Sebuah bangunan megah dan indah terlihat begitu tinggi menjulang dikejauhan di sebuah puncak bukit batu. Partai Naga Emas adalah nama tempat itu. Terlihat serombongan orang tengah berjalan menaiki bukit itu. Melihat banyaknya orang-orang yang menaiki puncak bukit batu itu, sepertinya Partai Naga Emas tengah mengadakan sebuah acara hingga mengundang banyak orang untuk datang ke tempat itu. Rata-rata orang yang datang kesana adalah orang-orang yang berasal dari rimba persilatan.
Tidak salah. Hari ini, ketua Partai Naga Emas. Jiu Long akan merayakan 3 tahun pengangkatan dirinya sebagai ketua dunia persilatan. Hingga orang-orang persilatan dari berbagai sekte dan aliran, berondong-bondong datang untuk menghadiri acara tersebut. Jiu Long memang sangat dihormati dan disegani baik kawan maupun lawan. Hal ini, tentu saja karena kemmpuan Jiu Long yang sangat mumpuni dan sudah diakui oleh seluruh orang-orang dunia persilatan. Karena kemampuannya itulah, orang-orang persilatan memberikan gelar sebagai Raja Pendekar untuk Jiu Long. Gelar sebagai Raja Pendekar yang diberikan oleh orang-orang persilatan untuk Jiu Long, memang tidaklah berlebihan, karena sampai saat ini. Belum ada satupun pendekar yang mampu menyamai kemampuan Jiu Long.
Saat ini, di aula surga Partai Naga Emas, telah berkumpul ribuan orang persilatan, semuanya tampak duduk dengan tertib ditempat-tempat yang telah disediakan oleh Partai Naga Emas untuk masing-masing aliran. Juga tempat khusus dipersiapkan untuk orang-orang yang datang secara pribadi untuk memberikan ucapan selamat kepada Jiu Long. Walaupun keadaan begitu sangat ramai, tapi suasana tidak seriuh yang kita pikirkan. Hanya sesekali saja terdengar bisikan disana sini yang bergaung seperti lalat dibeberapa tempat di aula surga. Saat ini, semuanya tengah menanti kehadiran Jiu Long yang telah diberitahukan oleh si pembawa acara akan hadir dalam beberapa saat ini.
Belasan orang murid-murid Partai Naga Emas yang semuanya mengenakan pakaian serba putih, dengan pedang ditangan. Tampak sudah berbaris rapi, menjaga tempat itu.
“Ketua Jiu Long telah tiba!” sebuah suara keras yang berasal dari si pembaca acara memberitahukan tentang kehadiran Jiu Long ditempat itu. Seketika saja, semua tokoh-tokoh persilatan yang ada ditempat itu langsung bangkit berdiri untuk menyambut kedatangan Jiu Long.
Seorang laki-laki berusia sudah cukup mafan terlihat memasuki tempat itu, wajahnya biasa saja, tidak terlalu tampan. Terkesan biasa-biasa saja, tapi kharisma yang keluar dari dirinya begitu sangat terasa. Matanya terlihat tajam bagaikan pedang, mengenakan ikat kepala putih dan mahkota putih kecil diatas kepalanya. Di tanganyapun tampak tergenggam sebilah pedang yang memiliki warangka putih yang sangat indah.
Sementara itu, dibelakangnya. Tampak pula berjalan dua sosok wanita berparas cantik nan jelita. Kecantikan keduanya sungguh tak dibandingkan satu sama lainnya, karena begitu teramat jelita. Dan ini memancing perhatian semua orang yang ada ditempat itu yang tak henti-hentinya berdecak kagum kearah keduanya. Mereka adalah Gwangsin dan Lian Nishang. Istri Jiu Long.
