Beranda / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / JILID 25 | SALING BAHU MEMBAHU

Share

JILID 25 | SALING BAHU MEMBAHU

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semua saling pandang. Seperti tak pernah ada sesuatu yang terjadi karena berlangsung begitu cepat. Semua sependapat ilmu iblis itu teramat tinggi. Tanpa memperlihatkan diri ia sanggup mencabut nyawa dua pendekar di depan mata delapan pendekar lainnya.

Tian Shan memandang Yu Jin dan Chuan Mei.

Teror bor maut itu masih terbayang Suaranya seakan masih mencicit di telinga Chuan Mei membanting kaki, saking kesal. ”Gila, sungguh pembunuh licik dan keji” Tak bisa kuasai dirinya lagi, pendekar Pedang Naga Perkasa itu berteriak, ”Bangsat licik, keluar kau, hadapi aku.”

Suara Chuan Mei bagai guntur di tengah malam sunyi. Gema suara itu dipantulkan ke sana kemari. Suatu pameran tenaga dalam dari seorang pendekar kelas satu Suasana kembali sunyi. Seorang lelaki muda tampan dan tampaknya serombongan dengan Chuan Mei, berkata sambil memberi hormat kepada para pendekar. ”Sebaiknya kita jangan terpancing, serangan iblis itu akan datang lagi. Sudah empat nyawa melayang, masih ada satu lagi yang di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 26 | SITUASI KRITIS

    Jiu Long mengerahkan segenap tenaga dalamnya. Ia tahu situasi kritis mengancam hidupnya. Yu Jin dan Tian Shan terkesiap. Kalau mereka saja terdesak mundur oleh tenaga dalam lawan, bagaimana lagi nasib Jiu Long. Tanpa pikir lagi keduanya menerjang lawan sambil mengirim pukulan jarak jauh. Saat itu syair Maut sudah sampai di depan Jiu Long. Ia mengibas dengan tangan kiri, tangan kanan mencengkeram batuk kepala. Tenaga kibaran itu sangat besar membuat tubuh Jiu Long serasa kaku. Saat berikutnya kepalanya terasa dingin. Jiu Long tahu jiwanya berada di ujung tanduk, namun ia tidak gentar. Ia bergerak dengan dua jurus susulan Naga Meliuk dan Naga Terbang Menyusup. Saat itu Jiu Long berpikir sederhana, jika ia harus terluka atau bahkan binasa, maka lawannya pun harus mengalami kerugian besar. Pukulan dan tendangannya mengarah pelipis dan selangkangan lawan. Pada saat itu dua pukulan Yu Jin dan Tian Shan ikut mengancam punggung syair Maut. Terdengar suara lawan ”iiihhh!” syair Maut terkeju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 27 | TIDAK ADA LAWAN

    Mendadak terdengar suara mencicit saling susul. Dua bor menyerbu masuk. Semua terkejut. Jiu Long sehabis bentrok tenaga dan surut empat langkah dengan dada sesak sempat melihat bor itu mengancam Mei Lan. Tanpa sadar Jiu Long melesat ke arah gadis itu memotong jalan bor maut. Yu Jin dan Tian Shan ikut meluruk ke arah sama, begitu juga Chuan Mei Tiga pendekar kawakan ini bergerak pesat menolong Mei Lan. Tetapi syair Maut lebih cepat lagi. Saat itu juga terdengar suara mencicit lainnya, dua bor lain menyerang pesat.Terdengar jeritan maut. Mei Lin yang sendirian dan tidak dilindungi menjadi korban. Dadanya bersimbah darah. Tewas mengerikan. Saat itu juga suasana sepi dan lengang. Fajar mulai menyingsing.Semua terpana. Pertarungan berlangsung singkat. Serba cepat dan telah menebar detik-detik kematian yang mengancam semua pendekar. Hanya nasib baik saja yang meloloskan mereka dari kematian. Rupanya sambil melayang pergi, menuju kegelapan malam, syair Maut menyerang dengan senjata bor mau

