Aroma masakan berbaur dengan aroma rerumputan mengganggu hidung Xiao Long dan membangunkannya. Perlahan dibukanya kedua matanya. Sejenak dia menatap langit terbuka, lupa di mana kini dia berada."Long Gege," sebuah sentuhan di pipinya membuatnya segera terbangun."Bai'er," bisiknya saat merasakan jari jemari gadis mungil itu yang terasa dingin di pipinya.Dong Xiu Bai tersenyum dan membantunya untuk bangun. Disodorkannya semangkuk obat yang biasa diminumnya setiap hari. Sepertinya Ibu Yun masih sempat memasukkan persediaan obat-obatan ke dalam kereta."Minumlah Gege, agar chimu dapat mengalir dengan lancar dalam tubuhmu." Dong Xiu Bai tersenyum.Kemudian duduk di sebelahnya. Mengaduk sesuatu di atas api unggun. Sepertinya sup atau bubur."Kapan kau bangun? Ini masih terlalu pagi," tanyanya pada gadis mungil itu.Xiao Long menatap ladang yang terhampar di hadapan mereka. Sebuah ladang yang cukup luas, ditanami aneka sayuran dan tanaman-tanaman lain."Aku tidak bisa tidur Gege," keluhny
Menjelang sore, mereka tiba di sebuah desa yang lumayan ramai. Sambil menelusuri jalan desa, Xiao Long mengamati sekitarnya, mencari tempat untuk menginap. Namun hingga ke ujung desa, tidak ada satupun penginapan yang nampak."Sepertinya aku harus ke Pondok Willow," gumamnya dalam hati.Meski saat ini sudah lebih dari sepuluh tahun terhitung dari kematiannya, Xiao Long masih mengingat dengan jelas situasi di wilayah ini. Sebelum menjadi kaisar bahkan sesudahnya, dia kerap mengunjungi atau melintasi wilayah ini.Wilayah yang cukup aman untuk dilintasi para pedagang atau pengelana. Selain adanya desa-desa yang jaraknya berdekatan, di wilayah ini juga terdapat banyak kedai dan penginapan.Namun, sedari tadi dia tidak melihat adanya penginapan dan hanya sedikit kedai yang buka di sepanjang perjalanan. Beruntung mereka tadi membeli makanan di pasar, sehingga mereka tidak perlu kebingungan mencari makanan."Sepertinya sudah banyak yang berubah," gumamnya lagi.Kini kereta kudanya berjalan l
"Gege, sungguh tempat ini mirip sekali dengan ruang belajar ibuku." Dong Xiu Bai duduk di depan Xiao Long yang masih melamun."Ehm, benarkah?" Xiao Long menjawab asal saja."Iya, bahkan hingga lukisan dan letak perabot semuanya sama persis." Dong Xiu Bai menunjuk sebuah lukisan yang tergantung di dinding.Lukisan seorang wanita cantik berhanfu hijau dengan sebuah seruling yang tengah ditiupnya . Dilatar belakangi salju yang memutih."Giok di tengah salju, nama lukisan itu Gege," lanjutnya dengan penuh semangat."Giok di tengah salju?" Gumam Xiao Long pelan."Jadi dari lukisan ini, kau memberi nama paviliun ini, Shuwan," bisiknya dalam hati."Giok di tengah salju adalah lukisan nenekku," celoteh Dong Xiu Bai lagi."Menceritakan tentang nenekku yang merupakan nona muda dari Klan Duan," lanjutnya tanpa memperhatikan ekspresi Xiao Long yang berubah."Duan? Nenekmu? Ibu dari Lady Ming Shuwan?" Xiao Long menyipitkan matanya menatap gadis mungil itu."Ehm, dia meninggal dunia sejak ibuku mas
Bayangan itu menyerang Xiao Long. Dengan gerakan lincah bayangan itu terus menyerangnya tanpa memberinya kesempatan. Xiao Long menghindar, menepis serangan beruntunnya."Bai'er!" Teriaknya mengkhawatirkan gadis mungil itu.Meskipun gadis itu memiliki kekuatan yang lebih besar darinya, tetapi dia belum bisa mengendalikan dan juga menerapkannya dengan baik."Haiya!" Gadis itu berteriak dan menyerang bayangan hitam itu.Bayangan hitam itu bergerak dengan cepat dan menendang dada Dong Xiu Bai. Kemudian dia berbalik dan menyerang Xiao Long lagi.Kali ini dia menggunakan pedangnya mengincar leher Xiao Long. Menyadari bahaya yang mendekatinya, Xiao Long mengelak dan mencari celah untuk berbalik menyerang.Sayangnya, meski cukup lincah menghindari serangan, dia tidak memiliki kekuatan yang lebih. Sebuah pukulan di dadanya membuatnya terpelanting dan muntah darah.Xiao Long merasakan sakit dan nyeri yang kuat di dadanya. Sepertinya bukan sebuah pukulan biasa, ada cakaran yang mencabik dadanya.
