Tara terbangun dari tidurnya ketika sinar matahari masuk ke sela sela Gua.
Ia lalu membangunkan Danan lalu bertanya "apa yang terjadi semalam?" Tanya Tara pada Danan.
Danan menceritakan kejadian semalam, Lalu setelah bercerita ia mengajak Tara pergi untuk melanjutkan perjalanannya "Ayo Kita pergi Bos kita lanjutkan perjalanan kita" Ucap Danan yang berdiri mengajak Tara.
Namun Tara masih tidak paham terhadap apa yang Danan Cerita ia tetap bertanya "Sebenarnya aa yang terjadi?" Tanya Tara.
Danan menghela nafas lalu menjawab "Tanda milikmu bereaksi dan membuat dirimu pingsan lalu ada seseorang yang menolongmu" Jawab Danan sambil berjalan keluar Gua.
Pagi hari itu Hutan Kerajaan Way sangatlah indah banyak burung berkicau seakan mereka berbicara satu sama lain.
"Ah aku rindu udara segar seperti ini" Terang Danan sambil meregangkan kedua tangannya.
"Lantas kita akan pergi kemana Danan?" Tanya Tara pada Danan. Danan lalu menoleh ke arah Tara "Kita akan pergi sesuai dengan arah matahari terbit" Jawab Danan.
"Kota apa setelah kerajaan way ini?" Tanya Tara.
"Seingatku Kerajaan kelok, namun sebelum tiba di kerajaan itu kita harus melewati ngarai pemisah dan yang ku tahu di ngarai itu banyak sekali begal" Jawab Danan.
Mereka terus berjalan hingga matahari sudah berada di atas kepala dan pada saat itu mereka tiba di sebuah kali di tengah hutan tersebut. "Danan ayo kita beristirahat sebentar dari kemarin aku belum makan ayo kita cari makanan" Ucap Tara pada Danan.
"Baiklah aku akan mencari kambing hutan di sekitar sini, Sedangkan tugas kau adalah mencari kayu bakar" Jawab Danan yang Kemudian pergi.
Selepas mereka berdua berhasil membawa apa yang telah disetujui tadi, merekapun kembali ke tempat itu.
"Ahhh akhirnya aku menemukan kambing yang pas" Ucap Danan sambil menaruh kambing itu di pinggir sungai.
Tara lalu menaruh kayu yang ia bawa dan mendekat ke Danan untuk membantu mengolah kambing itu.
Hingga tiba-tiba seseorang berjalan di sebrang sungai tersebut. "Heyyy kalian berdua sedang apa disini!!!" Teriak orang tersebut pada Tara serta Danan.
"Kami hanya pengembara yang menumpang lewat Tuan" Jawab Danan.
Orang itu nampak menghentakkan Trisula yang ia bawa ke arah bebatuan yang ia pijak, seketika itu air sungai yang tadinya tenang mendadak berubah menjadi arus yang kuat.
"Kalian adalah pembohong!!" Teriak orang itu.
"Apa yang kau maksud?," Danan yang kemudian berdiri, Ia kemudian mengambil panah lalu mengarahkan panahnya ke arah orang itu "Sekali lagi kau berucap maka itu adalah ucapaan terakhirmu" Danan sudah bersiap menembakkan panahnya.
"Orang-orang sampah seperti kalian layak mati!" Orang tersebut berteriak lagi.
Hal tersebut makin membuat Danan marah hingga akhirnya Danan memanah orang tersebut, namun orang tersebut berhasil menghindari setiap anak panah Danan.
"Jika kau berani maka datanglah kesini" Ucap Tara pada orang itu.
"Baiklah aku akan kesana" Jawab orang itu yang kemudian berjalan di atas Air.
Danan dan Tara melihat hal itu langsung mengeluarkan raut wajah yang terkejut, "Eh bagaimana bisa kau melakukan hal itu?" Sahut Tara pada orang tersebut.
"Apakah kalian terkejut melihat hal ini?" Tanya orang tersebut yang terus berjalan diatas sungai tersebut, Ketika ia sudah sampai ia lalu memberitahukan namanya "Namaku adalah Astra!" Teriak orang itu.
