Darah Murni terbagi menjadi 3 tingkat, antara lain; Tingkat pertama Dimana ia sama sekali tidak bisa mengontrol kekuatannya. Tingkat kedua ia bisa mengontrol tapi masih kalah dengan kekuatannya. Tingkat ketiga ia bisa sepenuhnya mengontrol kekuatan yang terpendam pada dirinya.
Astra saat ini berada di tingkat pertama, ia tidak bisa mengontrol kekuatan Harimau hasilnya ia dikendali oleh kemarahan, kebencian yang terpendam pada dirinya.--Tara, Danan mendengarkan teriakan Citra, Kemudian mereka berdua pun melompat agar tidak menghalangi jalan Astra."Hahahaha…Cindaku aku tak mengira bocah seperti kau bisa memiliki kekuatan ini" Ucap Aswa, "Kalian sebaiknya cukup melihat pertarunganku." Lanjut menyuruh ZA & AZ menjauh darinya.5 orang yang berada disana hanya melihat pertarungan Astra, ZA & AZ tidak menyerang Tara, Danan dan Citra."Tara, Danan sebaiknya kalian bawa jasad Kakek Astra serta Amankan Pusaka Trisula itu." Perintah CitrIa berlari kearah Tara dengan posisi membuka tangannya agar ketika sampai di depan Tara ia bisa langsung menyerangnya."Sialan ia lumayan cepat juga," Ucap Tara dalam hatinya ketika melihat Aswa berlari kearahnya, "Aku pasti bisa mengalahkannya." Ia melanjutkan perkataan didalam hatinya setelah melompat menghindari serangan dari Aswa.Tara terus melompat ke belakang sebari menghindari serangan Aswa yang menggunakan cakar ditangannya, hingga akhirnya Tara melompat sedikit jauh untuk membuat posisi menyerang.Aswa pun menghentikan serangan membabi buta tersebut ketika Tara melompat sedikit jauh darinya "Apa itu saja kemampuanmu, terus menghindar?" Aswa menghina Tara. "Baiklah ini giliranku." Jawab Tara sambil mengeluarkan pedangnya kembali dan membuat gerakan dengan pedangnya."Angin Puyuh!" Teriak Tara yang kemudian mengarahkan pedang itu kearah Aswa lalu memutarkannya, dan keluarlah sebuah pusaran angin yang dari Pedang yang ia pegang itu. An
Hari sudah gelap ketika mereka mulai memasuki hutan larangan tersebut, sebenarnya memasuki hutan larangan pada malam hari itu sangatlah dilarang karena resikonya bisa berakibat fatal.Banyak makhluk buas serta tak kasat mata yang sangat berbahaya di dalam hutan larangan. Semakin dalam mereka memasuki hutan itu semakin mencekam pula keadaannya, mereka tidak boleh menyalakan penerangan sedikitpun karena itu bisa mengundang makhluk tak kasat mata. Hanya rembulanlah yang menyinari jalan mereka dan hati merekalah yang menunjukkan kemana mereka melangkah."Hey tara apa kau sadar kita sedang diawasi?" Tanya Danan kepada Tara yang berada di depannya."Iya Danan aku tahu itu, kita ini sedang diawasi nampaknya banyak mata mengarah kepada kita." Jawab Tara."Apakah boleh aku yang berada di tengah?" Kata Astra dengan penuh ketakutan, Astra berjalan dibelakang Danan."Ya…ya…ya silahkan biarkan aku menggantikanmu." Jawab Danan dengan nada sedikit kesal."Hey memangnya ada ap
25 Tahun laluPantai sebuah pulau nampak karam sebuah pinisi, orang-orang mengepung pinisi tersebut karena takut isinya penjahat."Hei kau orang yang berada diatas menyerahlah atau kami akan membunuhmu!" Teriak salah seorang pria yang mengepung kapal pinisi itu. Seseorang lantas keluar dari kapal tersebut dan mengacung sebuah pistol terlebih dahulu kearah atas "Maafkan kami tuan, kami hanya pedagang yang terdampar. Ucap suara orang yang memegang pistol.Orang-orang yang mengepung pinisi itu perlahan-lahan menjauh karena mereka tahu orang yang berada di dalam pinisi itu adalah perampok.Si pemegang pistol lalu kemudian berdiri diatas pinisi tersebut "Hey apa kalian tahu seseorang yang bernama Darma?" Tanya orang itu sambil menaruh kembali pistolnya ke ikat pinggangnya.Para pengepung pinisi lalu mengacungkan kembali senjata mereka setelah mendengar perkataan beliau "Hendak apa kau mencari dia, Apa kau hendak membunuhnya
Di malam yang sama di sebuah jembatan yang memisahkan dua negeri.Berjalan seorang pria dari arah Negri Way, sedangkan diarah Negri Kelok sudah berdiri dua orang yang hendak menghadangnya.Orang yang berjalan kemudian berhenti karena melihat dua orang tersebut"Raka si Kemamang, akhirnya kami menemukanmu." Kata salah satu orang dari dua orang itu. "Baiklah siapa yang akan menangkapnya aku apa kau?" Tanya orang disebelahnya.Mereka adalah Jayasura dan Ki Dirna, dua anggota kelompok Cakra.Jayasura berpakaian serba hitam dengan membawa sebuah sabit besar yang ia pegang dengan tangan kanannya, serta memakai sepatu hitam seperti prajurit Nusantara, rambutnya berwarna putih, dan memakai sebuah anting yang ia klaim sebagai simbol kekuatannya.Ki Dirna berpakaian hitam tetapi ia tidak membawa senjata apapun, hanya ada sebuah boneka di pinggangnya. Ki Dirna adalah salah satu dukun santet terkejam di Nusantara, Boneka yang ia bawa adalah senjata untuk melawan musuhnya, ia memakai sandal, memak
