Beranda / Fantasi / Legenda: Nusantara / Bab 1.6: Misteri Tragedi Kota Way

Share

Bab 1.6: Misteri Tragedi Kota Way

Penulis: Rmdni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kota way masih porak poranda akibat kerusuhan Kemarin.

Salah seorang Jendral Bintang 3 mendatangi Kota tersebut untuk mencari informasi tentang kerusuhan di kota tersebut.

Ia turun di dari kuda yang ia tunggangi "Apa yang sebenarnya terjadi dan dimana Kapten dari Prajurit Nusantara yang bertugas di kota ini?" Tanya Jendral itu kepada beberapa prajurit.

Salah seorang prajurit lalu maju menghadap Jendral "Saya Komandan!" Kata Prajurit tersebut dengan posisi tegak sempurna.

"Baiklah ikut denganku menuju bekas panggung eksekusi kemarin aku ingin mengetahui detail kejadian disini." Jendral tersebut lalu pergi ke arah panggung eksekusi.

Jendrala tersebut bernama Brawijaya atau si Tangan Sakti Brawijaya. Julukan itu bukan tanpa sebab melainkan menurut informasi yang beredar kekuatan tangannya setara dengan 100 orang biasa terlebih ia menguasai betul Ilmu yang berhubungan dengan kekuatan Pukulan.

Brawijaya berjalan kearah panggung tersebut "Baiklah ceritakan padaku." ia kemudian duduk di atas bekas panggung yang rusak itu.

"Baiklah komandan. Aku akan menceritakannya," Ucap Prajurit yang kemudian juga duduk dihadapan Jendral "Aku tidak pernah menyangka bahwa kota sekecil ini datang seorang dengan harga tinggi." Kata Prajurit itu dengan tatapan kosong.

Brawijaya penasaran akan apa yang prajurit tersebut katakan "Siapa yang kau maksud nak?" Tanya Brawijaya.

"Indra A." Jawab Kapten itu.

"Apa?" Brawijaya sedikit mengeluarkan ekspresi terkejut ketika ia mendengar jawaban dari Kapten, Begitupun dengan Pengawal Brawijaya yang berdiri di belakang Brawijaya.

"Bagaimana mungkin orang seperti itu datang ke ujung sumatera tanpa alasan yang jelas." (Ucap Brawijaya di dalam hati).

"Bos, apa perlu kita melakukan pelacakan?" Tanya Pengawalnya.

Brawijaya lalu berdiri dan berjalan ke arah ia datang tadi "Itu terlalu bisa ditebak biarkan kau dan aku yang pergi mencarinya." Kata Brawijaya kepada pengawalnya.

"Baiklah Bos" Jawab Pengawalnya.

Mereka bertigapun pergi ke arah tempat tadi.

Malam Hari

Brawijaya mengajak Pengawalnya pergi dari Kota Way, sedangkan para prajurit yang ikut bersama diberi tugas untuk bersiaga di kota tersebut ketika ia pergi.

Dalam perjalanan.

"Hendak pergi kemana kita?" Tanya Pengawal kepada Brawijaya.

"Kesebuah tempat dibukit itu," Kata Brawijaya sambil menunjuk sebuah bukit dengan jari kanannya "Disana terdapat sebuah bangunan kosong ku yakin orang yang kita cari ada disana." Kata Brawijaya sambil terus berjalan kaki.

"Mengapa kau begitu yakin bos?" Tanya Prajurit itu.

"Karena aku yakin itu saja." Jawab Brawijaya yang kemudian tertawa.

Sesampainya dibangunan kosong tadi yang berjarak sekitar 2 kilometer ke arah barat.

Sinar Bulan nampak begitu bersinar ketika mereka berdua sampai di depan bangunan tersebut, mereka di sambut oleh sebuah lemparan pisau yang mengarah ke mereka berdua.

"Bos Awas!" Kata Pengawal sambil menangkis lemparan pisau dengan pedang yang ia bawa.

Brawijaya masih santai saja meskipun hampir terkena pisau "Waspada disini ada musuhnya," Kata Brawijaya sambil berjalan terus dan kemudian menatap ke arah atas pohon di depannya "Lihatlah keatas." Kata Brawijaya.