"Apakah kau mau bergabung dengan kelompokku?" Tanya Tara pada Astra dengan wajah biasa saja, Sedangkan Danan yang mendengar hal tersebut langsung terlihat kesal "Sialan kau Tara orang seperti ini kau ajak bergabung?" Ucap Danan dengan suara kesal.
Astra hanya tertawa mendengar dua orang itu beradu mulut, ketika mereka masih beradu argumen Astra lalu menyerang mereka "Air: Panah Air" Teriak Astra sambil mengarahkan Trisula yang ia bawa ke arah Danan serta Tara.
"Sialan apa yang kau lalukan bodoh!" Teriak Danan sambil terus melompat menghindari serangan Astra begitupun dengan Tara ia terus menghindar sambil tertawa.
Tara kemudian melompat ke Dahan sebuah pohon, disana ia berdiri lalu berucap "Ayo kita bertarung dan jika aku menang kau harus ikut denganku sedangkan jika aku kalah maka kau bebas melakukan apapun kepadaku" Sahut Tara yang masih berdiri diatas Dahan sebuah pohon.
"Kau jangan melakukan hal seenaknya Tara!" Teriak Danan dari Dahan pohon yang lain.
Sedangkan Astra masih berada di tempat yang sama ketika Menerima tantangan Tara "Baiklah aku menerima tantanganmu!" Jawab Astra, "Turunlah dan lawan diriku" Lanjut Astra menyuruh Tara turun.
Tara kemudian turun dan berdiri di depan Astra sekitar 10 Meter.
Pertarunganpun di mulai.
Astra berlari ke arah Tara untuk menyerangnya menggunakan Trisula yang ia pegang "slash…slash" suara serangan dari Trisula yang terus di Tahan oleh pedang yang Tara bawa.
Tara kemudian melompat ke belakang untuk menjauh supaya ia memiliki tempat yang pas untuk mengeluarkan Jurus yang ia miliki, namun Astra terus menekannya kali ini Astra menggunakan jurus air nya.
"Air: Tombak Air!!!" Teriak Astra sambil mengarahkan Trisula ke arah Tara.
Sebuah Tombak yang terbuat dari Air kemudian melesat dengan cepat ke arah Tara, namun Tara berhasil Menghindarinya "Hampir saja…" Ucapnya sambil melompat ke arah sisi lain sungai itu, ia kemudian melihat pohon yang terkena jurus itu "Jika itu diriku mungkin aku sudah mati." Ucapnya dengan nada pelan.
"Hai bodoh!, Kenapa engkau menjauh? Apakah kau takut padaku?" Ucap Astra di sebrang sungai memprovokasi Tara untuk melompat kembali ke hadapannya.
Tara lalu melihat ke arah Astra sambil berteriak "Ini adalah serangan terakhirku!," Ia mengarahkan pedangnya hingga sejajar dengan matanya kemudian mengambil kuda-kuda "Angin: Pembelah Angin." Ucap sambil mengayunkan pedangnya ke depan.
Sebuah serangan angin takbisa di hindari oleh Astra, Ia kemudian langsung jatuh saat itu juga.
Danan lalu menghampiri Astra dan mengarahkan panahnya ke wajah Astra "Hari ini adalah hari kematianmu." Ucap Danan.
Tara lalu melompat kembali dan menghampiri mereka berdua kemudian ia menepuk pundak sebelah kiri Danan "Sebaiknya kita ajak ia bergabung" Ucap Tara sambil menepuk Pundak Danan.
Sontak Danan langsung menatap wajah Tara "Apa kau gila!!" Ucapnya dengan Nada kesal.
"Tidak apa Danan, Ia cukup hebat dan kita juga sedang membutuhkan Anggota bukan?" Jawab Tara.
"Baiklah jika itu mau mu aku tidak bisa melarangnya" Jawab Danan sambil menaruh kembali panah ke punggungnya.