Pagi itu sang surya terbit kembali, burung-burung berkicauan menghiasi Hutan Larangan tersebut.Danan adalah orang pertama yang terbangun, sedangkan teman-temannya masih tertidur pulas.Ia melihat Ki Darma sudah tidak ada di dalam gubuk tersebut, ia lantas pergi keluar dan Ki Darma sedang bertapa diatas sebuah batu besar di dekat gubuk itu."Nampaknya kau adalah yang pertama terbangun." Kata Ki Darma dengan posisi yang sama yaitu bertapa di atas batu itu."Aku terbiasa bangun pagi hari ki." Jawab Danan."Apa tujuanmu mengikuti Biantara?" Tanya Ki Darma."Aku ingin menemukan senjata terhebat milik Arjuna." Jawab Danan dengan nada penuh percaya diri."Pasopati maksudmu?" Tanya Ki Darma."Ya mungkin saja." Jawab Danan ragu sambil menggaruk-garuk rambutnya."Seorang ksatria sejati tidaklah boleh memiliki keraguan didalam dirinya, karena itu bisa membebani hidupnya. Hilangkanlah rasa ragu itu dan yakini bahwa kau bisa menemukan apa yang kau inginkan," Jawab Ki Darma yang kemudian berdiri da
Tembok api itu terus menahan pergerakan prajurit, namun tiba-tiba tembok api tersebut hancur karena sebuah tebasan pedang."Nampaknya aku beruntung bisa bertemu denganmu hari ini." Ucap seorang prajurit yang dari penampilannya seperti kapten dari grup itu.Kapten itu memakai seragam berwarna hitam seperti prajurit Nusantara pada umumnya, yang membedakannya ia dari prajurit menggunakan mantel bernama hijau."Jacq, tidak kusangka juga kau ikut memburuku." Jawab Raka yang kemudian berdiri tegak dan tangannya berubah kembali menjadi normal."Aku akan menyeretmu ke tiang gantung hari ini." Kata Jacques sambil memasukan kembali pedang yang ia gunakan ke sarungnya.Raka lalu melompat ke belakang lalu memanggil Jacques "Majulah aku tidak takut kepada orang lemah sepertimu." Kata Raka yang kemudian bersiap untuk bertarung melawan Jacques. "Baiklah jika itu maumu!" Jawab Jacques yang kemudian maju, ia membuka mantel yang ia kenakan lalu memberikannya ke salah seorang prajurit, "Peganglah ini."
Kota perampok adalah sebuah kota yang dimana tidak tersentuh hukum Nusantara. Namun hal itu bukan serta-merta membuat kota ini bebas, tetap saja ada aturan yang berlaku disini.Kota perampok dikuasai oleh para perampok ternama atau Naga Nusantara. Sebuah kelompok perampok besar di Nusantara, sejauh ini hanya ada 5 orang yang menjadi Naga Nusantara.Kota perampok yang hendak di masuki oleh kelompok Tara ialah kota Lok, sebuah kota perampok yang dikuasai oleh kelompok Petir.Di kota ini banyak sekali hukum yang berlaku, baik itu tertulis maupun tidak tertulis.Di kota ini juga terdapat banyak bar, restoran, dan tempat para perampok merekrut anggota barunya.Salah satu aturan yang tertulis di kota perampok lok ialah; Barangsiapa yang melakukan pemubunuhan disini akan di hukum mati dengan cara yang sadis. Sebelum mereka dan Raka berpisah, Raka memberitahukan kepada Danan untuk tidak langsung masuk ke kota itu."Hey aku melihat cahaya dibukit itu." Kata Tara sambil menuju sebuah bukit."T
Mereka diajak untuk duduk kembali di salah satu sudut rumah makan, "Duduklah kalian disini. Dan tunggulah kepala penjaga kota datang menemui kalian." Kata penjaga yang mengajak mereka duduk.Selang beberapa saat kemudian datanglah seorang pria dengan warna rambut putih, berpakaian rapih seperti seorang bangsawan. Orang itu duduk di hadapan mereka bertiga, seorang prajurit lalu menaruh buku di atas meja tersebut, kemudian prajurit itu pula yang membukanya."Baiklah apakah sudah?" Tanya orang itu. Lalu si prajurit menjawab, "Sudah Jendral!" Kata prajurit dengan nada Tegas. Orang itu lalu menatap kearah depan (Ke arah Tara, Danan, dan Astra.), "Baiklah perkenalkan namaku Mattheus de Haan. Jendral ke-19 Petir. Aku bertugas di distrik kota perampok Barat." Kata orang itu memperkenalkan dirinya."Jadi apa maksud dan tujuan kalian kesini? Apa kalian hanya bermaksud untuk melakukan pembunuhan pria diluar?" Jendral Haan bertanya kepada kelompok Tara. Mendengar pertanyaan itu membuat Astra kage