"Yun Ching melamar aku, menyatakan cintanya padaku, tetapi aku tak bisa menerimanya. Ketika Partai Naga Emas porak poranda, guru Sun Zuolin menyuruh aku dan Yun Ching kabur agar ilmu Partai Naga Emas tidak punah. Kami berpencar. Akhirnya aku bertualang sendiri. Satu tahun aku belajar dari guru pendeta Henan, kemudian turun gunung, aku jumpa Yun Ching. Aku berjalan bersamanya beberapa hari, kami bercinta, hanya beberapa hari kemudian kami berpisah. Aku masih berjumpa Liu Xing, aku luluh oleh bujuk Liu Xing, dua tahun aku hidup bersamanya. Namun sekali lagi dia memperlihatkan wataknya, bahwa dia hanya membutuhkan tubuhku. Dia menghinaku, aku pergi. Aku bersumpah tak akan mau ketemu Liu Xing lagi."Jen Ting memeluk kekasihnya dan berbisik di telinganya. "Kamu bosan mendengar ceritaku?"Jiu Long menggeleng kepala, "Teruskan ceritamu, supaya semua kekesalan itu kau buang keluar."Jen Ting melanjutkan. "Pertemuan terakhir dengan Yun Ching di bukit Naga dan beberapa hari hidup berdua dengann
Tiga hari di penghujung bulan, sepasang kekasih itu tiba di desa Longxi. Siang itu banyak orang lalu lalang di alun-alun desa. Sebagian besar adalah para pendekar, tampak dari dandanan yang singsat dan senjata bawaannya.Di pastikan mereka singgah dalam perjalanan ke Wuwei. Dari desa Longxi, jarak ke perguruan Wuwei bisa ditempuh satu hari perjalanan cepat. Jika santai diperkirakan dua atau tiga hari. Saking banyaknya para pendatang yang mengunjungi desa itu, tidak heran jika semua kamar penginapan sudah terisi.Jen Ting dan Jiu Long beruntung mendapat satu kamar yang hanya berisi satu dipan. Kamarnya sempit, dipan juga kecil. Tetapi lebih nyaman ketimbang bermalam di hutan. "Dua hari tinggal di sini, ditambah dua hari perjalanan ke Wuwei, maka kita akan tiba tepat pada hari pertemuan itu berlangsung," kata Jiu Long.Keduanya makan malam di warung dekat alun-alun. Alun-alun itu pusat keramaian di mana banyak orang berjualan.Mereka berjalan di antara keramaian. Sekonyong-konyong Jiu L
Perempuan ini senang mendengar pujian dari orang yang ia cintai. Ia memeluk Jiu Long, "Belasan tahun lalu, dalam pengembaraanku seorang diri, aku kebetulan berjumpa pendeta tua dari desa Henan. Ia sakit parah. Aku menolong merawatnya. Ketika sembuh ia memberiku hadiah ilmu tenaga dalam Gadis Suci. Konon menurutnya ilmu itu hanya ia sendiri yang memilikinya. Jadi aku adalah perempuan pertama yang menerima warisan ilmu dahsyat itu. Saat itu aku tak punya tujuan hidup, perguruanku luluh lantak, guru dan kerabatku mati semua, aku benci setiap mengingat Liu Xing, aku tak mau ketemu Yun Ching. Dan karena guruku itu tinggal sendiri, maka aku menemaninya. Satu tahun aku berlaku sebagai anak pungut berlatih tenaga dalam Gadis Suci. Setelah satu tahun dan rampung melatih ilmu itu, aku turun gunung.""Gadis Suci, semacam ilmu tenaga dalam?""Ilmu ini bisa membuat perempuan awet muda. Latihan ditekankan pada pengendalian pikiran dan pengendalian hawa nafsu. Dalam segala urusan harus bisa mengend
Dua hari berlalu. Kamar itu menjadi saksi bisu bagaimana dua insan itu bercinta dengan gairah birahi yang begitu mempesona. Hari itu, pagi-pagi sekali sepasang kekasih itu berangkat menuju Wuwei, santai dan tidak bergegas.Sepanjang perjalanan keduanya hanya membicarakan cinta dan ilmu. Jen Ting makin menguasai jurus pusaka Inti Naga Emas Pamungkas, ilmunya maju pesat.Hari masih siang ketika mereka tiba di hutan yang menjadi batas desa Chang’an. Dari jauh tampak gunung Wuwei menjulang tinggi menembus awan seperti menopang langit. Dari desa Chang’an diperlukan dua hari perjalanan kaki untuk sampai di lereng gunung Wuwei yang menjadi markas perguruan Wuwei.Di jalanan setapak menuju desa, Jiu Long melihat pemandangan yang membuat hatinya gembira. Dari jauh tampak dua orang sedang berjalan. Jiu Long mengenali. Orang itu jangkung, bahunya lebar dengan rambut digulung di atas kepala. Tidak bisa mengendalikan diri lagi, Jiu Long berteriak, "Guru&
