Udara dingin menyergap Manor Jenderal Dong. Di tengah hawa panas menyengat musim panas dan suasana kacau Ibukota setelah pemberontakan, manor Jenderal Dong menjadi satu-satunya tempat yang diselimuti udara dingin seperti di musim salju.
Di tengah halaman utama Manor sang jenderal, Nyonya Di, Lady Ming Shuwan tengah berlutut. Para pelayan pribadinya pun ikut berlutut di belakangnya.Sementara Nyonya Tua Dong duduk dengan angkuh di kursinya. Di sampingnya berdiri salah satu selir sang jenderal. Sementara penghuni manor yang lain hanya bisa ikut berlutut di tengah udara yang semakin dingin."Nyonya Tua, kenapa udara menjadi semakin dingin? Bukankah ini masih musim panas?" Momi Chen, pelayan setia Nyonya Tua Dong nampak kebingungan dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba."Entahlah, apakah mungkin yang mulia kaisar Ao Yu Long menggunakan pedang esnya untuk mengendalikan cuaca? Dan mengapa belum ada kabar berita dari putraku? Bagaimana situasi ibukota saat ini?" Nyonya Tua nampak gelisah.Ini sudah lewat tengah hari bahkan telah menjelang sore hari. Namun tidak ada kabar berita dari putranya. Berita terakhir di terimanya tengah malam tadi yang mengabarkan para pasukan di bawah kendalinya telah memblokir ibukota. Dan situasi di ibukota di bawah kendali Ibu Suri dan Grand Tutor Gong.Namun setelah itu tidak ada kabar lagi. Sementara dia pun tidak berani untuk meminta para pelayannya mencari kabar berita terbaru dengan keluar dari mansion. Karena situasi di luar sana sungguh tidak terkendali.Suasana hatinya pun semakin tidak bagus setelah menantunya, Lady Ming Shuwan, menemuinya. Wanita yang dinikahi putranya beberapa tahun lalu itu, memohon padanya untuk mengampuni pelayannya yang dihukum karena dituduh berniat mencelakai selir kesayangan sang Jenderal yang tengah mengandung.Ini membuat Nyonya Tua marah besar. Dia pun menghukum Lady Ming Shuwan dengan berlutut di halaman utama. Dari pagi hingga menjelang sore hari ini, Lady Ming Shuwan telah berlutut.Pelayan pribadinya telah dihukum cambuk dan mungkin sekarang gadis malang itu telah tak berdaya lagi. Sementara para pelayan yang lain pun ikut berlutut bersama nyonya mereka.Lady Ming Shuwan sejujurnya tidak mengerti situasi yang tengah melanda Ibukota. Dalam beberapa tahun terakhir ini dia telah dikurung oleh suaminya, Jenderal Dong Xiu Yue, di halamannya.Namun hari ini setelah dia mendapat kabar bahwa pelayannya tengah di hukum cambuk, dia memberanikan diri untuk keluar dari halamannya dan memohon pada Nyonya Tua. Namun permintaannya sama sekali tidak digubris. Bahkan dia diperlakukan dengan kasar oleh selir kesayangan sang Jenderal."Lady Ming Shuwan, apakah kau pikir kau bisa menyelamatkan pelayanmu? Sedangkan menyelamatkan diri dan putrimu pun hampir mustahil kau lakukan?" Selir Yun, mencibirnya saat melihatnya berlutut di depan Nyonya Tua."Apa maksudmu Selir Yun? Aku masihlah Nyonya Di, di manor ini. Begitu pun putriku masih putri Di Tuan Jenderal." Lady Ming Shuwan menatap sang selir dengan heran."Nyonya Di? Sebentar lagi jangankan Nyonya Di, gelar selir pun tak pantas untukmu. Apakah kau kira tanpa ayahmu yang seorang perdana menteri kau bisa memasuki manor ini sebagai seorang Nyonya Di?" Selir Yun membuang muka seakan Lady Ming Shuwan adalah hal yang