"Jangaaan...! Biadaaab...!" Jiu Long berteriak-teriak sambil meremas-remas rerumputan. Wajahnya menyeringai menahan rasa sakit yang menusuk hatinya.
Mendadak alam yang semula cerah berubah gelap pekat! Angin dingin bertiup keras hingga membuat pepohonan di tempat itu berderak-derak hendak roboh. Api-api obor yang semula menerangi tempat itu langsung padam tertiup angin berhawa dingin.
Jiu Long menengadahkan kepalanya ke atas memandang perubahan alam yang begitu tiba-tiba. Satu keanehan pun dialaminya! Mula-mula sekujur tubuh pemuda itu bergetar hebat! Jiu Long itu terbelalak ngeri ketika merasakan suatu tenaga dahsyat menerobos masuk ke dalam tubuhnya.
Hawa yang maha dahsyat itu terus bergolak dan menyatu dengan pusat tenaga saktinya. Makin lama dirasakan tubuhnya semakin membengkak bagaikan sebuah balon yang ditiup. Jiu Long semakin terbelalak ngeri. Dirasakan kerongkongannya bagaikan tersumbat oleh aliran hawa mukjizat itu.
"Heeeaaa...!!" Tanpa sadar pemuda itu meraung dahsyat
Dan, akibatnya sungguh mengerikan sekali! Belasan tokoh persilatan yang berilmu pas-pasan terbanting roboh dan tewas seketika! Dari mulut, hidung, dan telinga mereka mengalir darah segar! Belasan tokoh lain yang memiliki tenaga dalam lumayan tersentak mundur dengan wajah pucat!
Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Jiu Long bisa berbuat demikian. Para tokoh itu hanya saling berpandangan tak mengerti.
Raja Iblis pun terkejut menyaksikan perubahan alam yang mendadak. Perasaan terkejutnya semakin bertambah ketika melihat Jiu Long yang semula terduduk lemah itu, mendadak bangkit dengan tubuh bergetar, sepasang mata Jiu Long yang memerah saga itu menyipit. Wajahnya terlihat begitu menakutkan. Urat-urat wajahnya bertonjolan keluar bagaikan hendak pecah!
"Penakluk Langit...?!" desis kakek iblis itu bercampur heran. Tapi sebagai tokoh sakti yang telah berpengalaman, ia pun dapat mengerti apa sebenarnya yang tengah dialami pemuda itu.
Kemarahannya yang besar itulah rupanya yang telah membuat Jiu Long bangkit. Inti kekuatan alam yang berada ditempat itu telah merasuk ke dalam tubuhnya. Kekuatan alam tadi telah menyebabkan 'Tenaga Sakti Penakluk Langit' yang dimilikinya menjadi berlipat ganda! Bahkan melewati takaran!
Jiu Long semakin ngeri ketika merasakan seluruh anggota tubuhnya bergerak-gerak sendiri. Kedua kakinya terasa ringan bagaikan tidak menyentuh tanah. Rupanya pemuda itu masih belum sadar kalau inti kekuatan Penakluk Langit telah merasuki tubuhnya. Sepasang mata Jiu Long yang semerah saga, tiba-tiba tertuju pada wajah brewok yang bertotol-totol hitam. Wajah Raja Iblis! Sejenak pemuda sakti ini terlupa akan keadaan dirinya. Kebencian dan kemurkaan menggelegak dalam dadanya.
Tanpa disadari didorongkan sepasang lengannya ke arah Raja Iblis. Dan....
Blarrr!
"Aaah...!" Luar biasa sekali akibat dorongan sepasang telapak tangan pemuda itu. Tanah di sekitar Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān bagaikan digoncang oleh gempa yang dahsyat! Untunglah Raja Iblis sempat menghindar.
Sehingga tanah bekas raja iblis itu berpijak, berlubang besar terhantam tenaga yang terlontar dari sepasang tangan pemuda itu.
"Gila...!" pekik Raja Iblis dengan wajah pucat. Kakek tinggi besar itu menggigit bibirnya. Keberaniannya terbang ketika melihat akibat yang ditimbulkan pukulan Jiu Long.
Gwangsin pun merasa ngeri melihat keadaan kekasihnya saat itu. Masih belum dimengerti, apa yang sebenarnya terjadi pada diri Jiu Long. Hatinya menjadi cemas. Cepat gadis itu bersembunyi di balik sebatang pohon besar ketika melihat akibat yang ditimbulkan pukulan kekasihnya itu.
Firasatnya mengatakan kalau saat itu Jiu Long tengah dalam keadaan separuh sadar, sehingga bisa jadi pemuda itu tidak mengenali dirinya.