“SELAMAT KETUA JIU LONG, SEMOGA PARTAI NAGA EMAS SEMAKIN JAYA DI LANGIT DAN DI BUMI!” semua orang yang ada ditempat itu langsung menjura hormat dengan kedua tangan yang saling tumpang tindih satu sama lain dan diletakkan di atas kening. Ucapan yang dikeluarkan secara bersama-sama itu terlihat bergemuruh dahsyat hingga terasa menggetarkan tempat itu. Sosok Jiu Long yang kini telah berada di kursi kebesarannya berbentuk naga yang melingkar-lingkar itu kini sudah berdiri menghadap kearah orang-orang persilatan yang menjura hormat kepadanya.
Jiu Long segera membalas juraan hormat yang ditujukan kepadanya dan berkata ; “TERIMA KASIH ATAS KEDATANGAN PARA PENDEKAR KE PARTAI NAGA EMAS” suara Jiu Long terlihat menggema di seluruh aula surga. Tidak begitu keras, tapi terdengar lembut membahana ditempat itu, seolah-olah suara itu datang dari empat penjuru angin. ‘Empat Penjuru Angin Menebar Suara’ telah dikerahkan oleh Jiu Long untuk menyapa para pendekar. Dapat dibayangkan betapa hebatnya tenaga dalam yang dimiliki oleh Jiu Long hingga bisa melakukan hal seperti itu.
“MARI, SILAHKAN DUDUK TUAN-TUAN” sambung Jiu Long lagi. Setelah para tamu-tamu kehormatannya duduk, Jiu Long pun ikut duduk di kursi kebesarannya. Matanya yang tajam, terlihat menatap kearah seluruh ruangan yang memang mampu menampung ribuan orang itu. Jiu Long dapat melihat bagaimana tempat itu sudah dipenuhi oleh orang-orang rimba persilatan.
Di balik senyum diwajahnya, Jiu Long terlihat menarik nafas panjang. Bukan sesuatu yang mudah bagi Jiu Long untuk mencapai statusnya seperti saat ini sebagai ketua dunia persilatan.
Masih terbayang dipelupuk mata Jiu Long, peristiwa beberapa tahun yang lalu yang hampir merenggut jiwanya, sebelum dia mencapai puncak kejayaannya. Di dunia persilatan saat itu, untuk diakui keberadaannya oleh orang-orang dunia persilatan. Setiap pendekar harus berjuang membesarkan namanya sendiri, seperti halnya Jiu Long yang berjuang dengan menantang pertarungan ketua dunia persilatan saat itu.
* * *
Berita tentang pertarungan antara si Raja Iblis dan Jiu Long cepat menyebar ke seluruh penjuru. Pertarungan yang akan berlangsung pada bulan dua hari ketujuh di Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān itu, benar-benar menggemparkan rimba persilatan!Hampir seluruh tokoh-tokoh persilatan baik dari golongan putih maupun golongan hitam, berdatangan menuju Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān. Mereka ingin menyaksikan pertarungan yang sangat jarang terjadi pada masa itu. Di mana dua orang tokoh sakti dari aliran yang berbeda akan mempertunjukkan ilmu-ilmu tingkat tinggi yang jarang ada duanya di dunia persilatan.Boleh dikatakan, tidak ada seorang pun tokoh persilatan yang rela melewatkan kesempatan itu. Baik pendekar-pendekar ternama maupun orang-orang yang hanya memiliki ilmu pas-pasan. Semuanya ingin menimba pengalaman dari kedua tokoh sakti yang sudah pasti akan mengeluarkan ilmu-ilmu tingginya. Beberapa hari sebelum waktu yang ditentukan tiba, desa-desa yang berada di sekitar Puncak Gunun