menjijikkan."Selir Yun, aku tidak memahami ucapanmu. Aku mengerti, kau sepupu suamiku, adalah selir kesayangannya. Tapi selir tetaplah selir. Dan apa hubungannya dengan ayahku? Apa yang ingin kau katakan padaku Selir Yun?"Lady Ming Shuwan masih bersikap tenang meski setiap ucapan selir Yun menyakiti hatinya."Lady Ming Shuwan dengarkan aku. Saat ini, Ibu Suri tengah berusaha menurunkan yang mulia kaisar Ao Yu Long. Dan kau tahu jika Kaisar turun tahta itu berarti ayahmu pun akan turun dari jabatan perdana menteri bukan?" Selir Yun tersenyum sinis.Puas hati jelas tergambar di wajah cantiknya yang sehalus lotus putih. Lady Ming Shuwan terperangah mendengar ucapan Selir Yu. Tidak salahkah pendengarannya? Ibu Suri memberontak pada Kaisar Ao Yu Long?Apakah Ibu Suri sudah kehilangan akal? Tidak ada yang lebih mengetahui kekuatan kaisar Ao Yu Long selain dirinya.Dengan kekuatannya seorang diri, kaisar muda itu bisa dengan mudah menghancurkan negeri ini. Belum lagi jika Pasukan Mo Yu turut campur, bisa dipastikan Ibu Suri akan mengalami kerugian yang parah.Lady Ming Shuwan menggenggam tangannya dengan erat. Digertakkannya rahangnya dengan kuat. Dia sungguh tidak mengerti jalan pemikiran orang-orang di sekelilingnya."Rupanya sudah terlalu lama rakyat Negeri Kaili lupa akan adanya orang-orang seperti kami yang dengan kekuatannya dapat merubah keadaan," gumamnya dengan sedih.Seiring dengan ucapannya, udara dingin tiba-tiba menyergap di sekeliling sang Lady. Angin panas pun perlahan-lahan surut dan mulai berganti dengan udara sedingin es."Apa ini? Kenapa udara tiba-tiba menjadi dingin?" Selir Yun terkejut dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba ini.Bukan hanya Selir Yun, namun seluruh penghuni manor pun terkejut dengan perubahan mendadak ini. Mereka berhamburan menuju halaman utama.Di tengah halaman utama, mereka menyaksikan Lady Ming Shuwan, sang Nyonya Di tengah berlutut. Dan udara semakin dingin seiring lamanya sang lady berlutut."Bibi, apakah sudah ada kabar dari Yue Gege?" Selir Yun menatap Nyonya Tua Dong dengan cemas."Belum. Entah apa yang terjadi, kenapa tidak ada kabar berita sama sekali. Bahkan sekarang kita pun tidak bisa keluar manor di tengah situasi yang kacau dan hawa dingin yang tiba-tiba ini." Nyonya Tua pun tak kalah cemasnya.Putranya telah memihak Ibu Suri dan Grand Tutor Gong dalam perebutan kekuasaan yang tengah terjadi. Bukan tanpa alasan jika Jenderal Dong Xiu Yue lebih memilih memihak mereka daripada memihak Kaisar yang bertahtaMeskipun ayah mertuanya yang juga merupakan paman dari ibu, Nyonya Tua Dong, berada di pihak yang berlawanan dengannya namun Jenderal Dong tidak mengkhawatirkan tentang itu.Pada kenyataannya dia merasa tidak memiliki ikatan yang kuat dengan kerabat dari pihak ibu. Sementara dengan kerabat ayahnya pun sama.Ayahnya bukanlah orang terpandang, dia hanyalah pedagang biasa. Beruntung dia bisa menikahi pPutri Shu dari keluarga Ming yang saat itu merupakan Grand Tutor para putra Kaisar.Dengan posisinya yang seperti itu, Dong Xiu Yue cukup sulit untuk merajut karir yang tinggi di kemiliteran. Hanya setelah menikahi Ming Shuwan, putri Perdana Menteri Ming Fei Ying yang juga pamannya, karirnya melonjak drastis.Dong Xiu Yue memang hanya memanfaatkan Ming Shuwan untuk memuluskan karir