Sebuah kitab dengan huruf-huruf kuno terukir di atasnya berhiaskan simbol yang sangat mereka berdua kenali. Pedang es, cambuk api dan jarum kristal es. Dengan naga dan phoenix menjadi latar sampul buku ini."Kitab legenda Kaili," gumam Xiao Long pelan."Kenapa kitab ini ada di dalam mahar ibuku?" Dong Xiu Bai mengambil kitab ini dan mengamatinya dengan cermat."Entahlah! Kitab ini tidak pernah terdengar keberadaannya sejak lama. Bahkan banyak yang menganggapnya hanya legenda belaka." Xiao Long kembali mengambil kotak-kotak yang lain."Gege, di sini ada cerita legenda Kaili dan juga penjelasan mengenai senjata legendaris dan roh mistis." Dong Xiu Bai rupanya membuka kitab itu dan membacanya sekilas."Bagus kalau begitu! Itu akan membantu kita untuk berlatih. Simpanlah kitab itu, jangan sampai diketahui orang lain." Xiao Long menurunkan sebuah kotak yang panjang."Apa itu Gege?" Dong Xiu Bai menutup kitab dan menyimpannya di balik mantelnya.Kemudian mendekati Xiao Long yang tengah menco
Denting senar pipa mengalun pelan di antara desir angin dan desau daun bambu. Semakin lama, denting senar pipa terdengar semakin kuat.Xiao Long berhenti berlatih sejenak. Mata phoenixnya menatap sekitarnya, mencari di mana Dong Xiu Bai kini memetik pipanya."Rumput yang mulai menghijauBunga azalea mulai bermekaranTetes salju yang menguapEmbun pagi yang berkilauInilah musim semi yang indah"Suara khas kekanak-kanakannya berkumandang di seantero hutan. Bersama dengan denting senar pipa dan deru angin yang semakin mengencang bersamaan dengan hawa dingin yang mulai menyelimuti sekitarnya."Tarian badai salju, rupanya dia mulai berlatih jurus itu," gumam Xiao Long dalam hati.Perlahan dijejakkannya kakinya ke tanah, dan melayang dengan ringan. Terbang dari pucuk bambu ke pucuk yang lainnya. Menuju deru angin yang berputar dan mulai memekakkan telinganya.Dari kejauhan dapat dilihatnya Dong Xiu Bai yang tengah berputar perlahan sembari memetik senar pipa dan bernyanyi. Kakinya seperti t
Beberapa hari ini Dong Xiu Bai menghabiskan waktunya dengan membaca kitab legenda Kaili. Sembari menemani Xiao Long berlatih, meski menurutnya itu tidak ada gunanya tanpa adanya pedang es.Jurus pedang es bukan jurus-jurus tunggal yang dapat diterapkan dengan menggunakan sembarangan pedang. Tanpa pedang es, itu hanya sebuah jurus tanpa kekuatan. Meskipun Xiao Long memiliki jurus yang lain itu hanya bisa untuk membela dan mempertahankan diri, hanya sekadar sebuah olah kanuragan semata.Itu membuatnya tak lebih dari seorang prajurit biasa. Dong Xiu Bai mencemaskan kondisinya. Karena akan cukup sulit saat mereka menghadapi situasi darurat atau jika mereka terlibat pertarungan tanpa sengaja."Ehm, bagaimana bisa pedang es menghilang? Tetapi seingatku jarum kristal es milik ibu juga menghilang saat ibu menjadi serpihan salju," gumam Dong Xiu Bai sembari menopangkan dagu di atas lututnya."Gege!" teriaknya memanggil Xiao Long yang tengah berlatih."Ada apa?" Xiao Long menoleh dan berhenti be
"Gege ada apa?" Dong Xiu Bai bertanya saat mereka telah kembali ke kuil."Apa kau tahu tempat apa itu?" Tanya Xiao Long sambil berjongkok di depannya."Aku tidak tahu," jawab Dong Xiu Bai polos."Apa kau juga tahu bunga apa yang kau petik?" Xiao Long bertanya lagi dengan sedikit membentak."Aku tidak tahu," kembali jawaban polos Dong Xiu Bai terdengar."Bai'er, katakan padaku, pernahkah ibumu memberitahumu tentang tiga racun mematikan dari istana bunga?" Xiao Long bertanya dengan hati-hati, menyadari Dong Xiu Bai mulai ketakutan."Marigold emas, lotus biru dan lili darah, tiga racun mematikan istana bunga yang hanya bisa dihentikan dengan pil salju dan jarum kristal es." Jawabnya pelan."Lihatlah bunga di tanganmu!" Xiao Long meraih tangan gadis itu dan menunjukkan bunga yang digenggamnya.Dong Xiu Bai menatap bunga-bunga yang tadi dipetiknya. Mengamatinya dengan seksama. Setelah beberapa saat dia melemparkan bunga-bunga itu ke lantai."Gege, ini....!" Dia berseru panik."Tidak apa-ap
"Hya! Hya!" Xiao Long memacu kudanya dengan cepat."Semoga saja biksu itu bisa menahan Lady Wang Ren Wan, meski sejujurnya aku ragu," gumamnya dengan cemas.Kereta kuda melaju lebih cepat, meninggalkan wilayah hutan seribu bambu. Tinggal satu belokan lagi mereka akan sepenuhnya keluar dari wilayah hutan seribu bambu dan tiba di daerah pedesaan.Jika di masa pemerintahannya, dapat dipastikan Lady Wang Ren Wan tidak akan berani mengejar hingga ke pedesaan karena itu menyalahi perjanjian dengan kekaisaran Kaili.Menjelang malam kereta kuda mulai memasuki pedesaan. Xiao Long terus memacu kudanya tanpa berhenti. Dia tidak ingin mengambil resiko dengan berhenti untuk beristirahat.Bahkan dia tidak berniat untuk berhenti di pertanian milik Lady Ming Shuwan. Dia terus memacu kudanya ke arah barat daya. Dia teringat akan titahnya sebelum dia mati bersama Duan Xiao Jiao."Seharusnya saat ini Perdana Menteri Ming Feng Ying dan pasukan Mo Yu dan penduduk ibukota ada di sana," bisiknya dalam hati.