Tetapi Yun Ching tidak yakin. Bagaimana kalau hitungannya meleset. Pasti celaka. Ia bisa kehilangan mata. Ini resiko cedera yang lebih mengerikan dibanding kematian misalnya. Yun Ching tak berani menanggung resiko, ia mengubah jurusnya. Tadinya menggunakan Naga Hitam Murka kini diganti dengan jurus Naga Hitam Buas keduanya dari ilmu andalan Naga Hitam Kelam. Gerakannya hebat, membebaskan diri dari serangan tusukan mata, ia lalu mengirim pukulan mematikan ke pelipis Yu Jin.Pergerakan Jiu Long yang begitu pesat membawanya mendekat tempat kejadian. Belum juga kaki menginjak tanah, tanpa basa-basi lagi Jiu Long menggelontor lawan dengan jurus Balaraksha. Marah, ia sangat marah, seluruh tenaga Angin Es dan Api membanjir keluar lewat dua tangannya. Dalam menyerang, ia bahkan tak memikirkan lagi pertahanan. Jurus Balaraksha dari Naga Emas bukan jurus adu jiwa atau sama-sama mati, tetapi tanpa sadar Jiu Long telah mengubahnya dal
Sekilas melirik. Jen Ting tahu keadaan Jiu Long dan Yu Jin. Ia harus mengulur waktu. Ia menatap tajam Yun Ching. "Kenapa kau melakukan perbuatan sekeji itu? Siapa kamu sebenarnya dan apa maksudmu?"Yun Ching tertawa terbahak-bahak. Suaranya menggema seantero desa dan hutan. Bulu kuduk Jen Ting berdiri. Ngeri menyaksikan perubahan wajah dan watak lelaki yang dulu dikenalnya sebagai kakak perguruan yang santun. "Tenagamu itu, kamu tidak seperti seseorang yang tenaga dalamnya cacat.""Aku tak pernah luka, dan aku tak pernah dipukul Zhang Ma, itu hanya cerita bohong!""Jadi kamu sekongkol dengan para penyerbu, mengkhianati guru, menghancurkan perguruanmu sediri, kenapa?"Sepasang mata Yun Ching memancarkan rasa dendam. "Aku harus membasmi semua orang Partai Naga Emas, kecuali kamu Jen Ting. Kamu akan kuperisteri, kamu akan menjadi isteri ketua partai Naga Hitam. Partai yang nantinya menguasai dunia kependekaran dan diagung-agungkan orang."Jen Ting mem
Inilah murid pengkhianat yang dicari-cari selama ini. Tubuh Yu Jin semakin gemetar, bergetar hebat. Jiu Long mencelos, gurunya dalam keadaan kritis. Mendengar kisah pengkhianatan itu perhatian Yu Jin terpecah. Hal ini bisa mencelakakan mereka berdua. Jiu Long cepat mengempos seluruh tenaga dingin ke tubuh gurunya.Yun Ching tertawa. "Yu Jin, percuma tak ada obatnya, kamu akan mati, aku titip pesan agar di kubur nanti, kau beritahu Sun Zuolin dan Wei Hu apa yang kuceritakan tadi."Jen Ting tak bisa mengendalikan diri lagi. Ia melesat menyerang Yun Ching. pedang di tangannya mencakar semua jalan darah kematian. Yun Ching berkelit sambil berkata sinis. "Kau bukan tandingku, pedang itu cuma mainan anak-anak. Lebih baik jadi isteriku, kamu sudah merasakan keperkasaanku di tempat tidur, ketika itu kamu mendesah berteriak saking nikmatnya, kau sudah lupa itu? Jen Ting aku lebih Perkasa dari bocah ingusan itu!"Jen Ting merasa malu sekaligus marah dan kalap. "Lelaki jah
Tadi pada saat Yun Ching menyerang. Jiu Long sebenarnya sudah pasrah. Lantas matanya sempat melihat empat butir batu tergeletak di tanah dekat tangannya. Ia berlaku nekad. Tak ada bedanya ia tetap akan mati, kecuali jika peluang ini bisa dimanfaatkan. Ia memindahkan seluruh tenaga ke tangan kanan yang memeluk Yu Jin, tangan kiri yang tak bertenaga turun, meraup empat kerikil. Lalu tenaganya dikembalikan pada posisi sebelumnya, jeriji tangan kiri menyentil ke arah lawan. Semua gerakan dilakukan dengan cepat dan tepat.Tenaga Angin Es dan Api memperlihatkan keajaiban. Yun Ching tak mengira Jiu Long bisa menyerang. Dua batu pertama dengan tepat menghantam dahi dan mulutnya. Yun Ching terkejut bagai disambar halilintar. Tetapi ia hebat, ia bisa mengelak dua batu susulan begitupun lemparan pedang Jen Ting.Untung bagi Yun Ching, sentilan itu tidak sempat menggunakan tenaga sepenuhnya, hanya sebagian tenaga saja. Meskipun demikian cukup membuat semangat Yun Ching te
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d