Xiao Long berkeliling kuil untuk menghilangkan kebosanannya. Berhari-hari semenjak terbangun di dalam tubuh kusir kereta ini, dia hanya bertemu dengan Dong Xiu Bai dan kedua pelayannya.Sedangkan di kuil ini pun hanya ada seorang biksu saja. Tetua Ming telah meninggal dunia beberapa bulan lalu. Tidak ada yang bisa diajaknya berbicara ataupun berlatih. Tentu saja ini membuatnya dilanda kebosanan.Di belakang kuil terdapat halaman terbuka yang cocok untuk berlatih. Xiao Long memutuskan untuk berlatih seorang diri. Meski chi-nya belum cukup lancar tetapi jika hanya untuk berlatih saja rasanya tidak akan mempengaruhi kondisi tubuhnya.Perlahan-lahan Xiao Long mengambil posisi untuk memulai latihannya. Dengan sebatang ranting dia mencoba untuk berlatih jurus pedang es.Pada awalnya, tubuhnya terasa kaku dan berat. Namun, dia tetap meneruskan tahapan demi tahapan jurus pedang esnya. Ini mengingatkannya pada awal-awal dia berlatih pedang es di masa kecilnya. Tubuhnya tidak bisa menggerakkan
Xiao Long berhasil menolong Dong Xiu Bai dan kini menggendongnya menuju tepi danau. Beruntung Xiao Long bisa berenang, jika tidak mungkin akan sangat terlambat untuk menyelamatkan putri Lady Ming Shuwan itu.Xiao Long membaringkan tubuh gadis mungil itu di tanah berlapis dedaunan dan menekan dadanya untuk mengeluarkan air dari paru-parunya. Beberapa saat gadis itu terbatuk-batuk dan sadar."Bai'er!" Xia long segera membantunya untuk duduk dan menyandarkan punggungnya pada sebongkah batu besar yang ada di dekat mereka."Siapa kau?" Dong Xiu Bai bertanya pelan dan kembali terbatuk-batuk."Jangan berbicara dan bergerak dulu." Xiao Long membujuknya untuk tetap pada posisinya.Dong Xiu Bai terbatuk-batuk lagi. Setelah beberapa saat, gadis itu kembali tenang dan menatap Xiao Long dengan tata menyelidik."Jika aku bercerita, apakah kau akan mempercayaiku?" Xiao Long menatapnya dengan serius."Tergantung, jika kau bukan orang baik, aku akan membunuhmu. Tetapi menurut Jenderal Mo Ye hanya ada s
Beberapa hari kemudian, Dong Xiu Bai selalu mengajak Xiao Long untuk berlatih dan berburu. Sedangkan Ibu Yun dan Wanwan sibuk memanen sayuran.Biasanya setelah panen selesai mereka akan menjualnya ke desa terdekat dan sisanya mereka bawa ke manor untuk persediaan makanan. Tetapi kali ini mereka berencana untuk tinggal di kuil dan mengambil semua barang milik Lady Ming Shuwan yang ada di manor."Xiao Long apakah kau yakin, kita lebih aman tinggal di sini?" Ibu Yun bertanya padanya saat Xiao Long membantunya menyalakan tungku."Iya ibu, di sini kita tidak kekurangan apapun. Dan tentu saja tidak kedinginan." Xiao Long menyahut dengan tegas."Iya itu benar, kalau begitu besok kau harus kembali ke manor bersama Nona untuk mengambil barang-barang milik Lady Ming Shuwan." Ibu Yun mengipasi belanga kecil di atas tungku dengan hati-hati.Xiao Long hanya mengangguk setuju. Dia pun berencana untuk mengunjungi reruntuhan istana. Mungkin ada sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk untuk mencari pedan
Sebuah kitab dengan huruf-huruf kuno terukir di atasnya berhiaskan simbol yang sangat mereka berdua kenali. Pedang es, cambuk api dan jarum kristal es. Dengan naga dan phoenix menjadi latar sampul buku ini."Kitab legenda Kaili," gumam Xiao Long pelan."Kenapa kitab ini ada di dalam mahar ibuku?" Dong Xiu Bai mengambil kitab ini dan mengamatinya dengan cermat."Entahlah! Kitab ini tidak pernah terdengar keberadaannya sejak lama. Bahkan banyak yang menganggapnya hanya legenda belaka." Xiao Long kembali mengambil kotak-kotak yang lain."Gege, di sini ada cerita legenda Kaili dan juga penjelasan mengenai senjata legendaris dan roh mistis." Dong Xiu Bai rupanya membuka kitab itu dan membacanya sekilas."Bagus kalau begitu! Itu akan membantu kita untuk berlatih. Simpanlah kitab itu, jangan sampai diketahui orang lain." Xiao Long menurunkan sebuah kotak yang panjang."Apa itu Gege?" Dong Xiu Bai menutup kitab dan menyimpannya di balik mantelnya.Kemudian mendekati Xiao Long yang tengah menco