"Heaaat...!" Jiu Long kembali berteriak mengguntur sambil mendorongkan kedua telapak tangannya ke arah Raja Iblis yang sudah mencabut sepasang kecernya.
Kakek iblis itu membentur-benturkan sepasang kecernya untuk membuyarkan pengaruh teriakan yang menggelegar menyakitkan telinga. Namun usahanya sia-sia. Tubuhnya terhuyung-huyung karena kekuatan teriakan yang dikeluarkan Jiu Long benar-benar luar biasa sekali. Kekuatan tenaga sakti Raja Iblis yang selama ini tidak ada tandingannya, menjadi tidak ada artinya bila dibandingkan kekuatan Jiu Long saat ini.
Blarrr!
"Uhhh...!"
Kraaakh...!
Empat batang pohon sebesar dua pelukan orang dewasa berderak roboh akibat hantaman Jiu Long yang tidak mengenai sasaran. Wajah Raja Iblis semakin memucat. Kegentaran mulai menguasai hatinya. Disadari kalau dirinya tidak akan mampu menandingi kekuatan pemuda itu saat ini.
Sepasang matanya mulai berkeliling mencari-cari jalan keluar untuk melarikan diri.
"Yeaaa...!"
Wusss!
Raja Iblis kembali melompat menghindari serangan Jiu Long yang tidak mungkin dapat dihalaunya. Pukulan bertenaga dahsyat itu kembali mengenai tempat kosong. Namun selagi tubuh kakek iblis itu melayang di udara, Jiu Long sudah mulai dapat meraba apa yang tengah terjadi pada dirinya. Kembali didorongkan telapak tangan kanannya ke arah kakek tinggi besar itu.
Desss!
"Aaa...!" Raja Iblis terlempar deras bagai sehelai laun kering. Tubuhnya terus menabrak dua batang pohon hingga tumbang seketika! Kakek iblis itu menjerit menyayat. Darah segar menyembur deras dari mulutnya. Setelah berkelojotan sesaat, tubuh kakek tinggi besar itu pun diam tak bergerak-gerak lagi. Raja Iblis tewas seketika dengan tulang dada remuk.
Meskipun lawannya telah tewas, namun Jiu Long masih terus mengumbar pukulannya. Tenaga sakti yang terus bergolak dalam tubuhnya masih belum dapat dikendalikan. Para tokoh persilatan, baik golongan putih maupun hitam bergegas meninggalkan tempat itu. Mereka tidak ingin menjadi sasaran pukulan maut yang dapat mengantarkan mereka ke akherat! Daerah sekitar Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān itu pun seketika menjadi porak-poranda bagaikan dilanda badai yang dahsyat!
"Hhh..., hhh...," setelah tenaganya terkuras habis, Jiu Long jatuh berlutut di atas rerumputan. Aliran tenaga sakti luar biasa itu telah terhenti. Peluh yang telah bercampur darah, membasahi sekujur tubuh pemuda itu. Tubuh Jiu Long bergetar hebat karena tiba-tiba saja hawa yang sangat dingin bergolak hebat dari bawah pusarnya. Pemuda itu menggigil kedinginan. Giginya bergemeletuk menahankan rasa dingin yang hebat.
"Kakak Jiu Long...!" tiba-tiba terdengar suara merdu memanggil namanya.
Gwangsin berlari memburu tubuh kekasihnya yang masih berlutut di atas rerumputan. Gadis yang kini telah berpakaian lengkap itu menubruk dan memeluk kekasihnya penuh kecemasan. "Kakak, kenapa tubuhmu begini dingin?" tanya Gwangsin cemas.
"Adik Gwangsin.., aku... Aku..., aaahhh...," Jiu Long terkulai pingsan dalam pelukan kekasihnya. Rupanya serangan hawa dingin akibat tenaga sakti yang melewati takaran itu tak sanggup ditahannya.
"Ah, Kakak... kasihan sekali kau...," rintih gadis itu terisak. Tanpa banyak cakap lagi, Gwangsin memondong tubuh pemuda pujaannya itu, dan bergegas meninggalkan Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān.
