Orang itu lalu duduk di depan Tara yang dalam keadaan pingsan, Ia kemudian melihat tangan kiri Tara. "Apa yang terjadi dengan temanmu nak?" Tanya orang tersebut kepada Danan. Ketika Danan hendak menjawab orang tersebut menghentikannya. "Sebaiknya kau angkat dia lalu ikut denganku." Ucapnya memberi perintah pada Danan.
Danan pun lalu mengangkat Tara dan mengikuti kemana orang itu berjalan hingga sampailah mereka di depan sebuah Gua.
"Masuklah kalian berdua ke dalam Gua ini aku akan membuat penahan ghaib agar makhluk halus tidak masuk ke dalam gua ini." Kata Ki Brada Menyuruh Danan yang saat itu sedang menggendong Tara.
Danan lalu menyandarkan Tara di dinding gua tersebut sedangkan Orang itu berdiri dibibir gua menghadap keluar.
Orang tersebut lalu melakukan gerakan beberapa saat kemudian ia memukul tanah dengan tangannya. Setelah melakukan itu ia pun mendekati mereka berdua.
Ia lalu duduk dan memperkenalkan dirinya kepada Danan "Namaku Brada." ucapnya sambil menjulurkan tangan mengajak Danan bersalaman.
Dengan wajah terkejut Danan lalu menjawab "Bukankah kau salah satu Tabib legendaris saat ini?" Ucap Danan dengan wajah terkejut.
"Tidak aku tak sehebat yang orang katakan" Jawab Ki Brada.
"Sebenarnya tanda kutukan apa yang terdapat pada lengan kiri temanku ini?" Tanya Danan pada Ki Brada.
"Aku akan sedikit bercerita tentang Tanda ini." Jawab Ki Brada yang kemudian duduk di depan Danan.
"Tanda kutukan adalah sebuah tanda yang sengaja dibuat oleh para Dukun Tertinggi, Biasanya tanda ini digunakan untuk membangkitkan Jendral Kerajaan Iblis." Jelas Ki Brada kepada Danan.
"Apakah kita tidak bisa menghapusnya?" Tanya Danan.
"Tanda kutukan adalah hal yang mutlak nak tidak bisa di hapus hanya bisa di tahan supaya tidak ada unsur iblis yang kelak menguasai temanmu ini, apakah kau bersedia jika aku membuatkan ilmu penahan pada tanda kutukannya?" Jawab Ki Brada.
"Aku bersedia" Jawab Danan.
Ki Brada lalu menyuruh Danan berdiri "berdirilah engkau lalu peganglah temanmu ini supaya ia tidak mengamuk disini." Ucap Ki Brada yang kemudian duduk di samping kiri Tara. Setelah mengambil posisi mereka berdua pun melakukan tugasnya masing-masing yaitu Danan menahan Tara serta Ki Brada mengucapkan Ilmu Penahan kutukan.
"Abdi didieu bade nyegel ieu kakuatan kabeh kahurun nu cicing didieu bantuan abdi." Ucap Ki Brada yang kemudian menempelkan telunjuknya ke dekat tanda kutukan, Ia kemudian membuat bentuk segitiga mengelilingi Tanda itu. Apa yang dikatakan Ki Brada itu benar Tara meronta-ronta tanda kutukan itu mulai bereaksi seperti kejadian tadi.
Ketika Segitiga sudah berhasil di buat nampaknya tanda kutukan sudah tidak bereaksi seperti sebelumnya "Apakah sudah cukup?" Tanya Danan yang masih memegang Tara, Ki Brada lalu menjawab "Sudah silahkan lepaskan temanmu ini sudah aman sekarang." Jawab Ki Brada.
Danan lalu melepaskan Tara, Ki Brada lalu menyuruh Danan melihat keluar Gua "Nak coba lihat diluar sana" Ucap Ki Brada menyuruh Danan. Alangkah terkejutnya Danan ketika ia melihat dari balik penahan ternyata diluar sudah banyak makhluk halus berdiam di sekitaran Gua mulai dari Tuyul, Pocong, Kuntilanak sedang melihat ke arah Gua.
Danan lalu berbalik kembali ke arah Ki Brada sambil menanyakan apa yang terjadi "Sebenarnya apa yang terjadi Ki?" Tanya Danan pada Ki Brada. Pertanyaan tersebut hanya dibalas senyum lalu Ki Brada menjawab "Yang terjadi adalah tanda kutukan seperti milik temanmu adalah panggilan untuk mereka, mereka meyakini jika bisa menghisap darah pemilik tanda ini mereka akan di angkat menjadi jendral perang Kerajaan Siluman," Ia lalu berdiri "Andai saja aku tidak membentengi Gua ini mungkin temanmu sudah mati." Lanjut Ki Brada.