kemiliterannya. Namun untuk memihak Ibu Suri bukanlah keputusan yang tiba-tiba atau pun terencana.Dia hanya menginginkan karir dan juga sesuatu hal yang didengungkan berada di tangan perdana menteri Ming Fei Ying, ayah mertuanya. Sebuah segel yang mampu melawan kekuatan Ao Yu Long, Kaisar yang bertahta saat ini.Namun hingga kini dia tidak kunjung mendapatkan segel itu. Meski telah berusaha menelusuri setiap hal yang berkaitan dengan Keluarga Ming, Jenderal Dong sedikit pun tidak menemukan jejak segel legendaris itu.Hingga Ibu Suri pun tidak mampu menahan diri lagi untuk memberontak meski tanpa segel itu. Toh hampir seluruh elemen kekuatan militer saat ini mendukungnya untuk menurunkan Kaisar yang saat ini bertahta.Mereka sebagian besar adalah para bangsawan kuno yang merasa tidak seharusnya tahta diberikan kepada Ao Yu Long yang hanya merupakan putra seorang selir.Ibu Suri dengan di dukung para bangsawan dan jenderal yang memiliki pasukan kuat merasa inilah saat yang tepat untuk memberontak dan mengambil tahta yang seharusnya menjadi milik putranya.Gerakan ini disepakati setelah Jenderal Duan pemegang kekuatan militer terbesar di Kaili berangkat menuju perbatasan untuk mengamankan perbatasan dari kaum barbar gurun tak bertepi.Tak ada yang mengira itu semua hanyalah siasat para menteri yang berpihak pada Ibu Suri untuk mengurangi penjagaan terhadap Kaisar. Dengan perginya Jenderal Duan ke perbatasan, praktis hanya ada pasukan penjaga kekaisaran di bawah pimpinan Jenderal Mo Ye.Sedangkan pasukan di bawah menteri perang hanya berjumlah sedikit karena sebagian tengah diperbantukan ke perbatasan utara untuk menangani bencana banjir.Seharusnya ini menjadi sebuah rencana yang sempurna. Namun sayang semua itu tidak berjalan sesuai harapan Ibu Suri. Pasukan Mo Yu dan penjaga kekaisaran ternyata lebih kuat dibandingkan dengan semua kekuatan militer yang dia miliki.Kini suasana di Ibukota sangat mencekam dan tidak bersahabat. Pintu gerbang ibukota kekaisaran Kaili masih terblokir. Sedangkan pasukan pemberontak perlahan namun pasti mulai berkurang kekuatannya.Jenderal Won dengan Pasukan Mo Yu kini tengah menawan mereka. Bahkan pasukan penjaga kekaisaran pun mulai menggeledah setiap kediaman pangeran dan juga ibu suri di istana Zijin dan melakukan pemblokiran.Tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan saat ini selain menunggu. Di tengah situasi kacau ini, hembusan angin dingin menerjang ibukota.Hawa dingin menyergap begitu saja di tengah musim panas yang menyengat. Dan semakin sore menjelang malam, salju mulai turun dan perlahan menyelimuti Ibukota.Apakah yang sebenarnya terjadi? Kenapa salju turun di tengah musim panas seperti ini? Hawa dingin yang mencekik ini semua berasal dari halaman utama manor Jenderal Dong, di mana Lady Ming Shuwan tengah berlutut.Hanya dia yang tetap tenang dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba. Dan hanya dia yang tidak menggigil kedinginan meski salju jatuh menimpanya.Kaisar Ao Yu Long tertegun. Hawa dingin menerobos istana naga, kediamannya. Dingin yang hampir menembus tulangnya. Bahkan di kediamannya yang selalu hangat, udara dingin ini mampu membuatnya sedikit menggigil.Sang Kaisar pun bangkit dari tempatnya bersandar melepas lelah. Pria paling berkuasa di Negeri Kaili itu