Yu Jin mendengar dengan serius, keningnya berkerut. Orangtua ini tampak berfikir keras. Tiba-tiba dia bangkit dari duduk melangkah, tangan dan kakinya memainkan jurus.”Gerak menepuk dua tangan lalu satu tangan mencengkeram ke depan itu pasti gerak awal jurus Naga Memburu Mangsa. Tangan kiri menggaruk belakang kepala dan tangan kanan ditekuk dan diputar mengarah bumi itu jurus Naga Turun ke Bumi. Pinggang digoyang, tangan kiri mendorong pukulan lawan, tangan kanan menyusup ke depan mengelus dada lawan, itu gerakan akhir dari Naga Memburu Mangsa. Itu peragaan jurus biasa ilmu Naga Emas, tetapi karena digelar dengan tenaga dalam yang tinggi luar biasa, maka jurus menjadi sangat ampuh. Siapa lagi jikalau bukan Sepuh Sun Jian, satu-satunya orang yang bisa menggelar Naga Emas sehebat itu”Jiu Long tak bisa menyembunyikan keinginan tahunya. ”Siapa beliau, siapa Sepuh Sun Jian?”Yu Jin tak menjawab. Ia berdiri seperti patung, pandangan menerawang jauh. Tian Shan menarik lengan muridnya. ”Jiu
Kejadian itu berputar kembali di depan mata Tian Shan. Ia melihat Zsu Tsu, ibu Jiu Long, bersama suaminya Jiu Biao bertarung bahu membahu. Satu hal yang tidak akan pernah ia ceritakan kepada Jiu Long bahkan kepada siapa pun, percintaannya dan perselingkuhannya dengan Zsu Tsu. Ia mencintai wanita cantik itu saat masih gadis belia dan tak pernah luntur sampai ajal menjauhkan kekasihnya dari dekapannya. Dia melihat panah nancap di pundak kekasihnya. Dia melihat tongkat yang nancap di dada kekasihnya, dada yang sering dibelai dan dikecupnya. Dia mendengar kembali seruan kekasihnya. ”Tian Shan pergi cepat selamatkan anakku. Cepat pergi, ingat janjimu.” Kemudian seruan yang kedua, ”Pergi Kak Tian Shan, pergilah, tak ada gunanya bertahan, kita sudah kalah.”Ketika dia melesat pergi dia masih menoleh ke belakang. Dia melihat Zhang Ma menghantam kepala Jiu Biao. Sekali lagi dia menoleh dan melihat tinju Zhang Ma menghantam dada Zsu Tsu. Dia berlari sambil menangis. Dia menangis sepanjang tahun
Yu Jin menghela napas, ia gundah. Sampai hari ini, duapuluh lima tahun berlalu, ia belum bisa menyelesaikan tugas yang diembankan Sun Zuolin padanya. Ia belum menemukan adik perguruan Liu Xing dan juga keturunan Nyonya Sucilin. Ia belum tahu bagaimana caranya bisa mendapatkan jurus pusaka Inti Naga Emas Pamungkas. Ia juga belum menemukan murid pengkhianat yang menabur racun pelemas tulang. Ia belum membalas dendam meski setiap mengingat tragedi berdarah itu, amarahnya berkobar. Cuma satu hal yang membuatnya senang, Jiu Long telah menguasai seluruh ilmu yang dia ajarkan, duabelas jurus Naga Emas yang berintikan tenaga gama (amarah) dan tujuh jurus Naga Emas Pamungkas.Hari itu setelah kejadian di reruntuhan rumah tua, Yu Jin menyerahkan Jiu Long kepada Tian Shan untuk menyempurnakan ilmu andalan Huangshan, pukulan Big Bang dan ilmu ringan tubuh Jejak Kilat.”Jiu Long, ada dua murid kak Sun Zuolin yang selamat, namun entah berada di mana sekarang. Yun Ching, tak mungkin mencapai kesempu
Daerah belahan Timur di kaki gunung Tai yang jarang dikunjungi orang. Hutannya rapat padat dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Pagi itu udara masih dingin. Kabut pun masih tebal. Suasana sunyi dan sepi. Hanya terdengar suara kicau burung dan gemuruh air terjun. Air terjun mencurah dari tempat yang cukup tinggi dan terjal. Curah air itu bagai tonggak langit, membentuk sungai yang airnya mengalir deras. Uap air menutupi pemandangan di sekitar air terjun, sehingga tidak terlihat adanya seorang lelaki sedang berlatih silat di pusaran air terjun. Dia Jiu Long.Jiu Long bergerak lincah berloncatan di bebatuan. Sekali-sekali ia menerjang curah air yang bagaikan tembok tebal. Menerobos tirai air yang deras, sepertinya ia tak mengalami kesulitan. Padahal air yang terjun dari tebing puluhan tongkat tingginya tentu sangat dahsyat kekuatannya. Ia berlatih seharian. Ketika matahari sudah bergeser ke Barat, senja semakin mendekat, Jiu Long melompat ke sebuah batu. Ia semadi di tengah u
