Dua tokoh itu kemudian bersemadi mengatur tenaga dalam. Keduanya terkejut karena tenaga dalam tak bisa disalurkan. Ada sesuatu dalam tubuh yang menghalangi mengalirnya tenaga batin. Semakin dilawan semakin tubuh merasa lemas. Tanpa sadar Wei Hu berkata sambil menatap kakaknya, "Ada apa dengan tenagaku?" Sesaat Sun Zuolin sadar, ia berseru, "Kakak, jangan kerahkan tenaga, ini racun pelemas tulang, makin kita lawan makin kita keracunan." Shao Liuyen, laki-laki muda bertubuh kekar masuk menghadap dengan tergesa-gesa. Dia melapor beberapa murid tak bisa melakukan semadi. Ada gangguan dalam tubuh yang menghambat pengerahan tenaga dalam Tapi dia sendiri tidak keracunan. Sun Zuolin memanggil semua murid berkumpul. Dia menanyakan siapa saja yang kena racun. Sebagian murid melangkah ke depan Hampir separuh dari mereka, keracunan. "Racun itu dicampur dalam makanan dan minuman, bagi murid yang belum keracunan, sekarang ini jangan makan dan minum," tegas Sun Zuolin. Tadi dia dan Wei Hu telah m
Sun Zuolin teringat pesan gurunya, Yinzhen, cara unik mengembalikan tenaga yang hilang akibat racun pelemas tulang. Cara itu hanya bisa dilakukan jika yang kena racun adalah dua orang yang tidak terpaut jauh tenaga dalamnya. Kenyataannya dua tokoh murid Yinzhen itu, tenaga dalamnya sama imbang. Tidak ayal lagi Sun Zuolin dan Wei Hu lantas memainkan jurus Balaraksha (Seribu Raksasa) dari ilmu Naga Emas yang merupakan ilmu andalan Partai Naga Emas. Selama dua gurunya berlatih, Shao Liuyen setia berjaga-jaga. Benturan tapak tangan dua tokoh itu mulanya perlahan, makin lama semakin keras, dan tiada henti. Lama kemudian, keduanya berhenti sejenak. Wei Hu tampak gembira. "Kakak, sebagian besar tenagaku sudah pulih." Dia melanjutkan dengan lirih. "Guru besar Yinzhen, meski sudah lama mati namun masih bisa juga menolong dua muridnya yang goblok ini." Malam makin larut, bulan sembunyi di balik awan mendung. Guruh dan kilat bersambung mengiringi hujan gerimis. Sun Zuolin dan Wei Hu tekun bers
Sun Zuolin sempat memandang berkeliling. Hampir tak ada lagi murid Partai Naga Emas yang bertarung. Semua mati! Terakhir yang mati, adalah muridnya yang setia, Shao Liuyen. Dia melihat Wei Hu bertarung dengan gagah berani. Adiknya itu sudah luka parah tapi tetap berdiri dan bertarung menghadang siapa saja yang ingin mendekati Sun Zuolin.Tahu dirinya tak lagi bisa berbuat, Sun Zuolin cepat menerobos masuk kamar. Pintu serta merta tertutup. Sun Zuolin muntah darah dan jatuh tertelungkup. Gelap. Semua gelap. Di luar kamar, Tong Zongchang beserta teman-temannya berupaya membuka pintu, tetapi tak berhasil. Pintu itu tak akan bisa dibuka siapa pun dari luar. Hanya ketua Partai Naga Emas seorang yang tahu rahasia membuka pintu kamar rahasia itu.Kabar buruk itu berjalan cepat, bahkan sangat cepat. Pada dini hari, Partai Naga Emas porakporanda. Sore harinya, kabar buruk itu sudah sampai di istana Kaisar Giok Timur. Semua murid Partai Naga Emas yang berada di istana, menangis
Tengah malam di kebun bagian belakang istana, Tian Shan sedang berlatih, ia duduk semadi di atas pohon. Ia berbaring di dahan kecil, tubuhnya berayun kian kemari dalam kerimbunan daun. Mendadak seorang bertopeng melesat ke atas pohon, menyerang Tian Shan. Keduanya tarung keras. Tian Shan membentak, "Siapa kamu, berani menyatroni istana!"Dalam beberapa jurus Tian Shan bisa membaca siapa lawannya itu. Jurus Naga Emas cuma bisa dimainkan oleh murid Partai Naga Emas. Dan melihat potongan tubuhnya yang langsing, dia mengenali Zsu Tsu. "Zsu Tsu berhenti, mau apa kamu?"Tiba-tiba Zsu Tsu limbung, tubuhnya doyong ke samping. Tian Shan cepat meraih pinggangnya. Zsu Tsu membuka topengnya, ia mengibas rambutnya yang tadinya diikat. Tian Shan hendak melepas pelukannya, tetapi Zsu Tsu justru memeluknya. Lelaki itu tak bisa menguasai diri, ia memeluk, menciumi leher dan mulut wanita yang dia cintai itu.Terengah-engah, Zsu Tsu mendesah. "Partai Naga Emas porak poranda, semua