melangkah menuju jendela. Nampak dalam pandangannya salju berjatuhan dari langit dan perlahan menyelimuti seluruh alam.Situasi yang tidak wajar. Di tengah musim panas yang menyengat, salju turun dengan deras selayaknya musim dingin."Ming Shuwan," gumam sang Kaisar.Bergegas Ao Yu Long meninggalkan kamarnya.Di bukanya pintu kamar dengan kasar. Mengagetkan Kasim Liu yang tengah memerintahkan beberapa pelayan untuk menyalakan tungku."Yang Mulia!" Serentak Kasim Liu dan para pelayan membungkuk di hadapan kaisar muda itu."Di mana Jiao-jiao?" Kaisar mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan mencari sosok yang diinginkannya."Nona Duan tengah membantu Ibu Chin menyiapkan obat
"Yang Mulia, teh Anda." Dengan hati-hati wanita itu meletakkan seperangkat alat minum teh di atas meja.Ao Yu Long hanya menoleh sekilas. Dia masih terpaku menatap jendela. Dari jendela kamarnya dia dapat melihat salju yang turun semakin deras."Jiao Jiao, apakah ada sesuatu yang bisa menghentikan hujan salju itu?" Ao Yu Long menatap pelayan wanita yang masih berdiri menundukkan kepala di belakangnya."Maafkan hamba, Yang Mulia. Tidak ada yang bisa menghentikan hujan salju ini selain Lady Ming Shuwan sendiri." Duan Xiao Jiao,menjawab dengan tegas meski masih menundukkan kepalanya."Tidak bisakah alunan guzhengmu mencairkan salju ini?" Ao Yu Long menatapnya penuh harap.Kali ini Duan Xiao Jiao mengangkat kepalanya dan menggeleng pelan. Wanita cantik itu dapat melihat kekhawatiran di mata sang kaisar."Yang Mulia sepertinya ini adalah pesan dari Lady Ming Shuwan untuk Anda." Duan Xiao Jiao berbisik pelan.Sebagai orang terdekat Ao Yu Long, dia sangat memahami hubungan sang kaisar dengan
Ao Yu Long berdiri menatap orang-orang yang berlutut di hadapannya. Mereka para pemberontak yang hendak melengserkannya dari tahta Kekaisaran Kaili.Kini mereka menjadi pesakitan dan di bawah salju yang turun perlahan namun pasti, berlutut dengan tangan terbelenggu dan menggigil kedinginan. Menunggu kematian menjemput mereka.Jeritan minta ampun dan tangisan datang dari para wanita dan anak-anak. Terdengar memilukan dan menyayat hati. Namun Ao Yu Long bergeming dan hanya menatap para pemberontak dengan tatapan muram.Dia lahir sebagai pangeran, sekali pun ibunya hanyalah selir kecil yang tidak memiliki gelar apapun. Namun dia dibesarkan di medan perang.Darah, luka dan kematian begitu akrab dengan kehidupannya. Baginya saat ini bukanlah malam terkelam dalam hidupnya. Dia telah melewati banyak hal dalam hidupnya dan di medan peperangan.Meski saat ini dia tahu nyawanya berada di ujung tanduk, namun itu tidak membuatnya khawatir ataupun takut. Baginya kematian, cepat atau lambat pasti ak
"Aku akan membebaskan dirimu dari hukuman mati untuk pil salju yang kau berikan padaku." Ao Yu Long menatap sang Lady dengan mata phoenixnya yang tajam.Lady Ming Shuwan hanya terdiam seperti tidak tertarik dengan penawaran Ao Yu Long. Jika tidak dalam situasi seperti ini, maka tidak akan ada tawar menawar di antara mereka.Sayangnya situasi saat ini menempatkan keduanya dalam posisi yang tidak seimbang. Mereka bukan lagi bocah kecil yang polos dan bisa bermain bersama tanpa membedakan status sosial mereka.Kini semua jauh berbeda. Ao Yu Long adalah seorang kaisar yang memimpin dan memiliki kekuasaan mutlak di Negeri Kaili. Sedangkan dia hanya istri sah seorang jenderal yang bahkan statusnya jauh di bawah jenderal terendah di Pasukan Mo Yu."Yang Mulia, setelah semuanya sepertinya hamba tidak layak lagi untuk hidup. Jika Yang Mulia tidak keberatan hamba memohon ampunan untuk putri tunggal hamba." Lady Ming Shuwan membungkukkan tubuhnya dalam-dalam memohon pada sang Kaisar.Ao Yu Long m
