Api di tungku berkobar, menghangatkan ruangan yang semula terasa dingin. Xiao Long duduk termenung di depannya sembari sesekali memasukkan potongan kayu ke dalam tungku.Ibu Yun seperti biasa tengah sibuk merebus sesuatu di atas tungku kecil. Sedangkan Wanwan tengah menyisir rambut Dong Xiu Bai.Xiao Long baru menyadari hanya ada mereka berempat di tempat ini. Di puing-puing reruntuhan Manor keluarga Dong, hanya di sudut inilah saja ada kehidupan.Manor dan bahkan mungkin seluruh ibukota telah tertutup salju tebal dan membeku. Namun yang membuatnya heran adalah adanya air yang mengalir di salah satu sudut halaman mereka. Semestinya air akan turut membeku karena hawa yang terlalu dingin selama bertahun-tahun."Xiao Long minumlah obatmu." Ibu Yun menyodorkan mangkuk berisi obat padanya.Xiao Long menerimanya meski dengan terpaksa. Obat itu harus diminumnya sehari dua kali. Rasa dan aromanya sungguh tidak enak. Menyengat dan membuatnya mual."Xiao Long, aku harus memberitahumu lagi karena
Keesokan paginya, seperti yang sudah direncanakan, Xiao Long bersiap-siap untuk membawa kereta keluar dari ibukota. Sedari pagi buta dia sudah bersiap-siap.Kereta dan kuda yang hendak mereka gunakan ternyata tidak berada di manor. Keduanya disimpan di luar ibukota, karena tidak mungkin digunakan di dalam ibukota yang bersalju.Mereka harus berjalan kaki menuju pertanian terdekat di mana kereta kuda berada. Pertanian itu dulu merupakan bagian dari mahar milik Lady Ming Shuwan dan masih ada beberapa pelayannya yang dengan setia menjaga dan menggarap lahan.Begitulah menurut Ibu Yun yang bercerita sembari sibuk mempersiapkan bekal. Sedangkan Wanwan sibuk membantu Dong Xiu Bai bersiap-siap."Ayo Gege kita berangkat!" Dong Xiu Bai berseru penuh semangat.Xiao Long tersenyum menatap gadis itu. Kali ini dia mengenakan hanfu berwarna biru cerah. Rambutnya diikat dalam dua sanggul cepol yang dihiasi jepit rambut bertatahkan permata warna-warni. Terlihat manis dan imut."Nona kita sarapan dulu,
Xiao Long memacu kereta kudanya lebih cepat. Hatinya dipenuhi dengan semangat baru. Setelah beberapa hari hanya melihat tumpukan salju memutih, suasana hatinya sedikit bergembira dengan pemandangan yang berganti dengan hijaunya pepohonan."Xiao Long kau pasti lupa jalan menuju hutan seribu bambu bukan?" Tiba-tiba Wanwan yang duduk di sebelahnya bertanya."Sepertinya begitu, apakah itu masih jauh?" Xiao Long berbalik bertanya tanpa menoleh ke samping, dia berkonsentrasi mengendalikan kudanya."Tidak begitu jauh lagi, setelah belokan itu kita akan mulai memasuki kawasan hutan seribu bambu." Wanwan menunjuk ke arah jalan yang mulai berkelok-kelok."Baiklah!" Xiao Long menyahut dan mengurangi kecepatan keretanya dengan menarik tali kekang kuda perlahan.Dua ekor kuda yang menarik keretanya sepertinya merupakan kuda unggulan. Selain memiliki tubuh yang kuat dan kokoh, kuda-kuda itu sangat terawat dan terlatih."Aiyo, meski kau kehilangan ingatanmu tetapi kau tidak kehilangan keahlianmu dala
Xiao Long menatap nanar tugu batu di hadapannya. Tulisan di tugu itu membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin."Mo Ye, apa yang terjadi padamu?" bisiknya pelan sembari menyentuh tulisan di atas batu dengan tangan gemetaran."Apa kau tidak ingat bagaimana Jenderal Mo Ye meninggal dunia?" Ibu Yun yang berdiri di sampingnya bertanya dengan suara bergetar."Aku tidak ingat apa pun ibu," keluhnya lirih."Beliau melindungi dirimu dan Nona Dong Xiu Bai." Ibu Yun mendesah pelan saat mengucapkan kata-kata itu.Xiao Long termangu mendengar ucapannya. Mo Ye, berkali-kali menyelamatkan nyawanya di medan perang dan selalu melindunginya. Dia adalah salah satu jenderal yang setia selain Jenderal Won.Wanita yang tangguh dan hebat. Tidak pernah gentar menghadapi apapun. Tak heran jika dia dijuluki Magnolia baja ibukota.Dia sangat cantik, tidak kalah dengan Gong Liu Ye yang menyandang gelar kecantikan ibukota nomor satu. Jika dia hidup seperti kebanyakan gadis-gadis dari keluarga terhormat di ibuk