Pengawal tersebut nampak terkejut ketika melihat seorang pria sedang berdiri diatas dahan pohon di depannya "Bukankah ia Brada tabib yang cukup sakti di Nusantara?" Tanya Pengawal pada Brawijaya.

"Ya benar dan jika ada dia disini maka ada Indra di sekitar tempat ini." Jawab Brawijaya.

"Brada dimana Ketua Kelompokmu?" Tanya Brawijaya pada Brada, Brada lalu melompat ke depan 2 orang tersebut "Itu disana." Jawab Brada Sambil menunjuk kearah Bangunan hancur.

Ketika Brawijaya dan mengawalnya berjalan ke arah bangunan tersebut Brada tinggal diam ia langsung mencegat Pengawal Brawijaya "Kau sebaiknya diam disini nak." Kata Brada dengan posisi tangan mengalahi Pengawal Brawijaya.

Akhirnya Brawijaya sampai di bangunan itu lalu memasuki bangunan itu, Bangunan tersebut hanya tersisa bagian lantai dan beberapa tembok yang berdiri sedangkan atapnya sudah tidak tersisa. Nampak di ujung bangunan berdiri seorang pria menghadap barat.

"Ayah apa kau ingat tempat ini?" Tanya Pria itu.

"Mengapa kau kembali ke kota ini Indra?" Jawab Brawijaya.

Pria tersebut lalu berbalik dan berjalan ke arah Brawijaya, ketika sampai di hadapannya ia menjawab "Apa kau tahu ayah, Anakku sekarang sudah dewasa." Bisik Indra pada telinga sebelah kiri Brawijaya.

Brawijaya lalu mendorong Indra setelah mendengar jawaban itu ia marah besar pada Indra "Bodoh!!!" Jawab Brawijaya dengan nada tegas.

"Kauuuu!!!!" Kata Brawijaya sambil mengarahkan pukulan kepada Indra.

Alih-Alih menghindari pukulan itu Indra malah membalasnya dengan cara mengarahkan pukulan kearah tangan yang sama.

Terjadi efek kejut yang membuat beberapa pohon bergerak layaknya terkena angin dan tabib serta pengawal pergi menuju bangunan

Kota way masih porak poranda akibat kerusuhan Kemarin.

Salah seorang Jendral Bintang 3 mendatangi Kota tersebut untuk mencari informasi tentang kerusuhan di kota tersebut.

Ia turun di dari kuda yang ia tunggangi "Apa yang sebenarnya terjadi dan dimana Kapten dari Prajurit Nusantara yang bertugas di kota ini?" Tanya Jendral itu kepada beberapa prajurit.

Salah seorang prajurit lalu maju menghadap Jendral "Saya Komandan!" Kata Prajurit tersebut dengan posisi tegak sempurna.

"Baiklah ikut denganku menuju bekas panggung eksekusi kemarin aku ingin mengetahui detail kejadian disini." Jendral tersebut lalu pergi ke arah panggung eksekusi.

Jendrala tersebut bernama Brawijaya atau si Tangan Sakti Brawijaya. Julukan itu bukan tanpa sebab melainkan menurut informasi yang beredar kekuatan tangannya setara dengan 100 orang biasa terlebih ia menguasai betul Ilmu yang berhubungan dengan kekuatan Pukulan.

Brawijaya berjalan kearah panggung tersebut "Baiklah ceritakan padaku." ia kemudian duduk di atas bekas panggung yang rusak itu.

"Baiklah komandan. Aku akan menceritakannya," Ucap Prajurit yang kemudian juga duduk dihadapan Jendral "Aku tidak pernah menyangka bahwa kota sekecil ini datang seorang dengan harga tinggi." Kata Prajurit itu dengan tatapan kosong.

Brawijaya penasaran akan apa yang prajurit tersebut katakan "Siapa yang kau maksud nak?" Tanya Brawijaya.

"Indra A." Jawab Kapten itu.

"Apa?" Brawijaya sedikit mengeluarkan ekspresi terkejut ketika ia mendengar jawaban dari Kapten, Begitupun dengan Pengawal Brawijaya yang berdiri di belakang Brawijaya.

"Bagaimana mungkin orang seperti itu datang ke ujung sumatera tanpa alasan yang jelas." (Ucap Brawijaya di dalam hati).

"Bos, apa perlu kita melakukan pelacakan?" Tanya Pengawalnya.