Jenderal Won dan pasukan Mo Yu melakukan perintah Ao Yu Long dengan cepat. Tanpa memperdulikan tangisan dan ratapan wanita mau pun anak-anak, mereka membawa seluruh anggota keluarga Dong ke halaman istana.Lady Ming Shuwan berdiri dengan tenang menatap mereka. Tidak sedikit pun ada kesedihan atau emosi dalam pancaran matanya. Tatapan mata sebening kolam giok itu kosong dan hampa, seakan-akan jiwanya telah pergi meninggalkan raganya."Ming Shuwan, sekejam itukah kau pada keluargaku?" Jenderal Dong yang masih berlutut di aula menatapnya penuh amarah."Jenderal Dong bukankah anda lebih mempercayai sepupu anda? Cobalah untuk memintanya agar menyelamatkan keluarga Dong." Pelayan Lady Ming Shuwan yang ikut berlutut bersama sang jenderal bertanya dengan sinis."Kau!" Jenderal Dong menggeram marah tetapi tidak bisa berkata-kata Lagi."Sungguh lucu, di saat aku berada di manormu tidak ada perlakuan yang baik dari penghuni di sana dan kini kau bertanya sekejam itukah diriku? Suamiku, caramu berc
Satu persatu pemberontak dieksekusi oleh Pasukan Mo Yu. Hingga menjelang matahari terbit, ibukota Negeri Kaili dapat dikatakan dibekukan udara dingin sekaligus dialiri sungai darah.Lady Ming Shuwan masih berdiri di tengah-tengah halaman aula utama istana. Seluruh keluarga Dong telah dieksekusi. Keluarga-keluarga lain yang turut memberontak menyusul untuk dieksekusi, tanpa terkecuali.Saat Jenderal Won menggiring Pangeran Ao Yu Feng menuju halaman untuk turut dieksekusi, pangeran itu berhenti dan menatap Lady Ming Shuwan yang masih berdiri di aula."Shuwan," gumamnya lirih.Hatinya sangat terenyuh menyaksikan wanita yang dahulu adalah tunangannya, berdiri tegak namun dengan tatapan mata kosong. Perasaan bersalah sekaligus marah menyergap hatinya.Seandainya dia dulu tidak sebodoh dan sekonyol itu, mungkin saat ini dia bisa melakukan sesuatu untuk melindunginya. Namun apalah daya semua telah terjadi dan tidak mungkin terulang lagi."Yang Mulia!" Jenderal Won menegurnya saat sang pangera
Serpihan-serpihan salju masih turun dari sisa tubuh Lady Ming Shuwan. Di antara serpihan itu muncul sebuah bola salju bak kristal yang melayang-layang."Apa itu?" Jenderal Mo Ye memicingkan mata mencoba untuk mengenali benda berkilau yang melayang-layang di udara dan semakin mendekati mereka.Bukan hanya dia yang memperhatikan benda itu. Ao Yu Long dan Duan Xiao Jiao pun menatap benda itu dengan heran."Niang, wuwuwuwu...." Dong Xiu Bai masih menangis tersedu-sedu.Duan Xiao Jiao berhenti memainkan guzhengnya dan mendekati gadis kecil itu. Perlahan dipeluknya gadis yang baru saja menyaksikan sang ibunda menghilang menjadi serpihan Salju keperakan yang masih menghujani mereka."Bai'er, gadis baik. Jangan menangis lagi." Hiburnya dengan lembut."Jiao Jiao, apa itu?" Ao Yu Long yang berdiri tidak jauh dari mereka, menunjuk pada bola kristal yang melayang-layang turun mendekati Dong Xiu Bai.Duan Xiao Jiao menatap bola kristal itu dengan seksama. Semakin mendekati Dong Xiu Bai bola kristal