Danan lalu duduk kembali di hadapan Ki Brada dan bertanya tentang siapa Ki Brada ini sesungguh "Sebenarnya aki ini siapa?" Tanya Danan pada Ki Brada. Ki Brada hanya tertawa mendengar pertanyaan itu "Aku hanyalah orang biasa, aku mendapatakan tugas dari pemimpin kelompokku untuk membantu kalian" Jawab Ki Brada.
Ki Brada lalu berdiri dan berjalan ke arah bibir Gua "Penahan ini akan hancur sendirinya ketika matahari sudah terbit sempurna" Ucapnya sambil berbalik ke arah Danan.
Danan lalu hendak mendekati Ki Brada namun Ki Brada melarangnya "Sebaiknya kau jaga dia aku akan pergi sekarang karena ku yakin Indra A telah menungguku" Ucapnya yang kemudian pergi keluar.
Mendengar perkataan Ki Brada akhirnya Ia kembali duduk di dekat Tara sambil melihat senjata yang di berikan oleh Orang di kota tadi hingga akhirnya ia pun tertidur di samping Tara.
Tara terbangun dari tidurnya ketika sinar matahari masuk ke sela sela Gua.Ia lalu membangunkan Danan lalu bertanya "apa yang terjadi semalam?" Tanya Tara pada Danan.Danan menceritakan kejadian semalam, Lalu setelah bercerita ia mengajak Tara pergi untuk melanjutkan perjalanannya "Ayo Kita pergi Bos kita lanjutkan perjalanan kita" Ucap Danan yang berdiri mengajak Tara.Namun Tara masih tidak paham terhadap apa yang Danan Cerita ia tetap bertanya "Sebenarnya aa yang terjadi?" Tanya Tara.Danan menghela nafas lalu menjawab "Tanda milikmu bereaksi dan membuat dirimu pingsan lalu ada seseorang yang menolongmu" Jawab Danan sambil berjalan keluar Gua.
Astra mengajak Tara serta Danan untuk mengunjungi Desa tempatnya tinggal bersama Kakeknya."Kalian berdua sebagai permintaan maaf atas kesombonganku, aku ingin mengajak kalian mengunjungi Desaku yaitu Desa Tri." Kata Astra."Baiklah aku terima lagi pula perutku sudah lapar." Jawab Tara dengan senyum kecil.Mereka bertiga akhirnya berjalan ke arah Desa Tri dan ketika sampai di gerbang Desa Tri, Mereka di suguhi oleh kejadian yang terduga yaitu seorang kakek yang tidak berdaya terlempar dari dalam toko kearah jalanan.Tara serta Danan yang melihat kejadian itu langsung marah, namun Astra menghalaunya "Jangan pernah ikut campur." Ucap Astra sambil memegang Pergelangan tangan Tara,&n
Kota way masih porak poranda akibat kerusuhan Kemarin. Salah seorang Jendral Bintang 3 mendatangi Kota tersebut untuk mencari informasi tentang kerusuhan di kota tersebut. Ia turun di dari kuda yang ia tunggangi "Apa yang sebenarnya terjadi dan dimana Kapten dari Prajurit Nusantara yang bertugas di kota ini?" Tanya Jendral itu kepada beberapa prajurit. Salah seorang prajurit lalu maju menghadap Jendral "Saya Komandan!" Kata Prajurit tersebut dengan posisi tegak sempurna. "Baiklah ikut denganku menuju bekas panggung eksekusi kemarin aku ingin mengetahui detail kejadian disini." Jendral tersebut lalu pergi ke arah panggung eksekusi. Jendrala tersebut bernama Brawijaya atau si Tangan Sa
Setelah perginya AZ & ZA, tanpa lama Tara, Danan dan Astra pun pergi dari tempat itu menuju markas Kelompok Aswa.Setibanya di markas itu, markas itu berupa kantor kepala desa dengan halaman yang cukup luas, dahulu sebelum penjajahan oleh kelompok Aswa kantor ini sering digunakan untuk menggelar acara masyarakat."Ini adalah markas mereka," Ucap Astra sambil membuka gerbang, "Dahulu kantor ini digunakan warga untuk melakukan berbagai macam aktivitas." Lanjutnya sambil menyuruh Danan dan Tara masuk.Merekapun disambut oleh banyak pasukan Aswa yang sudah siap untuk menyerangnya.Dengan tatapan tajam Danan terfokus kepada seorang wanita yang berada di tengah ZA & AZ."Bukankah itu Citra yang dulu pernah satu perguruan denganku, mengapa ia berada di kelompok itu?" Ucap Danan dalam hatinya."Hey Danan mengapa kau terdiam apakah kau takut?" Tanya Astra dengan nada mengejek."Apa kau