Xiao Long merasakan sakit di dadanya saat berusaha untuk bangun. Entah berapa lama dia pingsan. Ingatan terakhirnya, saat Dong Xiu Bai menghentikan tarian badai saljunya."Ah!" Keluhnya saat tubuhnya kembali terkulai ke tempat tidur."Eh kau sudah sadar? Jangan bergerak dulu!" Seorang pria yang baru saja datang, mencegahnya untuk bergerak."Aku akan memeriksamu," Pria itu membantunya untuk duduk dan kemudian memeriksanya."Kau sangat beruntung, konstitusi tubuhmu cukup kuat untuk menahan racun anggrek hitam istana bunga. Jika orang lain, daging dan tulangnya akan mengelupas dan meleleh," jelasnya sembari membuka kain pelapis yang membungkus luka-luka di dada, lengan dan punggungnya."Bagaimana dengan Bai'er?" Xiao Long bertanya sembari menahan sakit saat luka-lukanya diobati."Gadis itu baik-baik saja. Hanya saja kami agak sulit membujuknya untuk beristirahat karena dia selalu menunggumu di sini, selama kau pingsan." Pria itu tersenyum.Xiao Long hanya terdiam. Namun, tidak lagi dilip
"Oh jadi kau lupa memberitahuku, tapi kau terburu-buru memberitahu istana bunga! Aku menyesal pernah mengampuni, kali ini aku tidak akan mengampuni dirimu lagi. Hao bawa dia ke gudang kayu, pastikan besok pagi aku tidak melihatnya lagi!" Wanita tua itu terdengar sangat marah."Ampuni aku nyonya! Aku mohon!" Suara-suara menghiba terdengar hingga pelan-pelan menghilang.Meski jarak mereka cukup jauh dengan tempat Dong Xiu Bai berada, tetapi gadis itu dapat mendengar setiap ucapan mereka dengan jelas."Telinga rubahku ini ada gunanya juga," bisiknya sembari tersenyum nakal.Setelah memastikan tidak lagi terdengar suara-suara dan juga orang-orang yang masih berada dalam gudang, Dong Xiu Bai perlahan membuka pintu gudang yang tidak terkunci."Wah banyak sekali persediaan makanannya!" Serunya kagum saat pintu terbuka dan dia melihat tumpukan bahan makanan yang tersusun rapi di rak-rak dalam gudang.Di setiap rak ada tempelan kertas yang bertuliskan setiap jenis bahan makanan dan juga bahan o
"Gege, ada yang ingin kuceritakan padamu," celoteh Dong Xiu Bai sembari menyuapkan sesendok sup sarang burung."Apakah itu?" Xiao Long menatapnya penuh rasa ingin tahu.Dong Xiu Bai tidak segera menjawab. Dia melirik Tuan Wu yang masih duduk di kursinya, menatap mereka berdua."Baiklah, aku akan pergi. Xiao Long ingat kata-kataku tadi!" Tuan Wu mengerti maksud Dong Xiu Bai."Tuan Wu, jika kau tidak keberatan, tolong periksa Bai'er juga." Xiao Long menatap tabib muda itu penuh harap."Baiklah, besok aku akan memeriksa Nona Muda." Tuan Wu tersenyum, mengibaskan jubahnya, kemudian meninggalkan paviliun.Setelah memastikan Tuan Wu menjauh dari paviliun, Dong Xiu Bai naik ke ranjang kang dan duduk di sebelah Xiao Long.Kemudian dia menceritakan apa saja yang didengarnya hari ini dan beberapa hari yang lalu. Begitu juga dengan bocah lelaki yang langkah kakinya tidak dapat didengarnya."Begitu? Sepertinya di sini ada pengkhianat, tetapi Nyonya Tua bisa mengatasinya." Xiao Long menatap Dong X