Tiga hari waktu yang tersisa dalam hidupnya, digunakan Ao Yu Long untuk menyelamatkan penduduk ibukota. Dia meminta Pasukan Mo Yu yang sudah selesai mengeksekusi para pemberontak untuk turut pergi ke barat daya bersama para penduduk ibukota untuk membangun pemukiman baru.Dia juga meminta meminta menteri pangan dan perbendaharaan, untuk mengalokasikan semua yang bisa untuk membangun kota baru. Meski banyak yang berkeberatan, tetapi dalam situasi darurat dan kacau seperti ini tidak ada yang bisa dilakukan selain mengikuti titah sang kaisar.Di pagi hari yang dingin, angin bertiup cukup kencang, dan salju yang turun rintik-rintik, halaman utama istana dipenuhi para dayang, pelayan, prajurit, Kasim dan para menteri serta seluruh pejabat negara.Mereka berlutut untuk memberikan penghormatan terakhir pada sang kaisar. Ao Yu long memutuskan untuk tinggal di istana hingga ajal menjemputnya."Yang Mulia, turutlah bersama kami." Perdana menteri Ming Feng Ying mencoba untuk sekali lagi membujukn
Ao Yu Long mengangkat pedang berwarna biru itu ke atas dan mendongak menatap langit yang gelap gulita. Seberkas sinar berwarna biru terpancar dari pedang itu dan berpendar selama beberapa saat menerangi malam di Dataran Tengah, hingga Tanah Bebas dan sebagian wilayah Kaili."Gege!" Dong Xiu Bai melayang turun bersama Rubah Putih dan Tian Min.Dong Xiu Bai segera berlari dan menubruk Ao Yu Long dengan gembira. Ao Yu Long tertawa dan menurunkan pedangnya. Kemudian digendongnya gadis kecil itu dan membawanya kembali ke kerumunan diikuti Tian Min."Hei kalian berdua! Jangan seenaknya!" Tiba-tiba saja Naga Es berseru kesal."Ada apa? Apa kalian ingin tertidur lagi?" Tian Min tertawa dan menyentuh kepala Naga itu."Bocah Duan! Mana Seruling Giokmu?" Rubah Putih mendekati Tian Min dan bertanya dengan gaya acuh tak acuhnya."Rubah Putih, Seruling Giok menghilang bersamaan dengan meninggalnya nenekku!" Dong Xiu Bai turun dari gendongan Xiao Long dan mendekatinya."Aneh! Tetapi aku merasakan roh
"Tian Min selamatkan Nona! Jangan khawatirkan kami! Ingatlah janjimu pada Tuan Xiao Long untuk melindungi Nona!" Nyonya Ning berteriak memintanya untuk menyusul Dong Xiu Bai.Tian Min menatap para wanita itu sebentar. Dengan berat hati dia meninggalkan mereka dan berlari menuju rumah utama. Api berkobar semakin membesar."Kejar dia! Dan tangkap para wanita itu!" Para pria itu berteriak-teriak.Sebagian mengejar Tian Min dan sebagian menyerang Nyonya Ning dan yang lain. Jerit tangis sekaligus ketakutan kembali terdengar. Membuat Tian Min ragu."Tian Min, pergilah! Jika kami mati, kau dan Nona dapat membalaskan dendam kami! Jika kau yang mati sudah pasti kami pun akan mati!" Nyonya Ning berteriak tanpa ragu.Tian Min yang sempat merasakan keraguan kini membulatkan tekad untuk menerobos api. Kobaran api yang semakin membesar tak dihiraukannya."Nona! Nona!" Dia berteriak memanggil Dong Xiu Bai.Pandangan matanya terhalang api dan asap. Dia tidak dapat memastikan di mana dia atau pun Dong