Dua kali tamparan menerpa bahu dan pundak Tangchi membuatnya meringis kesakitan. Mendadak ia mengubah jurus silatnya, "Gadis cantik, sudah cukup kita main-main." Berkata demikian ia menyambut pukulan si gadis dengan kepalan. Kalah tenaga dalam, si gadis tak mau adu pukulan. Ia mengubah jurus, kepalan berubah menjadi telapak tangan terbuka. Ia niat menampar pergelangan tangan lawan. Tiba-tiba si gadis melihat sinar gemerlap di tangan Tangchi Paku yang berkilat oleh matahari senja. Jarak sudah terlampau dekat, ia sulit menghindar. Si gadis dengan cerdik dan hebat menggerakkan pergelangan tangan ke bawah lalu ke atas, niat menyampok tangan lawan. Tangchi licik, ia sudah memikirkan perangkap ini. Ia membiarkan gerakan si gadis. Saat yang tepat ia menggentak telapak tangannya, dua paku melayang secepat kilat. Gadis itu tak pernah mengira lawan akan menyambit dengan paku. Ia mengelak, tetapi terlambat. Satu paku lolos, satu lainnya nancap di dada dekat pundak. Tangchi bert
Ada alasan mengapa Jiu Long begitu cepat memetik hasil, hanya dua jurus. Tangchi langsung terluka dan kabur. Pertama, Tangchi sudah terluka oleh pukulan si gadis. Kedua, Jiu Long menyerang ganas tanpa memberi kesempatan. Ketiga, hebatnya jurus Big Bang yang baru selesai ia kuasai. Jiu Long terpesona akan ilmunya tadi. Ia baru pertama kali menggunakan jurus ciptaan pendekar Huangshan dan hasilnya sungguh luar biasa. Dari gerakannya bisa diukur bahwa lawannya tadi bukan sembarang orang. Namun toh bisa ia lukai dalam dua jurus. Saat itu Jiu Long melihat si gadis sempoyongan. Sebelum terjungkal ke dalam sungai, Jiu Long sigap menangkap lengannya. Mendadak gadis itu menyerangnya dengan pukulan ganas, mengarah mata. Jiu Long terkesiap, sama sekali tak menduga akan diserang. Untung saja keracunan membuat pukulan si gadis tak bertenaga. Jiu Long menangkis dengan tenaga ringan, takut si gadis terluka. Si gadis sempoyongan. Pingsan. Jiu Long meraih pinggangnya
Jiu Long membuka mata, si gadis menangkap seberkas sinar tajam. Ada kilatan yang membuat si gadis bergidik. "Orang ini kejam," pikirnya. Sesaat kemudian sinar mata itu kembali ramah dan penuh kedamaian. Ia mengubah penilaian dalam hatinya tadi, "Pemuda ini baik dan luhur budi". Tanpa terasa gadis itu merasa suka, "Terimakasih, pendekar, kamu telah menolong aku," katanya. "Tunggu dulu, nona, kau belum sembuh. Racun masih mengeram dalam tubuhmu, berbahaya. Racun segera mengganas lagi jika tidak cepat ditolong, tetapi... bagaimana ya." "Kenapa? Katakan saja, aku tidak takut mati, tadi memang aku takut, aku takut diperkosa lelaki bejat itu. Kalau mati, aku tidak takut mati" "Bukan mati, tetapi kamu bisa lumpuh. Racun itu ganas, harus dikeluarkan dari tubuhmu, setelah itu kamu minum obat untuk membersihkan darahmu" "Bagaimana mengobatinya, apakah kamu bisa? Apakah kamu punya obatnya?" Saat itu si gadis merasa perutnya mual, "Aku mual, rasanya mau muntah."
Gadis itu memejam mata. "Lakukan sendiri, kamu lebih tahu caranya, toh kamu sudah melihat semuanya, buat apa aku harus malu-malu lagi. Lakukan saja, eh siapa namamu pendekar."Jiu Long tanpa sadar menjawab, "Fei Hung." Jiu Long saat itu sedang menahan gelora birahinya. Ia menyebut asal sebut. Fei Hung. "Aku sedang melayang di angkasa, memegang dan mengurut luka di bagian buah dada yang kenyal ini," katanya dalam hati.Gadis itu sedang memejam mata. "Namaku Meishin." Ia berdiam. Nafasnya mulai terasa panas. Meishin mulai terangsang birahi. Ia berusaha memikirkan hal lain untuk mengalihkan pikiran. Tiba-tiba Jiu Long berbisik, "Sudah selesai, kamu tunggu di sini, aku mencari rumput obat, sebelum hari gelap."Meishin melihat lelaki itu pergi. Hari memang sudah hampir gelap. Tak lama lagi malam akan tiba. Meishin memejamkan mata. Bagian paling sulit telah dilaluinya. Ia masih merasa mukanya panas, nafasnya juga panas. Dadanya bergemuruh. Jantungnya berdegup kencang.