Mentari semakin tenggelam di kaki langit sebelah barat. Menjadikan suasana di Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān terasa agak dingin. Angin bertiup kencang, seakan-akan hendak menyapu orang-orang yang kini berdiri memutari panggung besar. Panggung itu masih sepi. Tak ada seorang pun yang naik ke atas. Semuanya menunggu kehadiran orang yang mengundang mereka. Sekaligus menunggu kedatangan Jiu Long."Ha ha ha...!"Suara tawa yang berkepanjangan dan mengandung tenaga dalam yang sangat tinggi itu, terus bergema hingga menimbulkan ketegangan di hati para tokoh rimba persilatan yang berkumpul di tempat itu. Sehingga untuk beberapa saat lamanya keadaan di sekitar Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān terasa mencekam.Belum lagi gema suara tawa itu lenyap, tampak sesosok tubuh tinggi besar berkelebat diiringi hawa dingin menusuk. Sengaja dijejakkan kakinya kuat-kuat hingga menimbulkan getaran yang membuat tanah di sekitarnya bagai dilanda gempa."Raja Iblis...!" beberapa tokoh golongan putih be
"Baiklah! Lihat serangan...!" seru Jiu Long yang segera melesat, melancarkan sebuah serangan yang menimbulkan suara mencicit tajam. Angin dingin berhembus keras hingga terasa sampai ke tulang sum-sum.Wuuut!"Hm...!" Raja Iblis mendengus kasar seraya memiringkan tubuhnya ke kiri hingga serangan Jiu Long luput. Begitu serangan Jiu Long itu lewat, secepat kilat kakinya mencelat menghantam lambung lawannya.Wuttt! Dukkk!"Uhhh...!" Keduanya terjajar mundur hingga beberapa tombak ke belakang.Jiu Long meringis menahan sakit pada lengannya. Meskipun berhasil ditangkisnya tendangan lawan, namun tulang lengannya terasa nyeri dan linu. Cepat-cepat dikempos seluruh tenaga saktinya untuk mengurangi rasa sakit di lengannya. Sedangkan Raja Iblis, meskipun sempat terjajar mundur akibat tangkisan lawannya, namun dia sama sekali tidak menderita rasa nyeri. Dari sini sudah dapat disimpulkan kalau tenaga dalam Raja Iblis masih lebih unggul dibanding Jiu Long. Pantaslah kalau Raja Iblis itu merasa yaki
Baru saja Raja Iblis melangkah sejauh delapan tindak, tiba-tiba terdengar sebuah bentakan yang disusul berkelebatnya sosok bayangan ramping yang langsung menyerangnya."Kakek iblis, rasakan tajamnya pedangku!" bentak sosok ramping itu marah."Hm..., pergilah!" bentak Raja Iblis sambil menggerakkan tangannya ke belakang. Tahu-tahu sepasang kecer bergerigi sudah tergenggam di tangannya. Secepat diambilnya senjata itu, secepat itu pula digerakkan senjatanya menangkis serangan orang itu.Trang!"Ihhh...!" Sosok ramping itu terdorong ke belakang diiringi seruan kaget. Seruannya begitu nyaring dan merdu. Menilik dari suaranya, sosok itu pastilah seorang wanita. Kini sosok ramping itu tersungkur tidak jauh dari tempat Jiu Long."Adik Gwangsin..!" Jiu Long berseru parau menyebut nama sosok yang terpisah hanya dua tombak di samping kirinya. Rasa gembira dan cemas terbayang di wajahnya yang pucat itu. Dengan susah payah Jiu Long berusaha bangkit mendekati kekasih hatinya.Sosok ramping tadi mem
"Lihat pedang! Haiiit...!" teriak Gwangsin melengking. Begitu si Raja Iblis semakin mendekat, gadis itu langsung menerjang. Pedang hitamnya menderu tajam diiringi hawa maut.Raja Iblis yang sudah menyimpan senjatanya, hanya tertawa bergelak melihat serangan Gwangsin. Kakek tinggi besar itu merendahkan kuda-kudanya sedikit disertai egosan tubuhnya. Ketika pedang hitam itu lewat di atas kepalanya, tangan kanannya sudah terulur menjambret bagian dada gadis itu. Tentu saja Gwangsin tidak sudi dadanya disentuh tangan kakek iblis itu. Cepat ia melompat mundur sambil melepaskan sebuah tendangan ke arah lawan.Bukkk!"Ihhh...!" Tendangan Gwangsin memang tepat mengenai sasaran. Tapi alangkah terkejutnya gadis itu ketika merasakan telapak kakinya bagai menghantam lempengan baja yang panas dan sangat kuat. Ternyata bukan kakek itu yang terlempar, malah sebaliknya ia sendiri yang terdorong hingga beberapa tombak jauhnya. Wajah gadis itu meringis menahan rasa nyeri dan panas pada telapak kakinya.