Brawijaya lalu berdiri dan berjalan ke arah ia datang tadi "Itu terlalu bisa ditebak biarkan kau dan aku yang pergi mencarinya." Kata Brawijaya kepada pengawalnya.

"Baiklah Bos" Jawab Pengawalnya.

Mereka bertigapun pergi ke arah tempat tadi.

Malam Hari

Brawijaya mengajak Pengawalnya pergi dari Kota Way, sedangkan para prajurit yang ikut bersama diberi tugas untuk bersiaga di kota tersebut ketika ia pergi.

Dalam perjalanan.

"Hendak pergi kemana kita?" Tanya Pengawal kepada Brawijaya.

"Kesebuah tempat dibukit itu," Kata Brawijaya sambil menunjuk sebuah bukit dengan jari kanannya "Disana terdapat sebuah bangunan kosong ku yakin orang yang kita cari ada disana." Kata Brawijaya sambil terus berjalan kaki.

"Mengapa kau begitu yakin bos?" Tanya Prajurit itu.

"Karena aku yakin itu saja." Jawab Brawijaya yang kemudian tertawa.

Sesampainya dibangunan kosong tadi yang berjarak sekitar 2 kilometer ke arah barat.

Sinar Bulan nampak begitu bersinar ketika mereka berdua sampai di depan bangunan tersebut, mereka di sambut oleh sebuah lemparan pisau yang mengarah ke mereka berdua.

"Bos Awas!" Kata Pengawal sambil menangkis lemparan pisau dengan pedang yang ia bawa.

Brawijaya masih santai saja meskipun hampir terkena pisau "Waspada disini ada musuhnya," Kata Brawijaya sambil berjalan terus dan kemudian menatap ke arah atas pohon di depannya "Lihatlah keatas." Kata Brawijaya.

Pengawal tersebut nampak terkejut ketika melihat seorang pria sedang berdiri diatas dahan pohon di depannya "Bukankah ia Brada tabib yang cukup sakti di Nusantara?" Tanya Pengawal pada Brawijaya.

"Ya benar dan jika ada dia disini maka ada Indra di sekitar tempat ini." Jawab Brawijaya.

"Brada dimana Ketua Kelompokmu?" Tanya Brawijaya pada Brada, Brada lalu melompat ke depan 2 orang tersebut "Itu disana." Jawab Brada Sambil menunjuk kearah Bangunan hancur.

Ketika Brawijaya dan mengawalnya berjalan ke arah bangunan tersebut Brada tinggal diam ia langsung mencegat Pengawal Brawijaya "Kau sebaiknya diam disini nak." Kata Brada dengan posisi tangan mengalahi Pengawal Brawijaya.

Akhirnya Brawijaya sampai di bangunan itu lalu memasuki bangunan itu, Bangunan tersebut hanya tersisa bagian lantai dan beberapa tembok yang berdiri sedangkan atapnya sudah tidak tersisa. Nampak di ujung bangunan berdiri seorang pria menghadap barat.

"Ayah apa kau ingat tempat ini?" Tanya Pria itu.

"Mengapa kau kembali ke kota ini Indra?" Jawab Brawijaya.

Pria tersebut lalu berbalik dan berjalan ke arah Brawijaya, ketika sampai di hadapannya ia menjawab "Apa kau tahu ayah, Anakku sekarang sudah dewasa." Bisik Indra pada telinga sebelah kiri Brawijaya.

Brawijaya lalu mendorong Indra setelah mendengar jawaban itu ia marah besar pada Indra "Bodoh!!!" Jawab Brawijaya dengan nada tegas.

"Kauuuu!!!!" Kata Brawijaya sambil mengarahkan pukulan kepada Indra.

Alih-Alih menghindari pukulan itu Indra malah membalasnya dengan cara mengarahkan pukulan kearah tangan yang sama.

Terjadi efek kejut yang membuat beberapa pohon bergerak layaknya terkena angin dan tabib serta pengawal pergi menuju bangunan tersebut untuk melihat apa yang terjadi.

tersebut untuk melihat apa yang terjadi.

Ketika sampai didepan Bangunan tersebut nampak Brawijaya sudah berjalan hendak pergi dari bangunan itu "Ayo Pengawal," Kata Brawijaya mengajak  pengawalnya "Urusan kita sudah selesai." Lanjut Brawijaya sambil terus berjalan menjauh dari bangunan itu.

