Beranda / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / JILID 17 | PENGORBANAN CINTA

Share

JILID 17 | PENGORBANAN CINTA

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam itu, Xang Xi Ming meneruskan perintah kakaknya, Kaisar Giok Timur. Seluruh pasukan siap untuk berangkat esok pagi, menuju desa Luoyang. Mereka akan mencegat pasukan Dinasti Giok Barat di hutan dekat Luoyang. Mereka akan menyusun jebakan dan siasat yang akan melumpuhkan dan menghancurkan pasukan Dinasti Giok Barat.

Di dalam kamar, Jiu Biao menggumuli tubuh isterinya. Dia tergila-gila akan kecantikan wajah dan tubuh isterinya. Dia sudah tahu, istrinya selingkuh dan memadu cinta terlarang dengan Tian Shan. Tapi dia tak sanggup mencegah.

Dia takut, isterinya akan memilih. Dia yakin isterinya pasti akan memilih Tian Shan. Dia tak sanggup berpisah dari Zsu Tsu. Zsu Tsu mengelus kepala suaminya. Dia sering merasa iba pada suaminya. Laki-laki itu sangat kasmaran padanya. Dia tahu, suaminya itu lebih tergila-gila pada tubuhnya ketimbang mencintainya. Laki-laki itu menyukai bagian tubuhnya, mengelus dan menjilati buah dada, ketiak, paha dan betis bahkan sering menciumi tel

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 18 | PERTEMPURAN DI MULAI

    Di tengah arena perang Xang Xi Ming dan para pendekar kepercayaan istana, bertarung mendampingi Kaisar Giok Timur. Seratus lebih prajurit dan Prajurit Dinasti Giok Barat mengepung raja Dinasti Giok Timur itu. Di antara kelompok pengepung itu, beberapa pendekar berilmu tinggi seperti Tong Zongchang, Palotai, Sempai Chu, Wita Chung, dan Baichan telah menutup ruang bagi Kaisar Giok Timur untuk lolos. Tidak jauh dari tempat itu, Jiu Biao berdua isterinya bahu membahu bersama Jen Ting adu jiwa menghadapi Zhang Ma, Iblis Chengdu, yang dibantu Sepasang Iblis Chongging dan belasan pendekar tangguh lainnya. Di satu sudut medan Tian Shan dan Wang Xun terdesak oleh Takadagawe, pendekar Himalaya yang kosen itu. Jurus-jurus silat Takadagawe sangat aneh. Ditambah lagi dengan tenaga dalamnya yang begitu besar, tak heran jika Tian Shan dan Wang Xun terdesak hebat. Padahal dua pendekar itu tergolong pendekar kelas utama dataran tengah. Tian Shan, murid tunggal Yue Jin, dari gunung Huang. Ia memiliki

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 19 | PERTOLONGAN DATANG

    Pada saat Takadagawe meluruskan dua tangannya, memukul dahsyat ke dada dua pendekar dataran tengah, pada saat yang sama angin pukulan si jubah putih menerpa Wang Xun dan Tian Shan.Dua pendekar dataran tengah ini tanpa rasa curiga sedikit pun mengikuti bisikan si jubah putih. Keduanya mengosongkan tubuh dan tidak menggunakan tenaga Pukulan pendekar itu mengangkat dua pendekar dataran tengah seperti terbang melayang beberapa depa dari sasaran pukulan Takadagawe. Pukulan Takadagawe menerpa tanah kosong. Debu berterbangan Ada semacam bebauan tanah terbakar.Takadagawe murka melihat pukulannya mengenai tempat kosong. "Siapa orang yang berani mati mencampuri urusanku ?"Pendekar jubah putih tertawa. "Karena menyangkut gengsi dan kehormatan dataran tengah, aku terpaksa ikut campur. Ilmu seberang tak boleh tepuk dada di dataran tengah. Orang asing tak boleh temberang di negeri ini."Dua pendekar itu kemudian terlibat pertarungan dahsyat Si jubah putih bertarung

