Xiao Long, sedikit demi sedikit mulai terbiasa dengan nama itu. Kini dia duduk termangu menatap bayangan dirinya di depan bejana berisi air yang terletak di sudut halaman.Air itu tidak membeku, dan membuatnya cukup heran. Meski saat menyentuhnya air itu sedingin es.Terpantul bayangan wajahnya yang cukup membuatnya terkejut. Wajah yang tidak asing karena hampir mirip dengan wajahnya sendiri. Hanya saja kurang terawat dan kusam."Hanya sedikit lebih tirus saja dan kusam," gumamnya pelan.Perlahan diraupnya air sedingin es itu dan membasuh kedua tangannya kemudian juga wajahnya. Dingin segera menyergapnya tetapi dia mencoba bertahan dan tanpa sadar menyalurkan chi agar tidak terpengaruh hawa dingin."Astaga aku lupa! Ini bukan tubuh asliku, mana mungkin dia memiliki chi," keluhnya masih dalam hati."Eh!" Dia kembali terkejut dan berseru.Udara hangat mengaliri tubuhnya meski hanya sekejap. Namun dia dapat merasakan, air yang diraupnya tidak lagi terasa sedikit es. Kuku-kuku jari nya tid
Pintu gerbang tiba-tiba terbuka. Mengejutkan Xiao Long yang masih terduduk bersandar pada tembok."Long Gege!" Dong Xiu Bai berteriak kaget saat melihat Xiao Long."Bai'er," gumam Xiao Long menatap gadis itu."Apa yang Gege lakukan di sini?" Dong Xiu Bai menatapnya keheranan."Tidak ada, saya hanya merasa bosan. Nona hendak kemana?" Xiao Long sedikit terbata-bata saat berbicara dengan bahasa yang sopan pada gadis itu.Sebagai seorang kaisar, dia tidak terbiasa dengan bahasa seperti itu. Dia bebas menggunakan bahasa keseharian untuk berbicara dengan siapapun. Namun, sebagai kusir kereta yang tidak lebih tinggi statusnya dari seorang pelayan yang menjaga pintu gerbang belajang sebuah manor, dia harus selalu menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara dengan majikannya."Aku juga merasa bosan, mari kita berjalan-jalan di sekitar sini." Dong Xiu Bai tersenyum dan tiba-tiba menarik tangannya.Mengajaknya melintasi jalan setapak berlapis salju. Xiao Long hampir saja terjatuh. Dia belum ter
Api di tungku berkobar, menghangatkan ruangan yang semula terasa dingin. Xiao Long duduk termenung di depannya sembari sesekali memasukkan potongan kayu ke dalam tungku.Ibu Yun seperti biasa tengah sibuk merebus sesuatu di atas tungku kecil. Sedangkan Wanwan tengah menyisir rambut Dong Xiu Bai.Xiao Long baru menyadari hanya ada mereka berempat di tempat ini. Di puing-puing reruntuhan Manor keluarga Dong, hanya di sudut inilah saja ada kehidupan.Manor dan bahkan mungkin seluruh ibukota telah tertutup salju tebal dan membeku. Namun yang membuatnya heran adalah adanya air yang mengalir di salah satu sudut halaman mereka. Semestinya air akan turut membeku karena hawa yang terlalu dingin selama bertahun-tahun."Xiao Long minumlah obatmu." Ibu Yun menyodorkan mangkuk berisi obat padanya.Xiao Long menerimanya meski dengan terpaksa. Obat itu harus diminumnya sehari dua kali. Rasa dan aromanya sungguh tidak enak. Menyengat dan membuatnya mual."Xiao Long, aku harus memberitahumu lagi karena
Keesokan paginya, seperti yang sudah direncanakan, Xiao Long bersiap-siap untuk membawa kereta keluar dari ibukota. Sedari pagi buta dia sudah bersiap-siap.Kereta dan kuda yang hendak mereka gunakan ternyata tidak berada di manor. Keduanya disimpan di luar ibukota, karena tidak mungkin digunakan di dalam ibukota yang bersalju.Mereka harus berjalan kaki menuju pertanian terdekat di mana kereta kuda berada. Pertanian itu dulu merupakan bagian dari mahar milik Lady Ming Shuwan dan masih ada beberapa pelayannya yang dengan setia menjaga dan menggarap lahan.Begitulah menurut Ibu Yun yang bercerita sembari sibuk mempersiapkan bekal. Sedangkan Wanwan sibuk membantu Dong Xiu Bai bersiap-siap."Ayo Gege kita berangkat!" Dong Xiu Bai berseru penuh semangat.Xiao Long tersenyum menatap gadis itu. Kali ini dia mengenakan hanfu berwarna biru cerah. Rambutnya diikat dalam dua sanggul cepol yang dihiasi jepit rambut bertatahkan permata warna-warni. Terlihat manis dan imut."Nona kita sarapan dulu,