"Jangaaan...! Biadaaab...!" Jiu Long berteriak-teriak sambil meremas-remas rerumputan. Wajahnya menyeringai menahan rasa sakit yang menusuk hatinya.Mendadak alam yang semula cerah berubah gelap pekat! Angin dingin bertiup keras hingga membuat pepohonan di tempat itu berderak-derak hendak roboh. Api-api obor yang semula menerangi tempat itu langsung padam tertiup angin berhawa dingin.Jiu Long menengadahkan kepalanya ke atas memandang perubahan alam yang begitu tiba-tiba. Satu keanehan pun dialaminya! Mula-mula sekujur tubuh pemuda itu bergetar hebat! Jiu Long itu terbelalak ngeri ketika merasakan suatu tenaga dahsyat menerobos masuk ke dalam tubuhnya.Hawa yang maha dahsyat itu terus bergolak dan menyatu dengan pusat tenaga saktinya. Makin lama dirasakan tubuhnya semakin membengkak bagaikan sebuah balon yang ditiup. Jiu Long semakin terbelalak ngeri. Dirasakan kerongkongannya bagaikan tersumbat oleh aliran hawa mukjizat itu."Heeeaaa...!!" Tanpa sadar pemuda itu meraung dahsyatDan,
Di masa itu. Situasi keamanan di Dataran Tengah Tiongkok memanas. Dua pihak yang bertentangan sama-sama menghimpun kekuatan. Di satu pihak, Kerajaan Kaisar Timur yang diperintah oleh Kaisar Giok Timur di pihak lain, Kerajaan Kaisar Barat yang diperintah oleh Kaisar Giok Barat.Perang besar sudah di depan mata. Tidak hanya melibatkan ribuan prajurit tapi juga para pendekar yang berilmu tinggi. Hampir seluruh pendekar ternama di dataran tengah ikut terlibat dengan bermacam alasan. Ada yang karena kesetiaan dan keyakinan. Ada yang terpikat janji dan iming-iming materi.Waktu itu banyak penduduk dan pemimpin agama dari Dinasti Giok Timur menyeberang dan mengabdi ke Dinasti Giok Barat. Sebagian mereka tidak puas terhadap kebijakan Kaisar Giok Timur, sebagian lain melihat masa depan yang lebih menjanjikan di Dinasti Giok Barat. Kaisar Giok Timur marah-marah. Kaisar Giok Barat tertawa senang. Amarah Kaisar Giok Timur makin menjadi mendengar berita Kaisar Giok Barat telah menobatkan diri seb
Tong Zongchang tersenyum licik. "Dia pasti akan melakukan itu, dia telah kubekali racun pelemas tulang yang reaksinya cepat. Jika dia menabur bubuk itu di sore hari kemungkinan besar sebagian mereka sudah mulai keracunan di waktu malam. Biasanya mereka akan ngantuk dan tidur. Selama mereka tidak berlatih silat, mereka tidak akan sadar tubuhnya sudah keracunan. Pada dini hari saat kita menyerang, barulah mereka merasakan tubuhnya lemas. Saat itu sudah terlambat untuk suatu penyembuhan. Ya, rencana ini membuat kita tak perlu membuang banyak tenaga."Semua orang yang mendengar tertawa senang. Mendadak terdengar suara protes, nadanya ketus. "Itu bukan ksatria, itu perilaku pengecut, aku tidak setuju rencana itu. Mengapa harus pakai cara meracuni lawan dengan pelemas tulang, aku sendiri mampu mengalahkan orang-orang Partai Naga Emas, termasuk ketuanya Sun Zuolin dan adik-adiknya itu."Lelaki itu berusia separuh abad, dia pendekar asing asal dari pegunungan Himalaya, negeri India. Namanya T