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 28 | SYAIRNYA BERBEDA

    ”Hebat ilmu pendekar itu, kami berdua terdesak hebat Nyawa kami sudah di ujung rambut. Mendadak datang pendekar penolong itu. Keduanya kemudian terlibat tarung, sungguh perkelahian pendekar kelas utama. Sebelum dan sesudahnya aku tak pernah melihat ada pertarungan tingkat tinggi seperti itu lagi. Tidak sampai limapuluh jurus penolong itu sudah menghajar pendekar Takadagawe muntah darah. Pendekar penolong kemudian seperti terbang melayang pergi membawa serta Kaisar lolos dari kepungan lawan. Dia berlalu sambil mendendangkan Syair Penakluk Langit itu.””Syairnya sama, guru ?””Syairnya sama persis. Hanya ada satu bait awal yang dinyanyikan pendekar penolong tetapi yang tidak dilantunkan si syair Maut tadi malam. Syair itu sangat terkenal pada masa itu. Tetapi belakangan, setelah duapuluh lima tahun berlalu, orang mulai lupa. Lengkapnya begini,“Aku datang dari balik kabut hitamAku mengarungi samudera darahAkulah sang pengembaraMelenggang ke Barat, Meluruk ke Timur,Merangsak ke Utara

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 29 | SEPUH SUN JIAN

    Yu Jin mendengar dengan serius, keningnya berkerut. Orangtua ini tampak berfikir keras. Tiba-tiba dia bangkit dari duduk melangkah, tangan dan kakinya memainkan jurus.”Gerak menepuk dua tangan lalu satu tangan mencengkeram ke depan itu pasti gerak awal jurus Naga Memburu Mangsa. Tangan kiri menggaruk belakang kepala dan tangan kanan ditekuk dan diputar mengarah bumi itu jurus Naga Turun ke Bumi. Pinggang digoyang, tangan kiri mendorong pukulan lawan, tangan kanan menyusup ke depan mengelus dada lawan, itu gerakan akhir dari Naga Memburu Mangsa. Itu peragaan jurus biasa ilmu Naga Emas, tetapi karena digelar dengan tenaga dalam yang tinggi luar biasa, maka jurus menjadi sangat ampuh. Siapa lagi jikalau bukan Sepuh Sun Jian, satu-satunya orang yang bisa menggelar Naga Emas sehebat itu”Jiu Long tak bisa menyembunyikan keinginan tahunya. ”Siapa beliau, siapa Sepuh Sun Jian?”Yu Jin tak menjawab. Ia berdiri seperti patung, pandangan menerawang jauh. Tian Shan menarik lengan muridnya. ”Jiu

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 30 | Hutang Nyawa Bayar Nyawa

    Kejadian itu berputar kembali di depan mata Tian Shan. Ia melihat Zsu Tsu, ibu Jiu Long, bersama suaminya Jiu Biao bertarung bahu membahu. Satu hal yang tidak akan pernah ia ceritakan kepada Jiu Long bahkan kepada siapa pun, percintaannya dan perselingkuhannya dengan Zsu Tsu. Ia mencintai wanita cantik itu saat masih gadis belia dan tak pernah luntur sampai ajal menjauhkan kekasihnya dari dekapannya. Dia melihat panah nancap di pundak kekasihnya. Dia melihat tongkat yang nancap di dada kekasihnya, dada yang sering dibelai dan dikecupnya. Dia mendengar kembali seruan kekasihnya. ”Tian Shan pergi cepat selamatkan anakku. Cepat pergi, ingat janjimu.” Kemudian seruan yang kedua, ”Pergi Kak Tian Shan, pergilah, tak ada gunanya bertahan, kita sudah kalah.”Ketika dia melesat pergi dia masih menoleh ke belakang. Dia melihat Zhang Ma menghantam kepala Jiu Biao. Sekali lagi dia menoleh dan melihat tinju Zhang Ma menghantam dada Zsu Tsu. Dia berlari sambil menangis. Dia menangis sepanjang tahun