"Tapi...Tapi bos..." Jawab pengawalan dengan terbata-bata. "Sudah kau tidak usah banyak protes semua urusan sudah beres disini." Jawab Brawijaya menghentikan Jawaban Pengawalnya.

Mereka pergi dari bukit tersebut dan esok harinya pasukan yang di pimpin Brawijaya pergi dari Kota Way.

Bab terkait

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.7: Perguruan Cahaya

    Setelah perginya AZ & ZA, tanpa lama Tara, Danan dan Astra pun pergi dari tempat itu menuju markas Kelompok Aswa.Setibanya di markas itu, markas itu berupa kantor kepala desa dengan halaman yang cukup luas, dahulu sebelum penjajahan oleh kelompok Aswa kantor ini sering digunakan untuk menggelar acara masyarakat."Ini adalah markas mereka," Ucap Astra sambil membuka gerbang, "Dahulu kantor ini digunakan warga untuk melakukan berbagai macam aktivitas." Lanjutnya sambil menyuruh Danan dan Tara masuk.Merekapun disambut oleh banyak pasukan Aswa yang sudah siap untuk menyerangnya.Dengan tatapan tajam Danan terfokus kepada seorang wanita yang berada di tengah ZA & AZ."Bukankah itu Citra yang dulu pernah satu perguruan denganku, mengapa ia berada di kelompok itu?" Ucap Danan dalam hatinya."Hey Danan mengapa kau terdiam apakah kau takut?" Tanya Astra dengan nada mengejek."Apa kau

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.8: Manusia Harimau

    Keadaan didalam sangat berbanding terbalik dengan keadaan diluar. Jika diluar bisa diselesaikan dengan perundingan maka di dalam orang-orang sedang bertarung.Saat itu Aswa hanya duduk sambil melihat ZA & AZ bertarung melawan Tara & Astra."Hei Citra mengapa kau membelot?" Ucap Aswa disinggasana nya."Tuan, aku sudah menemukan jalanku!" Jawab Citra dengan penuh semangat.Astra tiba-tiba melompat mundur kearah Danan lalu bertanya padanya "bagaimana mungkin kau bisa berdamai dengan kelompok ini?" Tanya Astra.Si kembar nampak kewalahan melawan Tara & Astra, merekapun melihat mundur selain itu Aswa juga memerintahkannya untuk berhenti bertarung."Hentikan pertarungan ini." Ucap Aswa."Baiklah Tuan." Jawab ZA yang kemudian mundur kearah Aswa.Aswa lalu berdiri dari singgasananya dan berdiri lalu memerintahkan "Bawakan aku Kakek Tua itu." Perintah Aswa kepada AZ & ZA. ZA lantas pergi ke sebuah ruangan selang beberapa saat ia kembali dengan seor

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.9: Manusia Harimau 2

    Darah Murni terbagi menjadi 3 tingkat, antara lain; Tingkat pertama Dimana ia sama sekali tidak bisa mengontrol kekuatannya. Tingkat kedua ia bisa mengontrol tapi masih kalah dengan kekuatannya. Tingkat ketiga ia bisa sepenuhnya mengontrol kekuatan yang terpendam pada dirinya.Astra saat ini berada di tingkat pertama, ia tidak bisa mengontrol kekuatan Harimau hasilnya ia dikendali oleh kemarahan, kebencian yang terpendam pada dirinya.--Tara, Danan mendengarkan teriakan Citra, Kemudian mereka berdua pun melompat agar tidak menghalangi jalan Astra."Hahahaha…Cindaku aku tak mengira bocah seperti kau bisa memiliki kekuatan ini" Ucap Aswa, "Kalian sebaiknya cukup melihat pertarunganku." Lanjut menyuruh ZA & AZ menjauh darinya.5 orang yang berada disana hanya melihat pertarungan Astra, ZA & AZ tidak menyerang Tara, Danan dan Citra."Tara, Danan sebaiknya kalian bawa jasad Kakek Astra serta Amankan Pusaka Trisula itu." Perintah Citr