Beberapa hari kemudian, orang-orang di Wisma Nyonya Ning dan juga di desa disibukkan dengan persiapan untuk mengungsi. Mereka bersiap untuk kemungkinan yang terburuk."Aku dengar desa sebelah diserbu orang-orang tak dikenal. Dalam semalam desa itu hancur lebur." Desas-desus beredar di desa terutama di keramaian.Bahkan para tamu di wisma pun mulai gelisah. Mereka memilih untuk meneruskan perjalanan ke Tanah Bebas. Sedangkan bagi orang-orang yang hendak menuju Dataran Tengah memilih untuk kembali atau bertahan di wisma."Seperti dugaanku, situasi makin tak terkendali, Nyonya." Tian Min duduk di hadapan Nyonya Ning.Sore itu mereka bermain catur go sembari berbincang dan menikmati teh. Akhir-akhir ini mereka berdua lebih sering menghabiskan waktu bersama."Kau benar. Aku khawatir mereka akan menyerang kita kapan saja. Orang-orangku tak akan mampu menahan mereka." Nyonya Ning meski berkata dengan tenang, tetapi kekhawatiran tergambar jelas d
"Nona!" A Gui berteriak seraya berlari menghampiri Dong Xiu Bai yang tengah berlatih memanah bersama Tian Min."Ada apa? Apakah ada kabar dari Long Gege?" Dong Xiu Bai bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari target yang hendak dipanahnya.Tian Min memberi isyarat pada A Gui untuk menunda laporannya. Menunggu Dong Xiu Bai selesai memanah sesuai target. Anak panahnya melesat dan tepat mengenai sasaran."Nona anda semakin pandai dalam memanah." Tian Min memujinya."Karena kau yang mengajariku. Oh ya Paman A Gui, ada apa?" Dong Xiu Bai kini menatap pria yang selalu setia membawakan kabar dari Xiao Long atau pun Xie Jing Cuan."Surat dari Tuan Long." Sahutnya sembari memberikan sebuah gulungan padanya."Terima kasih." Dong Xiu Bai menerima kemudian membuka dan membaca gulungan itu. Dia menjauhi area latihan dan masuk ke dalam rumah."Pama A Gui apakah ada kabar di Tanah Bebas dan Dataran Tengah?" Tian Min bertanya pada pria yang kini mengikutinya menuju dapur."Ada Tuan. Tanah Bebas ki
"Yang Mulia bagaimana dengan Pedang Es?" Jenderal Won bertanya saat mereka berpatroli di sekitar Padang Muhly."Pedang itu menghilang dan aku harus mencarinya." Ao Yu Long menatap lurus ke arah rerumputan merah muda yang berkibar-kibar tertiup angin."Bai'er pasti senang jika berada di sini. Dia dapat berlatih dengan bebas," gumamnya lirih.Tiba-tiba terbersit sebuah rasa rindu pada gadis kecil itu. Tawanya yang menggemaskan, denting hiasan rambutnya saat kepalanya bergoyang dan keusilan serta kenakalannya semua itu sangat dirindukannya."Bai'er?" Jenderal Won tertegun mendengar gumaman Xiao Long."Dong Xiu Bai, putri tunggal Lady Ming." Xiao Long tersenyum, menjelaskan."Yang Mulia, jika Anda bertemu dengan putri Lady Ming seharusnya Anda juga bertemu dengan Jenderal Mo Ye bukan?" Jenderal Won bertanya dengan hati-hati.Xiao Long tertegun sejenak kemudian menghela napas dalam-dalam. Sebuah pertanyaan yang dia tahu pasti akan sulit untuk menjawabnya. Bukan perkara mudah untuk mengabark
"Aku heran! Hanya dengan sebuah siulan dan mereka mempercayai kau adalah Kaisar Ao Yu Long." Tuan Wu masih penasaran dengan siulan Xiao Long tadi."Bukankah sedari awal kau bertemu denganku, kau pun sudah mencurigai diriku?" Xiao Long tertawa pelan."Tentu saja berbeda. Waktu itu aku mengobatimu dan tahu chi-mu yang jelas bercirikan chi Klan Ao." Tuan Wu menyahut dengan kesal."Tuan, siulan tadi hanya bisa disiulkan oleh Yang Mulia Kaisar. Itu bukan siulan sembarangan karena siulan itu merupakan kode rahasia yang dikombinasikan dengan jurus Pedang Es." Jenderal Won menjelaskan dengan nada datar tanpa emosi."Begitu rupanya? Xiao Long apakah semua jenderalmu bersikap dingin dan tanpa emosi seperti dia?" Tuan Wu berbisik pelan."Diamlah dan ikuti saja kebiasaan di sini." Xiao Long berbisik pelan dan mengikuti Jenderal Won memasuki tenda. Tuan Wu terdiam dan mendesah kesal, meski begitu dia mengikuti perkataan Xiao Long."Yang Mulia