Astra mengajak Tara serta Danan untuk mengunjungi Desa tempatnya tinggal bersama Kakeknya."Kalian berdua sebagai permintaan maaf atas kesombonganku, aku ingin mengajak kalian mengunjungi Desaku yaitu Desa Tri." Kata Astra."Baiklah aku terima lagi pula perutku sudah lapar." Jawab Tara dengan senyum kecil.Mereka bertiga akhirnya berjalan ke arah Desa Tri dan ketika sampai di gerbang Desa Tri, Mereka di suguhi oleh kejadian yang terduga yaitu seorang kakek yang tidak berdaya terlempar dari dalam toko kearah jalanan.Tara serta Danan yang melihat kejadian itu langsung marah, namun Astra menghalaunya "Jangan pernah ikut campur." Ucap Astra sambil memegang Pergelangan tangan Tara,&n
Kota way masih porak poranda akibat kerusuhan Kemarin. Salah seorang Jendral Bintang 3 mendatangi Kota tersebut untuk mencari informasi tentang kerusuhan di kota tersebut. Ia turun di dari kuda yang ia tunggangi "Apa yang sebenarnya terjadi dan dimana Kapten dari Prajurit Nusantara yang bertugas di kota ini?" Tanya Jendral itu kepada beberapa prajurit. Salah seorang prajurit lalu maju menghadap Jendral "Saya Komandan!" Kata Prajurit tersebut dengan posisi tegak sempurna. "Baiklah ikut denganku menuju bekas panggung eksekusi kemarin aku ingin mengetahui detail kejadian disini." Jendral tersebut lalu pergi ke arah panggung eksekusi. Jendrala tersebut bernama Brawijaya atau si Tangan Sa
Setelah perginya AZ & ZA, tanpa lama Tara, Danan dan Astra pun pergi dari tempat itu menuju markas Kelompok Aswa.Setibanya di markas itu, markas itu berupa kantor kepala desa dengan halaman yang cukup luas, dahulu sebelum penjajahan oleh kelompok Aswa kantor ini sering digunakan untuk menggelar acara masyarakat."Ini adalah markas mereka," Ucap Astra sambil membuka gerbang, "Dahulu kantor ini digunakan warga untuk melakukan berbagai macam aktivitas." Lanjutnya sambil menyuruh Danan dan Tara masuk.Merekapun disambut oleh banyak pasukan Aswa yang sudah siap untuk menyerangnya.Dengan tatapan tajam Danan terfokus kepada seorang wanita yang berada di tengah ZA & AZ."Bukankah itu Citra yang dulu pernah satu perguruan denganku, mengapa ia berada di kelompok itu?" Ucap Danan dalam hatinya."Hey Danan mengapa kau terdiam apakah kau takut?" Tanya Astra dengan nada mengejek."Apa kau
Keadaan didalam sangat berbanding terbalik dengan keadaan diluar. Jika diluar bisa diselesaikan dengan perundingan maka di dalam orang-orang sedang bertarung.Saat itu Aswa hanya duduk sambil melihat ZA & AZ bertarung melawan Tara & Astra."Hei Citra mengapa kau membelot?" Ucap Aswa disinggasana nya."Tuan, aku sudah menemukan jalanku!" Jawab Citra dengan penuh semangat.Astra tiba-tiba melompat mundur kearah Danan lalu bertanya padanya "bagaimana mungkin kau bisa berdamai dengan kelompok ini?" Tanya Astra.Si kembar nampak kewalahan melawan Tara & Astra, merekapun melihat mundur selain itu Aswa juga memerintahkannya untuk berhenti bertarung."Hentikan pertarungan ini." Ucap Aswa."Baiklah Tuan." Jawab ZA yang kemudian mundur kearah Aswa.Aswa lalu berdiri dari singgasananya dan berdiri lalu memerintahkan "Bawakan aku Kakek Tua itu." Perintah Aswa kepada AZ & ZA. ZA lantas pergi ke sebuah ruangan selang beberapa saat ia kembali dengan seor