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.10: Hutan Larangan 1

    Ia berlari kearah Tara dengan posisi membuka tangannya agar ketika sampai di depan Tara ia bisa langsung menyerangnya."Sialan ia lumayan cepat juga," Ucap Tara dalam hatinya ketika melihat Aswa berlari kearahnya, "Aku pasti bisa mengalahkannya." Ia melanjutkan perkataan didalam hatinya setelah melompat menghindari serangan dari Aswa.Tara terus melompat ke belakang sebari menghindari serangan Aswa yang menggunakan cakar ditangannya, hingga akhirnya Tara melompat sedikit jauh untuk membuat posisi menyerang.Aswa pun menghentikan serangan membabi buta tersebut ketika Tara melompat sedikit jauh darinya "Apa itu saja kemampuanmu, terus menghindar?" Aswa menghina Tara. "Baiklah ini giliranku." Jawab Tara sambil mengeluarkan pedangnya kembali dan membuat gerakan dengan pedangnya."Angin Puyuh!" Teriak Tara yang kemudian mengarahkan pedang itu kearah Aswa lalu memutarkannya, dan keluarlah sebuah pusaran angin yang dari Pedang yang ia pegang itu. An

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.11: Hutan Larangan 2

    Hari sudah gelap ketika mereka mulai memasuki hutan larangan tersebut, sebenarnya memasuki hutan larangan pada malam hari itu sangatlah dilarang karena resikonya bisa berakibat fatal.Banyak makhluk buas serta tak kasat mata yang sangat berbahaya di dalam hutan larangan. Semakin dalam mereka memasuki hutan itu semakin mencekam pula keadaannya, mereka tidak boleh menyalakan penerangan sedikitpun karena itu bisa mengundang makhluk tak kasat mata. Hanya rembulanlah yang menyinari jalan mereka dan hati merekalah yang menunjukkan kemana mereka melangkah."Hey tara apa kau sadar kita sedang diawasi?" Tanya Danan kepada Tara yang berada di depannya."Iya Danan aku tahu itu, kita ini sedang diawasi nampaknya banyak mata mengarah kepada kita." Jawab Tara."Apakah boleh aku yang berada di tengah?" Kata Astra dengan penuh ketakutan, Astra berjalan dibelakang Danan."Ya…ya…ya silahkan biarkan aku menggantikanmu." Jawab Danan dengan nada sedikit kesal."Hey memangnya ada ap

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.12: Sebuah Kisah tentang Ashura

    25 Tahun laluPantai sebuah pulau nampak karam sebuah pinisi, orang-orang mengepung pinisi tersebut karena takut isinya penjahat."Hei kau orang yang berada diatas menyerahlah atau kami akan membunuhmu!" Teriak salah seorang pria yang mengepung kapal pinisi itu. Seseorang lantas keluar dari kapal tersebut dan mengacung sebuah pistol terlebih dahulu kearah atas "Maafkan kami tuan, kami hanya pedagang yang terdampar. Ucap suara orang yang memegang pistol.Orang-orang yang mengepung pinisi itu perlahan-lahan menjauh karena mereka tahu orang yang berada di dalam pinisi itu adalah perampok.Si pemegang pistol lalu kemudian berdiri diatas pinisi tersebut "Hey apa kalian tahu seseorang yang bernama Darma?" Tanya orang itu sambil menaruh kembali pistolnya ke ikat pinggangnya.Para pengepung pinisi lalu mengacungkan kembali senjata mereka setelah mendengar perkataan beliau "Hendak apa kau mencari dia, Apa kau hendak membunuhnya

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.13: Raka si Kemamang

    Di malam yang sama di sebuah jembatan yang memisahkan dua negeri.Berjalan seorang pria dari arah Negri Way, sedangkan diarah Negri Kelok sudah berdiri dua orang yang hendak menghadangnya.Orang yang berjalan kemudian berhenti karena melihat dua orang tersebut"Raka si Kemamang, akhirnya kami menemukanmu." Kata salah satu orang dari dua orang itu. "Baiklah siapa yang akan menangkapnya aku apa kau?" Tanya orang disebelahnya.Mereka adalah Jayasura dan Ki Dirna, dua anggota kelompok Cakra.Jayasura berpakaian serba hitam dengan membawa sebuah sabit besar yang ia pegang dengan tangan kanannya, serta memakai sepatu hitam seperti prajurit Nusantara, rambutnya berwarna putih, dan memakai sebuah anting yang ia klaim sebagai simbol kekuatannya.Ki Dirna berpakaian hitam tetapi ia tidak membawa senjata apapun, hanya ada sebuah boneka di pinggangnya. Ki Dirna adalah salah satu dukun santet terkejam di Nusantara, Boneka yang ia bawa adalah senjata untuk melawan musuhnya, ia memakai sandal, memak