* * *
Di masa itu. Situasi keamanan di Dataran Tengah Tiongkok memanas. Dua pihak yang bertentangan sama-sama menghimpun kekuatan. Di satu pihak, Kerajaan Kaisar Timur yang diperintah oleh Kaisar Giok Timur di pihak lain, Kerajaan Kaisar Barat yang diperintah oleh Kaisar Giok Barat.Perang besar sudah di depan mata. Tidak hanya melibatkan ribuan prajurit tapi juga para pendekar yang berilmu tinggi. Hampir seluruh pendekar ternama di dataran tengah ikut terlibat dengan bermacam alasan. Ada yang karena kesetiaan dan keyakinan. Ada yang terpikat janji dan iming-iming materi.Waktu itu banyak penduduk dan pemimpin agama dari Dinasti Giok Timur menyeberang dan mengabdi ke Dinasti Giok Barat. Sebagian mereka tidak puas terhadap kebijakan Kaisar Giok Timur, sebagian lain melihat masa depan yang lebih menjanjikan di Dinasti Giok Barat. Kaisar Giok Timur marah-marah. Kaisar Giok Barat tertawa senang. Amarah Kaisar Giok Timur makin menjadi mendengar berita Kaisar Giok Barat telah menobatkan diri seb
Tong Zongchang tersenyum licik. "Dia pasti akan melakukan itu, dia telah kubekali racun pelemas tulang yang reaksinya cepat. Jika dia menabur bubuk itu di sore hari kemungkinan besar sebagian mereka sudah mulai keracunan di waktu malam. Biasanya mereka akan ngantuk dan tidur. Selama mereka tidak berlatih silat, mereka tidak akan sadar tubuhnya sudah keracunan. Pada dini hari saat kita menyerang, barulah mereka merasakan tubuhnya lemas. Saat itu sudah terlambat untuk suatu penyembuhan. Ya, rencana ini membuat kita tak perlu membuang banyak tenaga."Semua orang yang mendengar tertawa senang. Mendadak terdengar suara protes, nadanya ketus. "Itu bukan ksatria, itu perilaku pengecut, aku tidak setuju rencana itu. Mengapa harus pakai cara meracuni lawan dengan pelemas tulang, aku sendiri mampu mengalahkan orang-orang Partai Naga Emas, termasuk ketuanya Sun Zuolin dan adik-adiknya itu."Lelaki itu berusia separuh abad, dia pendekar asing asal dari pegunungan Himalaya, negeri India. Namanya T
Yun Ching menoleh sekeliling, tak ada orang yang memerhatikan. Dia berbalik arah menuju gudang tempat penyimpanan air minum dan bahan makanan. Ada beberapa guci besar penuh berisi air minum. Hati-hati ia membuka tutup guci dan menabur bubuk. Semua guci dan kendi sudah dicampurnya dengan racun pelemas.”Sekarang masih sore jika diminum saat makan malam maka racun akan bereaksi tengah malam. Nah, rasakan balas dendam atas kematian keluargaku”, gumamnya disertai senyum licik.Hari masih pagi matahari baru saja terbit. Embun dan kabut masih bergayut di pekarangan bagian belakang istana Kaisar Giok Timur, Seorang lelaki berusia sekitar tiga puluh limaan sedang bermain-main dengan anak laki-laki yang berusia sekitar delapan tahun. Lelaki itu, Tian Shan pendekar yang memiliki ilmu ringan tubuh paling hebat di dunia persilatan.Tian Shan adalah murid tunggal pendekar gunung Huang Yue Jin yang di rimba persilatan tidak tertandingi ilmu ringan tubuhnya. Tian S
Jiu Biao melonjorkan kaki. Dia menarik nafas panjang. "Zsu Tsu, hari-hari belakangan ini hatiku tidak tenteram, aku memikirkan Jiu Long. Aku kawatir mimpiku itu menjadi nyata." Dia memandang isterinya dengan penuh rasa cinta. Keduanya berpelukan. "Aku kawatir akan nasib Jiu Long, jika sampai kita kalah atau kita mati terbunuh dalam perang.""Kakak, kita tidak mungkin kalah. Sehebat apa pun pasukan Dinasti Giok Barat, kita tetap akan memenangkan perang," tukas wanita itu dengan semangat berapi-api.Dia mengerutkan kening dan menatap isterinya. "Dalam perang apa saja bisa terjadi. Sulit meramalkan siapa lebih kuat dan siapa bakal menang. Terkadang pasukan yang menang pun banyak kehilangan prajurit dan punggawa. Jika kita kalah perang, kamu harus pergi meninggalkan medan perang, selamatkan dirimu dan kembalilah ke istana menyelamatkan Jiu Long. Jangan biarkan dia terluka atau menjadi tawanan musuh."Zsu Tsu merenggangkan tubuhnya, memandang mesra suaminya. Matanya
