Jiu Long mengerahkan segenap tenaga dalamnya. Ia tahu situasi kritis mengancam hidupnya. Yu Jin dan Tian Shan terkesiap. Kalau mereka saja terdesak mundur oleh tenaga dalam lawan, bagaimana lagi nasib Jiu Long. Tanpa pikir lagi keduanya menerjang lawan sambil mengirim pukulan jarak jauh. Saat itu syair Maut sudah sampai di depan Jiu Long. Ia mengibas dengan tangan kiri, tangan kanan mencengkeram batuk kepala. Tenaga kibaran itu sangat besar membuat tubuh Jiu Long serasa kaku. Saat berikutnya kepalanya terasa dingin. Jiu Long tahu jiwanya berada di ujung tanduk, namun ia tidak gentar. Ia bergerak dengan dua jurus susulan Naga Meliuk dan Naga Terbang Menyusup. Saat itu Jiu Long berpikir sederhana, jika ia harus terluka atau bahkan binasa, maka lawannya pun harus mengalami kerugian besar. Pukulan dan tendangannya mengarah pelipis dan selangkangan lawan. Pada saat itu dua pukulan Yu Jin dan Tian Shan ikut mengancam punggung syair Maut. Terdengar suara lawan ”iiihhh!” syair Maut terkeju
Mendadak terdengar suara mencicit saling susul. Dua bor menyerbu masuk. Semua terkejut. Jiu Long sehabis bentrok tenaga dan surut empat langkah dengan dada sesak sempat melihat bor itu mengancam Mei Lan. Tanpa sadar Jiu Long melesat ke arah gadis itu memotong jalan bor maut. Yu Jin dan Tian Shan ikut meluruk ke arah sama, begitu juga Chuan Mei Tiga pendekar kawakan ini bergerak pesat menolong Mei Lan. Tetapi syair Maut lebih cepat lagi. Saat itu juga terdengar suara mencicit lainnya, dua bor lain menyerang pesat.Terdengar jeritan maut. Mei Lin yang sendirian dan tidak dilindungi menjadi korban. Dadanya bersimbah darah. Tewas mengerikan. Saat itu juga suasana sepi dan lengang. Fajar mulai menyingsing.Semua terpana. Pertarungan berlangsung singkat. Serba cepat dan telah menebar detik-detik kematian yang mengancam semua pendekar. Hanya nasib baik saja yang meloloskan mereka dari kematian. Rupanya sambil melayang pergi, menuju kegelapan malam, syair Maut menyerang dengan senjata bor mau
”Hebat ilmu pendekar itu, kami berdua terdesak hebat Nyawa kami sudah di ujung rambut. Mendadak datang pendekar penolong itu. Keduanya kemudian terlibat tarung, sungguh perkelahian pendekar kelas utama. Sebelum dan sesudahnya aku tak pernah melihat ada pertarungan tingkat tinggi seperti itu lagi. Tidak sampai limapuluh jurus penolong itu sudah menghajar pendekar Takadagawe muntah darah. Pendekar penolong kemudian seperti terbang melayang pergi membawa serta Kaisar lolos dari kepungan lawan. Dia berlalu sambil mendendangkan Syair Penakluk Langit itu.””Syairnya sama, guru ?””Syairnya sama persis. Hanya ada satu bait awal yang dinyanyikan pendekar penolong tetapi yang tidak dilantunkan si syair Maut tadi malam. Syair itu sangat terkenal pada masa itu. Tetapi belakangan, setelah duapuluh lima tahun berlalu, orang mulai lupa. Lengkapnya begini,“Aku datang dari balik kabut hitamAku mengarungi samudera darahAkulah sang pengembaraMelenggang ke Barat, Meluruk ke Timur,Merangsak ke Utara
Yu Jin mendengar dengan serius, keningnya berkerut. Orangtua ini tampak berfikir keras. Tiba-tiba dia bangkit dari duduk melangkah, tangan dan kakinya memainkan jurus.”Gerak menepuk dua tangan lalu satu tangan mencengkeram ke depan itu pasti gerak awal jurus Naga Memburu Mangsa. Tangan kiri menggaruk belakang kepala dan tangan kanan ditekuk dan diputar mengarah bumi itu jurus Naga Turun ke Bumi. Pinggang digoyang, tangan kiri mendorong pukulan lawan, tangan kanan menyusup ke depan mengelus dada lawan, itu gerakan akhir dari Naga Memburu Mangsa. Itu peragaan jurus biasa ilmu Naga Emas, tetapi karena digelar dengan tenaga dalam yang tinggi luar biasa, maka jurus menjadi sangat ampuh. Siapa lagi jikalau bukan Sepuh Sun Jian, satu-satunya orang yang bisa menggelar Naga Emas sehebat itu”Jiu Long tak bisa menyembunyikan keinginan tahunya. ”Siapa beliau, siapa Sepuh Sun Jian?”Yu Jin tak menjawab. Ia berdiri seperti patung, pandangan menerawang jauh. Tian Shan menarik lengan muridnya. ”Jiu