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.14: Angin dan Api

    Pagi itu sang surya terbit kembali, burung-burung berkicauan menghiasi Hutan Larangan tersebut.Danan adalah orang pertama yang terbangun, sedangkan teman-temannya masih tertidur pulas.Ia melihat Ki Darma sudah tidak ada di dalam gubuk tersebut, ia lantas pergi keluar dan Ki Darma sedang bertapa diatas sebuah batu besar di dekat gubuk itu."Nampaknya kau adalah yang pertama terbangun." Kata Ki Darma dengan posisi yang sama yaitu bertapa di atas batu itu."Aku terbiasa bangun pagi hari ki." Jawab Danan."Apa tujuanmu mengikuti Biantara?" Tanya Ki Darma."Aku ingin menemukan senjata terhebat milik Arjuna." Jawab Danan dengan nada penuh percaya diri."Pasopati maksudmu?" Tanya Ki Darma."Ya mungkin saja." Jawab Danan ragu sambil menggaruk-garuk rambutnya."Seorang ksatria sejati tidaklah boleh memiliki keraguan didalam dirinya, karena itu bisa membebani hidupnya. Hilangkanlah rasa ragu itu dan yakini bahwa kau bisa menemukan apa yang kau inginkan," Jawab Ki Darma yang kemudian berdiri da

Bab terbaru

  • Legenda: Nusantara   Bab 2.1: Kerajaan Kelok

    Setelah bernegosiasi dengan Tian akhirnya kelompok Pandawa yang dipimpin oleh Tara pun memasuki kerajaan Kelok, dan Tian bergabung dengan kelompok Pandawa.Kerajaan kelok sendiri adalah kerajaan yang tentram damai di daratan Sumatra bagian barat, kerajaan ini masuk ke dalam wilayah divisi 1 prajurit Nusantara.Dahulu kerajaan ini di pimpin oleh raja yang sangat adil dan di cintai oleh rakyatnya, namun beberapa tahun belakangan diketahui bahwa kerajaan Kelok di ambil alih oleh seorang siluman babi. Siluman babi tersebut memerintahkan kepada rakyat kerajaan kelok untuk memberinya persembahan seorang perawan setiap bulan purnama, siluman babi juga sangat gila harta yaitu setiap minggunya ia menagih Golden Nusantara kepada seluruh warga. Apabila warga menolak maka anak buahnya tak segan-segan membunuh warga itu.Gerbang Kerajaan KelokPandawa berdiri di gerbang kerajaan kelok, mereka menatap ke arah kerajaan yang begitu ramai oleh para pedagang seperti pada kerajaan umumnya.Tiba-tiba seo

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.20: Secarik kisah masa lalu 1

    Sunda wall, adalah sebutan untuk pemisah antara Nusantara Barat-Tengah dan Nusantara Timur.Konon kabarnya Sunda wall terbentuk setelah terjadinya bencana dahsyat beberapa ratus silam dimana 5 Gunung Api Nusantara meletus secara bersamaan.Hasil dari letusan itu selain membuat the great sunda island berpisah, letusan itu juga menyebabkan munculnya tembok raksasa setinggi 2 km meter dari permukaan laut dengan lebar 100km, dan membentang dari ujung daratan parahyangan sampai ujung utara borneo.Namun samudra selatan tidak terdapat tembok tersebut karena konon kabarnya para siluman berhasil melawan alam. Selain itu samudra selatan sangat terlarang untuk di masuki siapapun karena cuaca dan siluman di sana amatlah ganas.Selain itu di samudra selatan terdapat sebuah kerajaan ghaib yang dulu pernah bangkit menagih janji kepada Raja kerajaan sunda kuno, Raja Galang dinata. Raja Galang dahulu kala pernah membuat perjanjian dengan kerajaan selatan, yang mana isi perjanjian itu salah satunya, "

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.19: Tian sang Pemburu Siluman