Keadaan didalam sangat berbanding terbalik dengan keadaan diluar. Jika diluar bisa diselesaikan dengan perundingan maka di dalam orang-orang sedang bertarung.Saat itu Aswa hanya duduk sambil melihat ZA & AZ bertarung melawan Tara & Astra."Hei Citra mengapa kau membelot?" Ucap Aswa disinggasana nya."Tuan, aku sudah menemukan jalanku!" Jawab Citra dengan penuh semangat.Astra tiba-tiba melompat mundur kearah Danan lalu bertanya padanya "bagaimana mungkin kau bisa berdamai dengan kelompok ini?" Tanya Astra.Si kembar nampak kewalahan melawan Tara & Astra, merekapun melihat mundur selain itu Aswa juga memerintahkannya untuk berhenti bertarung."Hentikan pertarungan ini." Ucap Aswa."Baiklah Tuan." Jawab ZA yang kemudian mundur kearah Aswa.Aswa lalu berdiri dari singgasananya dan berdiri lalu memerintahkan "Bawakan aku Kakek Tua itu." Perintah Aswa kepada AZ & ZA. ZA lantas pergi ke sebuah ruangan selang beberapa saat ia kembali dengan seor
Darah Murni terbagi menjadi 3 tingkat, antara lain; Tingkat pertama Dimana ia sama sekali tidak bisa mengontrol kekuatannya. Tingkat kedua ia bisa mengontrol tapi masih kalah dengan kekuatannya. Tingkat ketiga ia bisa sepenuhnya mengontrol kekuatan yang terpendam pada dirinya.Astra saat ini berada di tingkat pertama, ia tidak bisa mengontrol kekuatan Harimau hasilnya ia dikendali oleh kemarahan, kebencian yang terpendam pada dirinya.--Tara, Danan mendengarkan teriakan Citra, Kemudian mereka berdua pun melompat agar tidak menghalangi jalan Astra."Hahahaha…Cindaku aku tak mengira bocah seperti kau bisa memiliki kekuatan ini" Ucap Aswa, "Kalian sebaiknya cukup melihat pertarunganku." Lanjut menyuruh ZA & AZ menjauh darinya.5 orang yang berada disana hanya melihat pertarungan Astra, ZA & AZ tidak menyerang Tara, Danan dan Citra."Tara, Danan sebaiknya kalian bawa jasad Kakek Astra serta Amankan Pusaka Trisula itu." Perintah Citr
Ia berlari kearah Tara dengan posisi membuka tangannya agar ketika sampai di depan Tara ia bisa langsung menyerangnya."Sialan ia lumayan cepat juga," Ucap Tara dalam hatinya ketika melihat Aswa berlari kearahnya, "Aku pasti bisa mengalahkannya." Ia melanjutkan perkataan didalam hatinya setelah melompat menghindari serangan dari Aswa.Tara terus melompat ke belakang sebari menghindari serangan Aswa yang menggunakan cakar ditangannya, hingga akhirnya Tara melompat sedikit jauh untuk membuat posisi menyerang.Aswa pun menghentikan serangan membabi buta tersebut ketika Tara melompat sedikit jauh darinya "Apa itu saja kemampuanmu, terus menghindar?" Aswa menghina Tara. "Baiklah ini giliranku." Jawab Tara sambil mengeluarkan pedangnya kembali dan membuat gerakan dengan pedangnya."Angin Puyuh!" Teriak Tara yang kemudian mengarahkan pedang itu kearah Aswa lalu memutarkannya, dan keluarlah sebuah pusaran angin yang dari Pedang yang ia pegang itu. An
Hari sudah gelap ketika mereka mulai memasuki hutan larangan tersebut, sebenarnya memasuki hutan larangan pada malam hari itu sangatlah dilarang karena resikonya bisa berakibat fatal.Banyak makhluk buas serta tak kasat mata yang sangat berbahaya di dalam hutan larangan. Semakin dalam mereka memasuki hutan itu semakin mencekam pula keadaannya, mereka tidak boleh menyalakan penerangan sedikitpun karena itu bisa mengundang makhluk tak kasat mata. Hanya rembulanlah yang menyinari jalan mereka dan hati merekalah yang menunjukkan kemana mereka melangkah."Hey tara apa kau sadar kita sedang diawasi?" Tanya Danan kepada Tara yang berada di depannya."Iya Danan aku tahu itu, kita ini sedang diawasi nampaknya banyak mata mengarah kepada kita." Jawab Tara."Apakah boleh aku yang berada di tengah?" Kata Astra dengan penuh ketakutan, Astra berjalan dibelakang Danan."Ya…ya…ya silahkan biarkan aku menggantikanmu." Jawab Danan dengan nada sedikit kesal."Hey memangnya ada ap