Denting senar pipa mengalun pelan di antara desir angin dan desau daun bambu. Semakin lama, denting senar pipa terdengar semakin kuat.Xiao Long berhenti berlatih sejenak. Mata phoenixnya menatap sekitarnya, mencari di mana Dong Xiu Bai kini memetik pipanya."Rumput yang mulai menghijauBunga azalea mulai bermekaranTetes salju yang menguapEmbun pagi yang berkilauInilah musim semi yang indah"Suara khas kekanak-kanakannya berkumandang di seantero hutan. Bersama dengan denting senar pipa dan deru angin yang semakin mengencang bersamaan dengan hawa dingin yang mulai menyelimuti sekitarnya."Tarian badai salju, rupanya dia mulai berlatih jurus itu," gumam Xiao Long dalam hati.Perlahan dijejakkannya kakinya ke tanah, dan melayang dengan ringan. Terbang dari pucuk bambu ke pucuk yang lainnya. Menuju deru angin yang berputar dan mulai memekakkan telinganya.Dari kejauhan dapat dilihatnya Dong Xiu Bai yang tengah berputar perlahan sembari memetik senar pipa dan bernyanyi. Kakinya seperti t
Beberapa hari ini Dong Xiu Bai menghabiskan waktunya dengan membaca kitab legenda Kaili. Sembari menemani Xiao Long berlatih, meski menurutnya itu tidak ada gunanya tanpa adanya pedang es.Jurus pedang es bukan jurus-jurus tunggal yang dapat diterapkan dengan menggunakan sembarangan pedang. Tanpa pedang es, itu hanya sebuah jurus tanpa kekuatan. Meskipun Xiao Long memiliki jurus yang lain itu hanya bisa untuk membela dan mempertahankan diri, hanya sekadar sebuah olah kanuragan semata.Itu membuatnya tak lebih dari seorang prajurit biasa. Dong Xiu Bai mencemaskan kondisinya. Karena akan cukup sulit saat mereka menghadapi situasi darurat atau jika mereka terlibat pertarungan tanpa sengaja."Ehm, bagaimana bisa pedang es menghilang? Tetapi seingatku jarum kristal es milik ibu juga menghilang saat ibu menjadi serpihan salju," gumam Dong Xiu Bai sembari menopangkan dagu di atas lututnya."Gege!" teriaknya memanggil Xiao Long yang tengah berlatih."Ada apa?" Xiao Long menoleh dan berhenti be
"Gege ada apa?" Dong Xiu Bai bertanya saat mereka telah kembali ke kuil."Apa kau tahu tempat apa itu?" Tanya Xiao Long sambil berjongkok di depannya."Aku tidak tahu," jawab Dong Xiu Bai polos."Apa kau juga tahu bunga apa yang kau petik?" Xiao Long bertanya lagi dengan sedikit membentak."Aku tidak tahu," kembali jawaban polos Dong Xiu Bai terdengar."Bai'er, katakan padaku, pernahkah ibumu memberitahumu tentang tiga racun mematikan dari istana bunga?" Xiao Long bertanya dengan hati-hati, menyadari Dong Xiu Bai mulai ketakutan."Marigold emas, lotus biru dan lili darah, tiga racun mematikan istana bunga yang hanya bisa dihentikan dengan pil salju dan jarum kristal es." Jawabnya pelan."Lihatlah bunga di tanganmu!" Xiao Long meraih tangan gadis itu dan menunjukkan bunga yang digenggamnya.Dong Xiu Bai menatap bunga-bunga yang tadi dipetiknya. Mengamatinya dengan seksama. Setelah beberapa saat dia melemparkan bunga-bunga itu ke lantai."Gege, ini....!" Dia berseru panik."Tidak apa-ap
"Hya! Hya!" Xiao Long memacu kudanya dengan cepat."Semoga saja biksu itu bisa menahan Lady Wang Ren Wan, meski sejujurnya aku ragu," gumamnya dengan cemas.Kereta kuda melaju lebih cepat, meninggalkan wilayah hutan seribu bambu. Tinggal satu belokan lagi mereka akan sepenuhnya keluar dari wilayah hutan seribu bambu dan tiba di daerah pedesaan.Jika di masa pemerintahannya, dapat dipastikan Lady Wang Ren Wan tidak akan berani mengejar hingga ke pedesaan karena itu menyalahi perjanjian dengan kekaisaran Kaili.Menjelang malam kereta kuda mulai memasuki pedesaan. Xiao Long terus memacu kudanya tanpa berhenti. Dia tidak ingin mengambil resiko dengan berhenti untuk beristirahat.Bahkan dia tidak berniat untuk berhenti di pertanian milik Lady Ming Shuwan. Dia terus memacu kudanya ke arah barat daya. Dia teringat akan titahnya sebelum dia mati bersama Duan Xiao Jiao."Seharusnya saat ini Perdana Menteri Ming Feng Ying dan pasukan Mo Yu dan penduduk ibukota ada di sana," bisiknya dalam hati.