    Pandawa akhirnya tiba di kerajaan Kelok, namun sebelum memasuki gerbang kerajaan kelok, Raka meminta mereka berhenti."Baiklah di depan sana gerbang kerajaan sudah terlihat." Kata Raka pada pandawa. "Raka memangnya apa yang hendak kau lakukan?" Tanya Tara dengan mata menatap Raka. "Ini adalah perpisahan kita, ku harap kita bertemu lagi di lain waktu, ingatlah Tara jagalah bulu perindu itu untukku, dan kau Danan," Raka menunjuk ke arah wajah Danan, "Jagalah adikku yang bodoh ini!" Lanjut Raka dengan nada tegas.Mereka akhirnya berpisah di sana, Raka memilih berjalanan ke arah timur sedangkan pandawa akan berjalan ke arah utara (menuju gerbang kerajaan kelok).Pandawa terus berjalan hingga mereka melihat sebuah kuil yang sudah hancur sebelum tiba di gerbang kerajaan. Di reruntuhan kuil tersebut duduk seorang yang sedang bersandar ke bekas reruntuhan kuil itu.Pria itu melemparkan beberapa batu kecil keatas lalu ia menangkapnya kembali, "Sekelompok manusia yang akan mati sia-sia datang k

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.18: Pandawa

    Beberapa saat kemudian Raka kembali bersama seorang pria yang berusia sekitar 60tahunan.Pria itu berpakaian hitam, memakai ikat kepala hitam, ditangan kanannya ia memegang tongkat untuk membantunya berjalan.Raka lalu memperkenalkan pria itu, "Perkenalkan ini adalah Ki empu Hizar, seorang pembuat pusaka terkenal pada masanya." Kata Raka kepada kelompok Tara.Tara adalah orang pertama yang mengajak empu Hizar bersalaman, ia menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan empu Hizar, "Namaku Tara." Kata Tara sambil tersenyum kepada beliau. Beliau lalu membalas senyuman Tara itu, "Kau," Kata empu Hizar dengan tatapan serius kearah Tara yang kemudian berdiam sejenak, "Kau adalah orang dalam ramalan itu!" Lanjutnya.Raka lalu melepaskan salaman Tara dan empu Hizar, "Sudah-sudah. Sekarang kau Danan perkenalkan dirimu kepadanya." Kata Raka sambil menyuruh Danan untuk bersalaman dengan empu Hizar. Tara lalu berjalan ke arah Raka dan berkeliling untuk melihat pusaka, senjata di toko itu.Danan l

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.17: Ken si pembuat Pusaka

    Mereka diajak untuk duduk kembali di salah satu sudut rumah makan, "Duduklah kalian disini. Dan tunggulah kepala penjaga kota datang menemui kalian." Kata penjaga yang mengajak mereka duduk.Selang beberapa saat kemudian datanglah seorang pria dengan warna rambut putih, berpakaian rapih seperti seorang bangsawan. Orang itu duduk di hadapan mereka bertiga, seorang prajurit lalu menaruh buku di atas meja tersebut, kemudian prajurit itu pula yang membukanya."Baiklah apakah sudah?" Tanya orang itu. Lalu si prajurit menjawab, "Sudah Jendral!" Kata prajurit dengan nada Tegas. Orang itu lalu menatap kearah depan (Ke arah Tara, Danan, dan Astra.), "Baiklah perkenalkan namaku Mattheus de Haan. Jendral ke-19 Petir. Aku bertugas di distrik kota perampok Barat." Kata orang itu memperkenalkan dirinya."Jadi apa maksud dan tujuan kalian kesini? Apa kalian hanya bermaksud untuk melakukan pembunuhan pria diluar?" Jendral Haan bertanya kepada kelompok Tara. Mendengar pertanyaan itu membuat Astra kage

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.16: Kota Perampok

    Kota perampok adalah sebuah kota yang dimana tidak tersentuh hukum Nusantara. Namun hal itu bukan serta-merta membuat kota ini bebas, tetap saja ada aturan yang berlaku disini.Kota perampok dikuasai oleh para perampok ternama atau Naga Nusantara. Sebuah kelompok perampok besar di Nusantara, sejauh ini hanya ada 5 orang yang menjadi Naga Nusantara.Kota perampok yang hendak di masuki oleh kelompok Tara ialah kota Lok, sebuah kota perampok yang dikuasai oleh kelompok Petir.Di kota ini banyak sekali hukum yang berlaku, baik itu tertulis maupun tidak tertulis.Di kota ini juga terdapat banyak bar, restoran, dan tempat para perampok merekrut anggota barunya.Salah satu aturan yang tertulis di kota perampok lok ialah; Barangsiapa yang melakukan pemubunuhan disini akan di hukum mati dengan cara yang sadis. Sebelum mereka dan Raka berpisah, Raka memberitahukan kepada Danan untuk tidak langsung masuk ke kota itu."Hey aku melihat cahaya dibukit itu." Kata Tara sambil menuju sebuah bukit."T