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 20 | PENDEKAR TANGGUH

    Pendekar jubah putih tanpa menoleh meneruskan geraknya, melayang pergi begitu saja. Geraknya ringan seperti terbang. Hebatnya lagi, seluruh gerakan sejak awal sampai akhir, semua dalam satu gerak sinambungan yang harmonis dan mulus. Seperti tak ada paksaan dalam geraknya. Bagai terbang ia menuju ke bagian di mana Kaisar Giok Timur sedang dalam kepungan. Sepak terjangnya membuat para pengepung pontang-panting, ia membelah kumpulan manusia semudah menyibak air dalam kolam. Ia menggandeng lengan Kaisar kemudian berdua menerobos keluar, meloloskan diri. Semudah itu, bagaikan tak menemukan perlawanan. Ia masuk kepungan, menggandeng lengan Kaisar, menerobos keluar dengan mendendangkan Syair Penakluk Langit, syair yang kemudian menjadi populer dan dibincangkan orang di dunia kependekaran. “Aku datang dari balik kabut hitam Aku mengarungi samudera darah Akulah sang pengembara Melenggang ke Barat, Meluruk ke Timur, Merangsak ke Utara, Merantau ke Selatan, Kan kuremas matahari di telapak

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 21 | HANCUR

    Tanah Partai Naga Emas yang tadinya selalu ramai dengan latihan ilmu serta kegiatan bercocok tanam dan aktifitas lain, hari itu tampak porak poranda. Di sana sini mayat bergelimpangan. Tak ada sisa makhluk hidup. Kerbau, sapi, ayam, babi dan semua binatang ternak, mati Yang ada hanya burung pemakan bangkai, terbang melayang dan hinggap di sana-sini. Bau busuk mayat manusia dan bangkai binatang tercium di mana-mana.Yu Jin, adik seperguruan Sun Zuolin menerobos masuk pekarangan. Dia mendengar berita hancurnya Partai Naga Emas serta kekalahan pasukan Dinasti Giok Timur dalam perang Luoyang. Dia bergegas menuju Partai Naga Emas. Dia tiba di Partai Naga Emas tiga hari setelah serangan yang membumihanguskan perguruannya. Dia melihat berkeliling. Amarahnya meluap kesedihannya memuncak.”Hancur, semua hancur, tidak ada sisa,” desisnya.Dia berlari ke sana kemari, berteriak memanggil orang. Suasana sepi, lengang, hanya terdengar gema suaranya memantul. Tak ada orang yang menjawab panggilannya

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 22 | SI SYAIR MAUT

    Duapuluh lima tahun kemudian.Di suatu malam... Setelah perang Luoyang yang menelan banyak korban jiwa itu. Bulan purnama menerangi hutan di pinggir desa Xi’an. Tampak sebuah bangunan tua di antara pepohonan jati. Reruntuhan rumah tua itu hampir tidak beratap. Hanya satu sisi dinding yang terbuat dari batu hitam yang masih utuh. Dinding lainnya sudah tidak utuh. Daun pintu sudah tak ada, rusak dan lapuk termakan rayap.Di ruangan dalam yang terbuka dan luas mirip bangsal beberapa orang sedang istirahat. Rumah tua itu sering dijadikan tempat menginap perantau yang kemalaman di jalan. Suasana sunyi dan sepi. Hanya terdengar suara jangkrik dan kodok sahut-sahutan. Gerimis membuat malam makin dingin.Terdengar suara orang mendendangkan syair. Suaranya sinis dan dingin. Suaranya tidak keras namun terdengar jelas oleh semua orang di rumah besar. Suara jangkrik dan kodok mendadak senyap ditelan suara yang membawa suasana magis.Akulah sang pengembaraMelenggang ke Barat, Meluruk ke Timur,Me