Wanita berhanfu putih itu melemparkan selendangnya dan melentingkan tubuhnya, melayang ke arah Jenderal Mo Ye yang juga mengarahkan pedang kepadanya.Tak ayal keduanya bertabrakan dan menimbulkan percikan dari kekuatan mereka. Jenderal Mo Ye mendarat mulus di tanah meski sempat terdorong kekuatan lawannya.Sedangkan wanita berhanfu putih itu kembali melayang setelah sempat menjejakkan kakinya sebentar di tanah. Dia berputar dan menarik pedangnya dari sarungnya dan bersiap menyerang Jenderal Mo Ye lagi."Nona siapa wanita itu?" Xiao Long bertanya pada Dong Xiu Bai yang memperhatikan pertarungan keduanya dengan asyik."Aku tidak tahu Gege!" sahutnya sambil lalu.Gadis mungil itu berlari mengikuti kedua wanita yang tengah bertarung itu. Mau tidak mau Xiao Long pun mengikutinya.Kedua wanita itu masih terlibat pertarungan yang seru. Jenderal Mo Ye masih menggunakan pedangnya untuk menangkis setiap serangan dari wanita berhanfu putih tadi.Denting pedang diiringi desir selendang yang tiba-t
"Long Gege, apa ada sesuatu yang mulai kau ingat?" Dong Xiu Bai bertanya saat mereka kembali ke kuil."Hingga saat ini tidak ada Nona," sahut Xiao Long datar."Kau juga tidak ingat apa yang membuatmu terluka parah waktu itu?" Dong Xiu Bai kembali bertanya.Xiao Long menggelengkan kepalanya. Sebenarnya dia bukan tidak ingat tetapi tidak tahu. Tubuhnya memang milik Xiao Long tetapi jiwanya adalah Ao Yu Long. Tentu saja dia tidak tahu menahu mengenai Xiao Long."Menurut Jenderal Mo Ye sebelum Gege terluka, semestinya Gege memiliki tubuh yang kuat dan dentian serta chi yang lancar. Bahkan kemungkinan besar Gege memiliki ilmu beladiri yang bagus." Dong Xiu Bai berceloteh sembari mempererat pelukan tangannya di leher Xiao Long."Entahlah Nona, yang saya rasakan saat ini hanyalah tubuhku sedikit ringan dan chi mulai mengalir lancar." Xiao Long menjawab sambil lalu saja."Kalau begitu sesampainya di kuil kita mulai berlatih lagi. Hari ini kita belajar di perpustakaan kuil terlebih dahulu, semo
Xiao Long berkeliling kuil untuk menghilangkan kebosanannya. Berhari-hari semenjak terbangun di dalam tubuh kusir kereta ini, dia hanya bertemu dengan Dong Xiu Bai dan kedua pelayannya.Sedangkan di kuil ini pun hanya ada seorang biksu saja. Tetua Ming telah meninggal dunia beberapa bulan lalu. Tidak ada yang bisa diajaknya berbicara ataupun berlatih. Tentu saja ini membuatnya dilanda kebosanan.Di belakang kuil terdapat halaman terbuka yang cocok untuk berlatih. Xiao Long memutuskan untuk berlatih seorang diri. Meski chi-nya belum cukup lancar tetapi jika hanya untuk berlatih saja rasanya tidak akan mempengaruhi kondisi tubuhnya.Perlahan-lahan Xiao Long mengambil posisi untuk memulai latihannya. Dengan sebatang ranting dia mencoba untuk berlatih jurus pedang es.Pada awalnya, tubuhnya terasa kaku dan berat. Namun, dia tetap meneruskan tahapan demi tahapan jurus pedang esnya. Ini mengingatkannya pada awal-awal dia berlatih pedang es di masa kecilnya. Tubuhnya tidak bisa menggerakkan
Xiao Long berhasil menolong Dong Xiu Bai dan kini menggendongnya menuju tepi danau. Beruntung Xiao Long bisa berenang, jika tidak mungkin akan sangat terlambat untuk menyelamatkan putri Lady Ming Shuwan itu.Xiao Long membaringkan tubuh gadis mungil itu di tanah berlapis dedaunan dan menekan dadanya untuk mengeluarkan air dari paru-parunya. Beberapa saat gadis itu terbatuk-batuk dan sadar."Bai'er!" Xia long segera membantunya untuk duduk dan menyandarkan punggungnya pada sebongkah batu besar yang ada di dekat mereka."Siapa kau?" Dong Xiu Bai bertanya pelan dan kembali terbatuk-batuk."Jangan berbicara dan bergerak dulu." Xiao Long membujuknya untuk tetap pada posisinya.Dong Xiu Bai terbatuk-batuk lagi. Setelah beberapa saat, gadis itu kembali tenang dan menatap Xiao Long dengan tata menyelidik."Jika aku bercerita, apakah kau akan mempercayaiku?" Xiao Long menatapnya dengan serius."Tergantung, jika kau bukan orang baik, aku akan membunuhmu. Tetapi menurut Jenderal Mo Ye hanya ada s