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 31 | Calon Paling Kuat

    Yu Jin menghela napas, ia gundah. Sampai hari ini, duapuluh lima tahun berlalu, ia belum bisa menyelesaikan tugas yang diembankan Sun Zuolin padanya. Ia belum menemukan adik perguruan Liu Xing dan juga keturunan Nyonya Sucilin. Ia belum tahu bagaimana caranya bisa mendapatkan jurus pusaka Inti Naga Emas Pamungkas. Ia juga belum menemukan murid pengkhianat yang menabur racun pelemas tulang. Ia belum membalas dendam meski setiap mengingat tragedi berdarah itu, amarahnya berkobar. Cuma satu hal yang membuatnya senang, Jiu Long telah menguasai seluruh ilmu yang dia ajarkan, duabelas jurus Naga Emas yang berintikan tenaga gama (amarah) dan tujuh jurus Naga Emas Pamungkas.Hari itu setelah kejadian di reruntuhan rumah tua, Yu Jin menyerahkan Jiu Long kepada Tian Shan untuk menyempurnakan ilmu andalan Huangshan, pukulan Big Bang dan ilmu ringan tubuh Jejak Kilat.”Jiu Long, ada dua murid kak Sun Zuolin yang selamat, namun entah berada di mana sekarang. Yun Ching, tak mungkin mencapai kesempu

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 32 | Si Cantik itu muncul

    Daerah belahan Timur di kaki gunung Tai yang jarang dikunjungi orang. Hutannya rapat padat dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Pagi itu udara masih dingin. Kabut pun masih tebal. Suasana sunyi dan sepi. Hanya terdengar suara kicau burung dan gemuruh air terjun. Air terjun mencurah dari tempat yang cukup tinggi dan terjal. Curah air itu bagai tonggak langit, membentuk sungai yang airnya mengalir deras. Uap air menutupi pemandangan di sekitar air terjun, sehingga tidak terlihat adanya seorang lelaki sedang berlatih silat di pusaran air terjun. Dia Jiu Long.Jiu Long bergerak lincah berloncatan di bebatuan. Sekali-sekali ia menerjang curah air yang bagaikan tembok tebal. Menerobos tirai air yang deras, sepertinya ia tak mengalami kesulitan. Padahal air yang terjun dari tebing puluhan tongkat tingginya tentu sangat dahsyat kekuatannya. Ia berlatih seharian. Ketika matahari sudah bergeser ke Barat, senja semakin mendekat, Jiu Long melompat ke sebuah batu. Ia semadi di tengah u

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 33 | Jiu Long Datang Menolong

    Dua kali tamparan menerpa bahu dan pundak Tangchi membuatnya meringis kesakitan. Mendadak ia mengubah jurus silatnya, "Gadis cantik, sudah cukup kita main-main." Berkata demikian ia menyambut pukulan si gadis dengan kepalan. Kalah tenaga dalam, si gadis tak mau adu pukulan. Ia mengubah jurus, kepalan berubah menjadi telapak tangan terbuka. Ia niat menampar pergelangan tangan lawan. Tiba-tiba si gadis melihat sinar gemerlap di tangan Tangchi Paku yang berkilat oleh matahari senja. Jarak sudah terlampau dekat, ia sulit menghindar. Si gadis dengan cerdik dan hebat menggerakkan pergelangan tangan ke bawah lalu ke atas, niat menyampok tangan lawan. Tangchi licik, ia sudah memikirkan perangkap ini. Ia membiarkan gerakan si gadis. Saat yang tepat ia menggentak telapak tangannya, dua paku melayang secepat kilat. Gadis itu tak pernah mengira lawan akan menyambit dengan paku. Ia mengelak, tetapi terlambat. Satu paku lolos, satu lainnya nancap di dada dekat pundak. Tangchi bert

Bab terbaru

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 466

    Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 465

    "Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 464

    Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 463

    Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 462

    Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 461

    Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 460

    Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 459

    "Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 458

    Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d

DMCA.com Protection Status