Darah Murni terbagi menjadi 3 tingkat, antara lain; Tingkat pertama Dimana ia sama sekali tidak bisa mengontrol kekuatannya. Tingkat kedua ia bisa mengontrol tapi masih kalah dengan kekuatannya. Tingkat ketiga ia bisa sepenuhnya mengontrol kekuatan yang terpendam pada dirinya.Astra saat ini berada di tingkat pertama, ia tidak bisa mengontrol kekuatan Harimau hasilnya ia dikendali oleh kemarahan, kebencian yang terpendam pada dirinya.--Tara, Danan mendengarkan teriakan Citra, Kemudian mereka berdua pun melompat agar tidak menghalangi jalan Astra."Hahahaha…Cindaku aku tak mengira bocah seperti kau bisa memiliki kekuatan ini" Ucap Aswa, "Kalian sebaiknya cukup melihat pertarunganku." Lanjut menyuruh ZA & AZ menjauh darinya.5 orang yang berada disana hanya melihat pertarungan Astra, ZA & AZ tidak menyerang Tara, Danan dan Citra."Tara, Danan sebaiknya kalian bawa jasad Kakek Astra serta Amankan Pusaka Trisula itu." Perintah Citr
Ia berlari kearah Tara dengan posisi membuka tangannya agar ketika sampai di depan Tara ia bisa langsung menyerangnya."Sialan ia lumayan cepat juga," Ucap Tara dalam hatinya ketika melihat Aswa berlari kearahnya, "Aku pasti bisa mengalahkannya." Ia melanjutkan perkataan didalam hatinya setelah melompat menghindari serangan dari Aswa.Tara terus melompat ke belakang sebari menghindari serangan Aswa yang menggunakan cakar ditangannya, hingga akhirnya Tara melompat sedikit jauh untuk membuat posisi menyerang.Aswa pun menghentikan serangan membabi buta tersebut ketika Tara melompat sedikit jauh darinya "Apa itu saja kemampuanmu, terus menghindar?" Aswa menghina Tara. "Baiklah ini giliranku." Jawab Tara sambil mengeluarkan pedangnya kembali dan membuat gerakan dengan pedangnya."Angin Puyuh!" Teriak Tara yang kemudian mengarahkan pedang itu kearah Aswa lalu memutarkannya, dan keluarlah sebuah pusaran angin yang dari Pedang yang ia pegang itu. An
Hari sudah gelap ketika mereka mulai memasuki hutan larangan tersebut, sebenarnya memasuki hutan larangan pada malam hari itu sangatlah dilarang karena resikonya bisa berakibat fatal.Banyak makhluk buas serta tak kasat mata yang sangat berbahaya di dalam hutan larangan. Semakin dalam mereka memasuki hutan itu semakin mencekam pula keadaannya, mereka tidak boleh menyalakan penerangan sedikitpun karena itu bisa mengundang makhluk tak kasat mata. Hanya rembulanlah yang menyinari jalan mereka dan hati merekalah yang menunjukkan kemana mereka melangkah."Hey tara apa kau sadar kita sedang diawasi?" Tanya Danan kepada Tara yang berada di depannya."Iya Danan aku tahu itu, kita ini sedang diawasi nampaknya banyak mata mengarah kepada kita." Jawab Tara."Apakah boleh aku yang berada di tengah?" Kata Astra dengan penuh ketakutan, Astra berjalan dibelakang Danan."Ya…ya…ya silahkan biarkan aku menggantikanmu." Jawab Danan dengan nada sedikit kesal."Hey memangnya ada ap
25 Tahun laluPantai sebuah pulau nampak karam sebuah pinisi, orang-orang mengepung pinisi tersebut karena takut isinya penjahat."Hei kau orang yang berada diatas menyerahlah atau kami akan membunuhmu!" Teriak salah seorang pria yang mengepung kapal pinisi itu. Seseorang lantas keluar dari kapal tersebut dan mengacung sebuah pistol terlebih dahulu kearah atas "Maafkan kami tuan, kami hanya pedagang yang terdampar. Ucap suara orang yang memegang pistol.Orang-orang yang mengepung pinisi itu perlahan-lahan menjauh karena mereka tahu orang yang berada di dalam pinisi itu adalah perampok.Si pemegang pistol lalu kemudian berdiri diatas pinisi tersebut "Hey apa kalian tahu seseorang yang bernama Darma?" Tanya orang itu sambil menaruh kembali pistolnya ke ikat pinggangnya.Para pengepung pinisi lalu mengacungkan kembali senjata mereka setelah mendengar perkataan beliau "Hendak apa kau mencari dia, Apa kau hendak membunuhnya