Aroma masakan berbaur dengan aroma rerumputan mengganggu hidung Xiao Long dan membangunkannya. Perlahan dibukanya kedua matanya. Sejenak dia menatap langit terbuka, lupa di mana kini dia berada."Long Gege," sebuah sentuhan di pipinya membuatnya segera terbangun."Bai'er," bisiknya saat merasakan jari jemari gadis mungil itu yang terasa dingin di pipinya.Dong Xiu Bai tersenyum dan membantunya untuk bangun. Disodorkannya semangkuk obat yang biasa diminumnya setiap hari. Sepertinya Ibu Yun masih sempat memasukkan persediaan obat-obatan ke dalam kereta."Minumlah Gege, agar chimu dapat mengalir dengan lancar dalam tubuhmu." Dong Xiu Bai tersenyum.Kemudian duduk di sebelahnya. Mengaduk sesuatu di atas api unggun. Sepertinya sup atau bubur."Kapan kau bangun? Ini masih terlalu pagi," tanyanya pada gadis mungil itu.Xiao Long menatap ladang yang terhampar di hadapan mereka. Sebuah ladang yang cukup luas, ditanami aneka sayuran dan tanaman-tanaman lain."Aku tidak bisa tidur Gege," keluhny
Menjelang sore, mereka tiba di sebuah desa yang lumayan ramai. Sambil menelusuri jalan desa, Xiao Long mengamati sekitarnya, mencari tempat untuk menginap. Namun hingga ke ujung desa, tidak ada satupun penginapan yang nampak."Sepertinya aku harus ke Pondok Willow," gumamnya dalam hati.Meski saat ini sudah lebih dari sepuluh tahun terhitung dari kematiannya, Xiao Long masih mengingat dengan jelas situasi di wilayah ini. Sebelum menjadi kaisar bahkan sesudahnya, dia kerap mengunjungi atau melintasi wilayah ini.Wilayah yang cukup aman untuk dilintasi para pedagang atau pengelana. Selain adanya desa-desa yang jaraknya berdekatan, di wilayah ini juga terdapat banyak kedai dan penginapan.Namun, sedari tadi dia tidak melihat adanya penginapan dan hanya sedikit kedai yang buka di sepanjang perjalanan. Beruntung mereka tadi membeli makanan di pasar, sehingga mereka tidak perlu kebingungan mencari makanan."Sepertinya sudah banyak yang berubah," gumamnya lagi.Kini kereta kudanya berjalan l
"Gege, sungguh tempat ini mirip sekali dengan ruang belajar ibuku." Dong Xiu Bai duduk di depan Xiao Long yang masih melamun."Ehm, benarkah?" Xiao Long menjawab asal saja."Iya, bahkan hingga lukisan dan letak perabot semuanya sama persis." Dong Xiu Bai menunjuk sebuah lukisan yang tergantung di dinding.Lukisan seorang wanita cantik berhanfu hijau dengan sebuah seruling yang tengah ditiupnya . Dilatar belakangi salju yang memutih."Giok di tengah salju, nama lukisan itu Gege," lanjutnya dengan penuh semangat."Giok di tengah salju?" Gumam Xiao Long pelan."Jadi dari lukisan ini, kau memberi nama paviliun ini, Shuwan," bisiknya dalam hati."Giok di tengah salju adalah lukisan nenekku," celoteh Dong Xiu Bai lagi."Menceritakan tentang nenekku yang merupakan nona muda dari Klan Duan," lanjutnya tanpa memperhatikan ekspresi Xiao Long yang berubah."Duan? Nenekmu? Ibu dari Lady Ming Shuwan?" Xiao Long menyipitkan matanya menatap gadis mungil itu."Ehm, dia meninggal dunia sejak ibuku mas