Malam itu, Xang Xi Ming meneruskan perintah kakaknya, Kaisar Giok Timur. Seluruh pasukan siap untuk berangkat esok pagi, menuju desa Luoyang. Mereka akan mencegat pasukan Dinasti Giok Barat di hutan dekat Luoyang. Mereka akan menyusun jebakan dan siasat yang akan melumpuhkan dan menghancurkan pasukan Dinasti Giok Barat.Di dalam kamar, Jiu Biao menggumuli tubuh isterinya. Dia tergila-gila akan kecantikan wajah dan tubuh isterinya. Dia sudah tahu, istrinya selingkuh dan memadu cinta terlarang dengan Tian Shan. Tapi dia tak sanggup mencegah.Dia takut, isterinya akan memilih. Dia yakin isterinya pasti akan memilih Tian Shan. Dia tak sanggup berpisah dari Zsu Tsu. Zsu Tsu mengelus kepala suaminya. Dia sering merasa iba pada suaminya. Laki-laki itu sangat kasmaran padanya. Dia tahu, suaminya itu lebih tergila-gila pada tubuhnya ketimbang mencintainya. Laki-laki itu menyukai bagian tubuhnya, mengelus dan menjilati buah dada, ketiak, paha dan betis bahkan sering menciumi tel
Di tengah arena perang Xang Xi Ming dan para pendekar kepercayaan istana, bertarung mendampingi Kaisar Giok Timur. Seratus lebih prajurit dan Prajurit Dinasti Giok Barat mengepung raja Dinasti Giok Timur itu. Di antara kelompok pengepung itu, beberapa pendekar berilmu tinggi seperti Tong Zongchang, Palotai, Sempai Chu, Wita Chung, dan Baichan telah menutup ruang bagi Kaisar Giok Timur untuk lolos. Tidak jauh dari tempat itu, Jiu Biao berdua isterinya bahu membahu bersama Jen Ting adu jiwa menghadapi Zhang Ma, Iblis Chengdu, yang dibantu Sepasang Iblis Chongging dan belasan pendekar tangguh lainnya. Di satu sudut medan Tian Shan dan Wang Xun terdesak oleh Takadagawe, pendekar Himalaya yang kosen itu. Jurus-jurus silat Takadagawe sangat aneh. Ditambah lagi dengan tenaga dalamnya yang begitu besar, tak heran jika Tian Shan dan Wang Xun terdesak hebat. Padahal dua pendekar itu tergolong pendekar kelas utama dataran tengah. Tian Shan, murid tunggal Yue Jin, dari gunung Huang. Ia memiliki
Pada saat Takadagawe meluruskan dua tangannya, memukul dahsyat ke dada dua pendekar dataran tengah, pada saat yang sama angin pukulan si jubah putih menerpa Wang Xun dan Tian Shan.Dua pendekar dataran tengah ini tanpa rasa curiga sedikit pun mengikuti bisikan si jubah putih. Keduanya mengosongkan tubuh dan tidak menggunakan tenaga Pukulan pendekar itu mengangkat dua pendekar dataran tengah seperti terbang melayang beberapa depa dari sasaran pukulan Takadagawe. Pukulan Takadagawe menerpa tanah kosong. Debu berterbangan Ada semacam bebauan tanah terbakar.Takadagawe murka melihat pukulannya mengenai tempat kosong. "Siapa orang yang berani mati mencampuri urusanku ?"Pendekar jubah putih tertawa. "Karena menyangkut gengsi dan kehormatan dataran tengah, aku terpaksa ikut campur. Ilmu seberang tak boleh tepuk dada di dataran tengah. Orang asing tak boleh temberang di negeri ini."Dua pendekar itu kemudian terlibat pertarungan dahsyat Si jubah putih bertarung
Pendekar jubah putih tanpa menoleh meneruskan geraknya, melayang pergi begitu saja. Geraknya ringan seperti terbang. Hebatnya lagi, seluruh gerakan sejak awal sampai akhir, semua dalam satu gerak sinambungan yang harmonis dan mulus. Seperti tak ada paksaan dalam geraknya. Bagai terbang ia menuju ke bagian di mana Kaisar Giok Timur sedang dalam kepungan. Sepak terjangnya membuat para pengepung pontang-panting, ia membelah kumpulan manusia semudah menyibak air dalam kolam. Ia menggandeng lengan Kaisar kemudian berdua menerobos keluar, meloloskan diri. Semudah itu, bagaikan tak menemukan perlawanan. Ia masuk kepungan, menggandeng lengan Kaisar, menerobos keluar dengan mendendangkan Syair Penakluk Langit, syair yang kemudian menjadi populer dan dibincangkan orang di dunia kependekaran. “Aku datang dari balik kabut hitam Aku mengarungi samudera darah Akulah sang pengembara Melenggang ke Barat, Meluruk ke Timur, Merangsak ke Utara, Merantau ke Selatan, Kan kuremas matahari di telapak