Xiao Long memacu kereta kudanya lebih cepat. Hatinya dipenuhi dengan semangat baru. Setelah beberapa hari hanya melihat tumpukan salju memutih, suasana hatinya sedikit bergembira dengan pemandangan yang berganti dengan hijaunya pepohonan."Xiao Long kau pasti lupa jalan menuju hutan seribu bambu bukan?" Tiba-tiba Wanwan yang duduk di sebelahnya bertanya."Sepertinya begitu, apakah itu masih jauh?" Xiao Long berbalik bertanya tanpa menoleh ke samping, dia berkonsentrasi mengendalikan kudanya."Tidak begitu jauh lagi, setelah belokan itu kita akan mulai memasuki kawasan hutan seribu bambu." Wanwan menunjuk ke arah jalan yang mulai berkelok-kelok."Baiklah!" Xiao Long menyahut dan mengurangi kecepatan keretanya dengan menarik tali kekang kuda perlahan.Dua ekor kuda yang menarik keretanya sepertinya merupakan kuda unggulan. Selain memiliki tubuh yang kuat dan kokoh, kuda-kuda itu sangat terawat dan terlatih."Aiyo, meski kau kehilangan ingatanmu tetapi kau tidak kehilangan keahlianmu dala
Xiao Long menatap nanar tugu batu di hadapannya. Tulisan di tugu itu membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin."Mo Ye, apa yang terjadi padamu?" bisiknya pelan sembari menyentuh tulisan di atas batu dengan tangan gemetaran."Apa kau tidak ingat bagaimana Jenderal Mo Ye meninggal dunia?" Ibu Yun yang berdiri di sampingnya bertanya dengan suara bergetar."Aku tidak ingat apa pun ibu," keluhnya lirih."Beliau melindungi dirimu dan Nona Dong Xiu Bai." Ibu Yun mendesah pelan saat mengucapkan kata-kata itu.Xiao Long termangu mendengar ucapannya. Mo Ye, berkali-kali menyelamatkan nyawanya di medan perang dan selalu melindunginya. Dia adalah salah satu jenderal yang setia selain Jenderal Won.Wanita yang tangguh dan hebat. Tidak pernah gentar menghadapi apapun. Tak heran jika dia dijuluki Magnolia baja ibukota.Dia sangat cantik, tidak kalah dengan Gong Liu Ye yang menyandang gelar kecantikan ibukota nomor satu. Jika dia hidup seperti kebanyakan gadis-gadis dari keluarga terhormat di ibuk
Wanita berhanfu putih itu melemparkan selendangnya dan melentingkan tubuhnya, melayang ke arah Jenderal Mo Ye yang juga mengarahkan pedang kepadanya.Tak ayal keduanya bertabrakan dan menimbulkan percikan dari kekuatan mereka. Jenderal Mo Ye mendarat mulus di tanah meski sempat terdorong kekuatan lawannya.Sedangkan wanita berhanfu putih itu kembali melayang setelah sempat menjejakkan kakinya sebentar di tanah. Dia berputar dan menarik pedangnya dari sarungnya dan bersiap menyerang Jenderal Mo Ye lagi."Nona siapa wanita itu?" Xiao Long bertanya pada Dong Xiu Bai yang memperhatikan pertarungan keduanya dengan asyik."Aku tidak tahu Gege!" sahutnya sambil lalu.Gadis mungil itu berlari mengikuti kedua wanita yang tengah bertarung itu. Mau tidak mau Xiao Long pun mengikutinya.Kedua wanita itu masih terlibat pertarungan yang seru. Jenderal Mo Ye masih menggunakan pedangnya untuk menangkis setiap serangan dari wanita berhanfu putih tadi.Denting pedang diiringi desir selendang yang tiba-t
"Long Gege, apa ada sesuatu yang mulai kau ingat?" Dong Xiu Bai bertanya saat mereka kembali ke kuil."Hingga saat ini tidak ada Nona," sahut Xiao Long datar."Kau juga tidak ingat apa yang membuatmu terluka parah waktu itu?" Dong Xiu Bai kembali bertanya.Xiao Long menggelengkan kepalanya. Sebenarnya dia bukan tidak ingat tetapi tidak tahu. Tubuhnya memang milik Xiao Long tetapi jiwanya adalah Ao Yu Long. Tentu saja dia tidak tahu menahu mengenai Xiao Long."Menurut Jenderal Mo Ye sebelum Gege terluka, semestinya Gege memiliki tubuh yang kuat dan dentian serta chi yang lancar. Bahkan kemungkinan besar Gege memiliki ilmu beladiri yang bagus." Dong Xiu Bai berceloteh sembari mempererat pelukan tangannya di leher Xiao Long."Entahlah Nona, yang saya rasakan saat ini hanyalah tubuhku sedikit ringan dan chi mulai mengalir lancar." Xiao Long menjawab sambil lalu saja."Kalau begitu sesampainya di kuil kita mulai berlatih lagi. Hari ini kita belajar di perpustakaan kuil terlebih dahulu, semo