Kejadian itu berputar kembali di depan mata Tian Shan. Ia melihat Zsu Tsu, ibu Jiu Long, bersama suaminya Jiu Biao bertarung bahu membahu. Satu hal yang tidak akan pernah ia ceritakan kepada Jiu Long bahkan kepada siapa pun, percintaannya dan perselingkuhannya dengan Zsu Tsu. Ia mencintai wanita cantik itu saat masih gadis belia dan tak pernah luntur sampai ajal menjauhkan kekasihnya dari dekapannya. Dia melihat panah nancap di pundak kekasihnya. Dia melihat tongkat yang nancap di dada kekasihnya, dada yang sering dibelai dan dikecupnya. Dia mendengar kembali seruan kekasihnya. ”Tian Shan pergi cepat selamatkan anakku. Cepat pergi, ingat janjimu.” Kemudian seruan yang kedua, ”Pergi Kak Tian Shan, pergilah, tak ada gunanya bertahan, kita sudah kalah.”Ketika dia melesat pergi dia masih menoleh ke belakang. Dia melihat Zhang Ma menghantam kepala Jiu Biao. Sekali lagi dia menoleh dan melihat tinju Zhang Ma menghantam dada Zsu Tsu. Dia berlari sambil menangis. Dia menangis sepanjang tahun
Yu Jin menghela napas, ia gundah. Sampai hari ini, duapuluh lima tahun berlalu, ia belum bisa menyelesaikan tugas yang diembankan Sun Zuolin padanya. Ia belum menemukan adik perguruan Liu Xing dan juga keturunan Nyonya Sucilin. Ia belum tahu bagaimana caranya bisa mendapatkan jurus pusaka Inti Naga Emas Pamungkas. Ia juga belum menemukan murid pengkhianat yang menabur racun pelemas tulang. Ia belum membalas dendam meski setiap mengingat tragedi berdarah itu, amarahnya berkobar. Cuma satu hal yang membuatnya senang, Jiu Long telah menguasai seluruh ilmu yang dia ajarkan, duabelas jurus Naga Emas yang berintikan tenaga gama (amarah) dan tujuh jurus Naga Emas Pamungkas.Hari itu setelah kejadian di reruntuhan rumah tua, Yu Jin menyerahkan Jiu Long kepada Tian Shan untuk menyempurnakan ilmu andalan Huangshan, pukulan Big Bang dan ilmu ringan tubuh Jejak Kilat.”Jiu Long, ada dua murid kak Sun Zuolin yang selamat, namun entah berada di mana sekarang. Yun Ching, tak mungkin mencapai kesempu
Daerah belahan Timur di kaki gunung Tai yang jarang dikunjungi orang. Hutannya rapat padat dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Pagi itu udara masih dingin. Kabut pun masih tebal. Suasana sunyi dan sepi. Hanya terdengar suara kicau burung dan gemuruh air terjun. Air terjun mencurah dari tempat yang cukup tinggi dan terjal. Curah air itu bagai tonggak langit, membentuk sungai yang airnya mengalir deras. Uap air menutupi pemandangan di sekitar air terjun, sehingga tidak terlihat adanya seorang lelaki sedang berlatih silat di pusaran air terjun. Dia Jiu Long.Jiu Long bergerak lincah berloncatan di bebatuan. Sekali-sekali ia menerjang curah air yang bagaikan tembok tebal. Menerobos tirai air yang deras, sepertinya ia tak mengalami kesulitan. Padahal air yang terjun dari tebing puluhan tongkat tingginya tentu sangat dahsyat kekuatannya. Ia berlatih seharian. Ketika matahari sudah bergeser ke Barat, senja semakin mendekat, Jiu Long melompat ke sebuah batu. Ia semadi di tengah u
Dua kali tamparan menerpa bahu dan pundak Tangchi membuatnya meringis kesakitan. Mendadak ia mengubah jurus silatnya, "Gadis cantik, sudah cukup kita main-main." Berkata demikian ia menyambut pukulan si gadis dengan kepalan. Kalah tenaga dalam, si gadis tak mau adu pukulan. Ia mengubah jurus, kepalan berubah menjadi telapak tangan terbuka. Ia niat menampar pergelangan tangan lawan. Tiba-tiba si gadis melihat sinar gemerlap di tangan Tangchi Paku yang berkilat oleh matahari senja. Jarak sudah terlampau dekat, ia sulit menghindar. Si gadis dengan cerdik dan hebat menggerakkan pergelangan tangan ke bawah lalu ke atas, niat menyampok tangan lawan. Tangchi licik, ia sudah memikirkan perangkap ini. Ia membiarkan gerakan si gadis. Saat yang tepat ia menggentak telapak tangannya, dua paku melayang secepat kilat. Gadis itu tak pernah mengira lawan akan menyambit dengan paku. Ia mengelak, tetapi terlambat. Satu paku lolos, satu lainnya nancap di dada dekat pundak. Tangchi bert