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.15: Seorang Kapten bernama Jacques

    Tembok api itu terus menahan pergerakan prajurit, namun tiba-tiba tembok api tersebut hancur karena sebuah tebasan pedang."Nampaknya aku beruntung bisa bertemu denganmu hari ini." Ucap seorang prajurit yang dari penampilannya seperti kapten dari grup itu.Kapten itu memakai seragam berwarna hitam seperti prajurit Nusantara pada umumnya, yang membedakannya ia dari prajurit menggunakan mantel bernama hijau."Jacq, tidak kusangka juga kau ikut memburuku." Jawab Raka yang kemudian berdiri tegak dan tangannya berubah kembali menjadi normal."Aku akan menyeretmu ke tiang gantung hari ini." Kata Jacques sambil memasukan kembali pedang yang ia gunakan ke sarungnya.Raka lalu melompat ke belakang lalu memanggil Jacques "Majulah aku tidak takut kepada orang lemah sepertimu." Kata Raka yang kemudian bersiap untuk bertarung melawan Jacques. "Baiklah jika itu maumu!" Jawab Jacques yang kemudian maju, ia membuka mantel yang ia kenakan lalu memberikannya ke salah seorang prajurit, "Peganglah ini."

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.14: Angin dan Api

    Pagi itu sang surya terbit kembali, burung-burung berkicauan menghiasi Hutan Larangan tersebut.Danan adalah orang pertama yang terbangun, sedangkan teman-temannya masih tertidur pulas.Ia melihat Ki Darma sudah tidak ada di dalam gubuk tersebut, ia lantas pergi keluar dan Ki Darma sedang bertapa diatas sebuah batu besar di dekat gubuk itu."Nampaknya kau adalah yang pertama terbangun." Kata Ki Darma dengan posisi yang sama yaitu bertapa di atas batu itu."Aku terbiasa bangun pagi hari ki." Jawab Danan."Apa tujuanmu mengikuti Biantara?" Tanya Ki Darma."Aku ingin menemukan senjata terhebat milik Arjuna." Jawab Danan dengan nada penuh percaya diri."Pasopati maksudmu?" Tanya Ki Darma."Ya mungkin saja." Jawab Danan ragu sambil menggaruk-garuk rambutnya."Seorang ksatria sejati tidaklah boleh memiliki keraguan didalam dirinya, karena itu bisa membebani hidupnya. Hilangkanlah rasa ragu itu dan yakini bahwa kau bisa menemukan apa yang kau inginkan," Jawab Ki Darma yang kemudian berdiri da

  • Legenda: Nusantara   Bab 1.13: Raka si Kemamang

    Di malam yang sama di sebuah jembatan yang memisahkan dua negeri.Berjalan seorang pria dari arah Negri Way, sedangkan diarah Negri Kelok sudah berdiri dua orang yang hendak menghadangnya.Orang yang berjalan kemudian berhenti karena melihat dua orang tersebut"Raka si Kemamang, akhirnya kami menemukanmu." Kata salah satu orang dari dua orang itu. "Baiklah siapa yang akan menangkapnya aku apa kau?" Tanya orang disebelahnya.Mereka adalah Jayasura dan Ki Dirna, dua anggota kelompok Cakra.Jayasura berpakaian serba hitam dengan membawa sebuah sabit besar yang ia pegang dengan tangan kanannya, serta memakai sepatu hitam seperti prajurit Nusantara, rambutnya berwarna putih, dan memakai sebuah anting yang ia klaim sebagai simbol kekuatannya.Ki Dirna berpakaian hitam tetapi ia tidak membawa senjata apapun, hanya ada sebuah boneka di pinggangnya. Ki Dirna adalah salah satu dukun santet terkejam di Nusantara, Boneka yang ia bawa adalah senjata untuk melawan musuhnya, ia memakai sandal, memak

DMCA.com Protection Status