Partai Naga Emas suatu perguruan besar. Sudah menjadi tradisi turun temurun sejak cikal bakal Zhang He mendirikan perguruan itu di jaman raja sebelumnya, Partai Naga Emas selalu mengirim anak muridnya untuk mengabdi istana. Dalam beberapa kejadian, murid-murid Partai Naga Emas ini menjadi punggawa kerajaan tidak resmi yang setiap saat siap membela istana dari ancaman luar.Tanah Partai Naga Emas cukup luas. Di rimba kependekaran dataran tengah, Partai Naga Emas tergolong perguruan paling berpengaruh dan disegani orang. Murid yang berguru di perguruan itu mencapai seratus limapuluhan. Sebagian di antaranya mengabdi di istana Kaisar Giok Timur. Dalam situasi panas membara dan perang sudah bergayut di depan mata, sekitar lima puluh murid Partai Naga Emas berada di istana. Siap membela istana. Sebagian lainnya masih tinggal di perguruan namun sudah siap-siap berangkat membela kerajaan.Sore menjelang malam Ketua Partai Naga Emas, Sun Zuolin, duduk bersama adik seperguruannya, Wei Hu. Dua
Dua tokoh itu kemudian bersemadi mengatur tenaga dalam. Keduanya terkejut karena tenaga dalam tak bisa disalurkan. Ada sesuatu dalam tubuh yang menghalangi mengalirnya tenaga batin. Semakin dilawan semakin tubuh merasa lemas. Tanpa sadar Wei Hu berkata sambil menatap kakaknya, "Ada apa dengan tenagaku?" Sesaat Sun Zuolin sadar, ia berseru, "Kakak, jangan kerahkan tenaga, ini racun pelemas tulang, makin kita lawan makin kita keracunan." Shao Liuyen, laki-laki muda bertubuh kekar masuk menghadap dengan tergesa-gesa. Dia melapor beberapa murid tak bisa melakukan semadi. Ada gangguan dalam tubuh yang menghambat pengerahan tenaga dalam Tapi dia sendiri tidak keracunan. Sun Zuolin memanggil semua murid berkumpul. Dia menanyakan siapa saja yang kena racun. Sebagian murid melangkah ke depan Hampir separuh dari mereka, keracunan. "Racun itu dicampur dalam makanan dan minuman, bagi murid yang belum keracunan, sekarang ini jangan makan dan minum," tegas Sun Zuolin. Tadi dia dan Wei Hu telah m
Sun Zuolin teringat pesan gurunya, Yinzhen, cara unik mengembalikan tenaga yang hilang akibat racun pelemas tulang. Cara itu hanya bisa dilakukan jika yang kena racun adalah dua orang yang tidak terpaut jauh tenaga dalamnya. Kenyataannya dua tokoh murid Yinzhen itu, tenaga dalamnya sama imbang. Tidak ayal lagi Sun Zuolin dan Wei Hu lantas memainkan jurus Balaraksha (Seribu Raksasa) dari ilmu Naga Emas yang merupakan ilmu andalan Partai Naga Emas. Selama dua gurunya berlatih, Shao Liuyen setia berjaga-jaga. Benturan tapak tangan dua tokoh itu mulanya perlahan, makin lama semakin keras, dan tiada henti. Lama kemudian, keduanya berhenti sejenak. Wei Hu tampak gembira. "Kakak, sebagian besar tenagaku sudah pulih." Dia melanjutkan dengan lirih. "Guru besar Yinzhen, meski sudah lama mati namun masih bisa juga menolong dua muridnya yang goblok ini." Malam makin larut, bulan sembunyi di balik awan mendung. Guruh dan kilat bersambung mengiringi hujan gerimis. Sun Zuolin dan Wei Hu tekun bers
Sun Zuolin sempat memandang berkeliling. Hampir tak ada lagi murid Partai Naga Emas yang bertarung. Semua mati! Terakhir yang mati, adalah muridnya yang setia, Shao Liuyen. Dia melihat Wei Hu bertarung dengan gagah berani. Adiknya itu sudah luka parah tapi tetap berdiri dan bertarung menghadang siapa saja yang ingin mendekati Sun Zuolin.Tahu dirinya tak lagi bisa berbuat, Sun Zuolin cepat menerobos masuk kamar. Pintu serta merta tertutup. Sun Zuolin muntah darah dan jatuh tertelungkup. Gelap. Semua gelap. Di luar kamar, Tong Zongchang beserta teman-temannya berupaya membuka pintu, tetapi tak berhasil. Pintu itu tak akan bisa dibuka siapa pun dari luar. Hanya ketua Partai Naga Emas seorang yang tahu rahasia membuka pintu kamar rahasia itu.Kabar buruk itu berjalan cepat, bahkan sangat cepat. Pada dini hari, Partai Naga Emas porakporanda. Sore harinya, kabar buruk itu sudah sampai di istana Kaisar Giok Timur. Semua murid Partai Naga Emas yang berada di istana, menangis