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 23 | PERINTAH PERGURUAN

    Jiu Long kembali ke tempat duduknya. Tetapi langkahnya terhenti karena pada saat bersamaan terdengar kembali Syair Penakluk Langit dilantunkan. Suara penyanyinya sama, tetap jernih dan bening. Dari suaranya sulit diduga, dia itu perempuan atau lelaki.Akulah sang pengembaraMelenggang ke Barat, Meluruk ke Timur,Merangsak ke Utara, Merantau ke Selatan,Kan kuremas matahari di telapak tangankuKan kupecahkan wajah rembulanTak ada lawan, Tak ada tandingan,Ilmu dari segala ilmu...!"Semua orang di ruangan saling pandang. Tidak ada suara lain kecuali kumandang syair itu. Suaranya mendengung dan bergema di segala penjuru Sesaat kemudian suara lenyap.Belum juga orang-orang itu hilang rasa tegangnya, syair berkumandang lagi. Begitu seterusnya sampai empat kali beruntun. Semua orang tegang. Pendekar wanita separuh baya yang dikenal sebagai Chuan Mei bangkit. Ia tampak kesal. ”Rupanya satu saja tak cukup bagi si syair Maut, malam ini ia menginginkan lima nyawa. Benar-benar kurangajar, apa d

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 24 | SENJATA MAUT

    Cerita Yu Jin terhenti. Saat itu terdengar jeritan dua orang saling susul. Suaranya mendirikan bulu roma. Saat berikut, dua sosok bayangan menyerbu masuk, mendatangkan angin kencang. Tian Shan dan Chuan Mei bergerak hebat, hampir berbarengan ”Kena kamu siluman!” teriak Chuan Mei. Makian itu disusul teriak girang Chuan Mei karena pedangnya mengenai sasaran tubuh manusia. Pukulan melingkar Tian Shan yang berisi tenaga dalam dahsyat mengena telak dada lawan yang lain. Darah muncrat ke mana-mana. Dua musuh itu sudah dipecundangi, begitu mudahnya. Semua mata melotot memandang dua sosok mayat yang tergeletak di ruangan. Ternyata mereka dua orangtua pedagang kecil tadi. Luka menganga di dada tepat bagian jantung. Darah membasahi seluruh tubuhnya. Mereka dibunuh dengan keji kemudian mayatnya dilempar ke dalam, itu yang membuat Chuan Mei dan Tian Shan kecele. ”Bangsat kejam!” Dua murid Chuan Mei membuang muka, tak tahan melihat mayat mengerikan itu. Apalagi dua orangtua itu bukan dari kalan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 25 | SALING BAHU MEMBAHU

    Semua saling pandang. Seperti tak pernah ada sesuatu yang terjadi karena berlangsung begitu cepat. Semua sependapat ilmu iblis itu teramat tinggi. Tanpa memperlihatkan diri ia sanggup mencabut nyawa dua pendekar di depan mata delapan pendekar lainnya. Tian Shan memandang Yu Jin dan Chuan Mei. Teror bor maut itu masih terbayang Suaranya seakan masih mencicit di telinga Chuan Mei membanting kaki, saking kesal. ”Gila, sungguh pembunuh licik dan keji” Tak bisa kuasai dirinya lagi, pendekar Pedang Naga Perkasa itu berteriak, ”Bangsat licik, keluar kau, hadapi aku.” Suara Chuan Mei bagai guntur di tengah malam sunyi. Gema suara itu dipantulkan ke sana kemari. Suatu pameran tenaga dalam dari seorang pendekar kelas satu Suasana kembali sunyi. Seorang lelaki muda tampan dan tampaknya serombongan dengan Chuan Mei, berkata sambil memberi hormat kepada para pendekar. ”Sebaiknya kita jangan terpancing, serangan iblis itu akan datang lagi. Sudah empat nyawa melayang, masih ada satu lagi yang di

Bab terbaru

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 466

    Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 465

    "Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 464

    Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 463

    Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 462

    Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 461

    Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 460

    Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 459

    "Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 458

    Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d

DMCA.com Protection Status