aku lagi."Jen Ting menggeleng kepala, "Tidak, aku tak mau berpisah denganmu lagi."Agak canggung ia menceritakan pe
Malam hari keduanya tiba di sebuah desa. Mencuri uang di rumah orang kaya, esoknya membeli pakaian. Dalam perjalanan menuju Wuwei, Jen Ting mencukur jenggot dan brewok kekasihnya.Hari itu, tengah bulan limabelas hari sebelum pertemuan Wuwei yang akan berlangsung. Sepasang kekasih itu tiba di hutan pinggiran kali di kaki pegunungan Chang’an. Melihat air sungai yang jernih dan udara yang sejuk, keduanya memutuskan untuk istirahat beberapa hari. Jiu Long berkeliling. la menemukan sebuah goa kecil. Keduanya bekerja membersihkan goa untuk tempat tinggal sementara. Senja hari mereka berenang di sungai, teringat perkenalan pertama di air terjun gunung Tai. Mereka bercengkerama memadu cinta.Malam hari keduanya duduk menghadap api unggun. Jen Ting dengan rambutnya yang basah, tampak cantik berseri. Ia bersandar di pundak Jiu Long. "Kau masih ingat, dulu aku pernah menceritakan dua lelaki pernah menjadi kekasihku, tapi kau tak menanyakan siapa dan bagaimana perasaanku pa
Ketika Liu Xing kembali ke perguruan, Sun Zuolin memanggilnya masuk kamar rahasia. Sun Zuolin marah besar, menampar, menendang Liu Xing lalu mengusirnya pergi dari perguruan. Tak seorang pun yang mengetahui ini. Ketika hendak pergi dari Partai Naga Emas, Liu Xing mendatangi Jen Ting. Ia minta maaf pada Jen Ting. Sejak hari itu Jen Ting melupakan Liu Xing. Dan rahasia itu hanya diketahui Jen Ting, Sun Zuolin dan Liu Xing. Setelah kejadian dengan Liu Xing, Jen Ting jatuh dalam pelukan Yun Ching, kakak seperguruannya. Namun hubungan tidak bisa lama, karena Partai Naga Emas akhirnya hancur lebur. Beberapa tahun mengembara, Jen Ting sampai di suatu tempat di mana dia menolong seorang tua yang sedang sakit. Orangtua itu, ternyata pendeta Henan, membalas budi dengan mengajarinya Ilmu Gadis Suci. Ilmu melatih tenaga dalam yang bisa membuat seorang wanita menjadi cantik berseri, bercahaya dan awet muda."Mengapa kau ceritakan padaku, Jen Ting?""Aku ingin jujur padamu, sehingga jika nanti kita
"Yun Ching melamar aku, menyatakan cintanya padaku, tetapi aku tak bisa menerimanya. Ketika Partai Naga Emas porak poranda, guru Sun Zuolin menyuruh aku dan Yun Ching kabur agar ilmu Partai Naga Emas tidak punah. Kami berpencar. Akhirnya aku bertualang sendiri. Satu tahun aku belajar dari guru pendeta Henan, kemudian turun gunung, aku jumpa Yun Ching. Aku berjalan bersamanya beberapa hari, kami bercinta, hanya beberapa hari kemudian kami berpisah. Aku masih berjumpa Liu Xing, aku luluh oleh bujuk Liu Xing, dua tahun aku hidup bersamanya. Namun sekali lagi dia memperlihatkan wataknya, bahwa dia hanya membutuhkan tubuhku. Dia menghinaku, aku pergi. Aku bersumpah tak akan mau ketemu Liu Xing lagi."Jen Ting memeluk kekasihnya dan berbisik di telinganya. "Kamu bosan mendengar ceritaku?"Jiu Long menggeleng kepala, "Teruskan ceritamu, supaya semua kekesalan itu kau buang keluar."Jen Ting melanjutkan. "Pertemuan terakhir dengan Yun Ching di bukit Naga dan beberapa hari hidup berdua dengann
Tiga hari di penghujung bulan, sepasang kekasih itu tiba di desa Longxi. Siang itu banyak orang lalu lalang di alun-alun desa. Sebagian besar adalah para pendekar, tampak dari dandanan yang singsat dan senjata bawaannya.Di pastikan mereka singgah dalam perjalanan ke Wuwei. Dari desa Longxi, jarak ke perguruan Wuwei bisa ditempuh satu hari perjalanan cepat. Jika santai diperkirakan dua atau tiga hari. Saking banyaknya para pendatang yang mengunjungi desa itu, tidak heran jika semua kamar penginapan sudah terisi.Jen Ting dan Jiu Long beruntung mendapat satu kamar yang hanya berisi satu dipan. Kamarnya sempit, dipan juga kecil. Tetapi lebih nyaman ketimbang bermalam di hutan. "Dua hari tinggal di sini, ditambah dua hari perjalanan ke Wuwei, maka kita akan tiba tepat pada hari pertemuan itu berlangsung," kata Jiu Long.Keduanya makan malam di warung dekat alun-alun. Alun-alun itu pusat keramaian di mana banyak orang berjualan.Mereka berjalan di antara keramaian. Sekonyong-konyong Jiu L
Perempuan ini senang mendengar pujian dari orang yang ia cintai. Ia memeluk Jiu Long, "Belasan tahun lalu, dalam pengembaraanku seorang diri, aku kebetulan berjumpa pendeta tua dari desa Henan. Ia sakit parah. Aku menolong merawatnya. Ketika sembuh ia memberiku hadiah ilmu tenaga dalam Gadis Suci. Konon menurutnya ilmu itu hanya ia sendiri yang memilikinya. Jadi aku adalah perempuan pertama yang menerima warisan ilmu dahsyat itu. Saat itu aku tak punya tujuan hidup, perguruanku luluh lantak, guru dan kerabatku mati semua, aku benci setiap mengingat Liu Xing, aku tak mau ketemu Yun Ching. Dan karena guruku itu tinggal sendiri, maka aku menemaninya. Satu tahun aku berlaku sebagai anak pungut berlatih tenaga dalam Gadis Suci. Setelah satu tahun dan rampung melatih ilmu itu, aku turun gunung.""Gadis Suci, semacam ilmu tenaga dalam?""Ilmu ini bisa membuat perempuan awet muda. Latihan ditekankan pada pengendalian pikiran dan pengendalian hawa nafsu. Dalam segala urusan harus bisa mengend
Dua hari berlalu. Kamar itu menjadi saksi bisu bagaimana dua insan itu bercinta dengan gairah birahi yang begitu mempesona. Hari itu, pagi-pagi sekali sepasang kekasih itu berangkat menuju Wuwei, santai dan tidak bergegas.Sepanjang perjalanan keduanya hanya membicarakan cinta dan ilmu. Jen Ting makin menguasai jurus pusaka Inti Naga Emas Pamungkas, ilmunya maju pesat.Hari masih siang ketika mereka tiba di hutan yang menjadi batas desa Chang’an. Dari jauh tampak gunung Wuwei menjulang tinggi menembus awan seperti menopang langit. Dari desa Chang’an diperlukan dua hari perjalanan kaki untuk sampai di lereng gunung Wuwei yang menjadi markas perguruan Wuwei.Di jalanan setapak menuju desa, Jiu Long melihat pemandangan yang membuat hatinya gembira. Dari jauh tampak dua orang sedang berjalan. Jiu Long mengenali. Orang itu jangkung, bahunya lebar dengan rambut digulung di atas kepala. Tidak bisa mengendalikan diri lagi, Jiu Long berteriak, "Guru&