"Xiao Long kau serius hendak ke Padang Muhly?" Tuan Wu sekali bertanya saat mereka tiba di sebuah wilayah yang terlihat sepi.Meski ada beberapa bangunan di kejauhan yang cerobongnya mengepulkan asap, tetapi wilayah ini justru selalu dihindari oleh para pengelana mau pun pedagang."Iya, aku yakin Pasukan Mo Yu ada di sana." Xiao Long menatap padang yang hanya ditumbuhi rerumputan berwarna merah muda. Di beberapa tempat memang ada pepohonan tetapi rumput mungli yang berwarna merah muda lebih mendominasi."Tempat yang aneh," gumam Tuan Wu saat tatapan matanya hanya mendapatkan lautan rumput berwarna merah muda yang cantik."Ayo kita ke sana!" Xiao Long memacu kudanya dan kereta berjalan perlahan menelusuri jalan setapak yang membelah lautan rumput merah muda itu.Dari kejauhan padang rumput itu terkesan panas, gersang dan meranggas. Namun saat kereta semakin jauh menyibak rerumputan merah muda itu udara semakin bersahabat.Di beber
"Ibu Han duduklah!" Xiao Long meminta wanita itu untuk duduk di depannya."Aku ingin mengajari apapun yang bisa kau ajarkan pada Bai'er. Kau mengerti maksudku bukan?" Xiao Long berkata tanpa basa-basi.Bertemu lagi dengan salah satu dayang di istananya dulu membuatnya terbawa kembali ke masa-masa itu. Masa di mana dia masihlah seorang kaisar yang berkuasa dan dihormati."Saya mengerti Tuan." Ibu Han menundukkan kepalanya dalam-dalam."Oh iya, aku dengar kau adalah seorang dayang di istana Zijin sebelumnya. Bagaimana kau bisa tiba di Dataran Tengah dan bukannya ke barat daya?" Xiao Long bertanya dengan asal saja."Tuan saya..." Ibu Han tidak melanjutkan perkataannya karena Tuan Wu tiba-tiba saja memasuki ruangan."Xiao Long ada yang ingin kubicarakan denganmu." Pria itu memberi isyarat agar mengikutinya."Baiklah Ibu Han, aku mempercayakan Bai'er padamu. Tolong jaga dan ajari dia dengan baik. Dia gadis yang baik dan pinta
Nyonya Ning menyambut mereka dengan ramah. Dia sangat menyukai Dong Xiu Bai. Bahkan dia tidak banyak alasan dan permintaan saat melepaskan Fang-Fang agar bisa menjadi pelayan Dong Xiu Bai secara resmi."Ah Tuan Long, sudah lama sekali Anda tidak mampir kemari." Sambutnya dengan ramah dan genit."Anak manis kau juga ikut?" Nyonya Ning berpaling pada Dong Xiu Bai dan menyapanya dengan lembut.Dong Xiu Bai hanya mengangguk. Tatapan matanya tak lepas dari Nyonya Ning. Entah mengapa dia sangat mengagumi wanita cantik itu. Ada sesuatu yang membuatnya selalu tertarik untuk menatapnya."Nyonya Ning ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Xiao Long duduk di kursi setelah dipersilakan."Apakah itu?" Nyonya Ning mengajak Dong Xiu Bai duduk di dekatnya."Ini mengenai Nona Muda." Xiao Long melirik Dong Xiu Bai.Nyonya Ning tertegun, tetapi kemudian tersenyum lebar. Dia memanggil salah seorang pelayannya."Duo-duo ajaklah Nona Dong untuk bermain di belakang. Sepertinya Paman Li sedang membu