"Bagaimana keadaanmu?" Tuan Wu bertanya pada Xiao Long saat pagi ini mengunjungi paviliun."Aku rasa sudah jauh lebih baik. Lukanya sudah sembuh dan aku juga sudah berlatih kembali," sahut Xiao Long dengan tenang."Baguslah! Sekarang kau hanya harus meminum ramuan yang aku resepkan, agar dentianmu membuka dan mengalirkan chi ke seluruh tubuhmu dengan lancar." Tuan Wu menyodorkan mangkuk berisi obat padanya."Aku rasa tidak ada gunanya jika chiku lancar. Aku tidak bisa menggunakannya." Xiao Long tersenyum kecut, menerima mangkok dari tabib muda yang telah merawatnya hingga sekarang."Bagaimana bisa begitu?" Tuan Wu menatapnya heran."Jurus pedang es tanpa pedang es hanya akan menjadi sampah," gumam Xiao Long setelah menghabiskan obatnya dalam sekali teguk."Apa maksudmu?" Tuan Wu menundukkan kepalanya menatap Xiao Long lekat-lekat.Xiao Long terkejut dan memundurkan kepalanya. Terkadang pria muda ini membuatnya sedikit takut. Ada banyak hal yang disembunyikannya justru begitu mudah dit
Ao Yu Long mengangkat pedang berwarna biru itu ke atas dan mendongak menatap langit yang gelap gulita. Seberkas sinar berwarna biru terpancar dari pedang itu dan berpendar selama beberapa saat menerangi malam di Dataran Tengah, hingga Tanah Bebas dan sebagian wilayah Kaili."Gege!" Dong Xiu Bai melayang turun bersama Rubah Putih dan Tian Min.Dong Xiu Bai segera berlari dan menubruk Ao Yu Long dengan gembira. Ao Yu Long tertawa dan menurunkan pedangnya. Kemudian digendongnya gadis kecil itu dan membawanya kembali ke kerumunan diikuti Tian Min."Hei kalian berdua! Jangan seenaknya!" Tiba-tiba saja Naga Es berseru kesal."Ada apa? Apa kalian ingin tertidur lagi?" Tian Min tertawa dan menyentuh kepala Naga itu."Bocah Duan! Mana Seruling Giokmu?" Rubah Putih mendekati Tian Min dan bertanya dengan gaya acuh tak acuhnya."Rubah Putih, Seruling Giok menghilang bersamaan dengan meninggalnya nenekku!" Dong Xiu Bai turun dari gendongan Xiao Long dan mendekatinya."Aneh! Tetapi aku merasakan roh
"Tian Min selamatkan Nona! Jangan khawatirkan kami! Ingatlah janjimu pada Tuan Xiao Long untuk melindungi Nona!" Nyonya Ning berteriak memintanya untuk menyusul Dong Xiu Bai.Tian Min menatap para wanita itu sebentar. Dengan berat hati dia meninggalkan mereka dan berlari menuju rumah utama. Api berkobar semakin membesar."Kejar dia! Dan tangkap para wanita itu!" Para pria itu berteriak-teriak.Sebagian mengejar Tian Min dan sebagian menyerang Nyonya Ning dan yang lain. Jerit tangis sekaligus ketakutan kembali terdengar. Membuat Tian Min ragu."Tian Min, pergilah! Jika kami mati, kau dan Nona dapat membalaskan dendam kami! Jika kau yang mati sudah pasti kami pun akan mati!" Nyonya Ning berteriak tanpa ragu.Tian Min yang sempat merasakan keraguan kini membulatkan tekad untuk menerobos api. Kobaran api yang semakin membesar tak dihiraukannya."Nona! Nona!" Dia berteriak memanggil Dong Xiu Bai.Pandangan matanya terhalang api dan asap. Dia tidak dapat memastikan di mana dia atau pun Dong
Beberapa hari kemudian, orang-orang di Wisma Nyonya Ning dan juga di desa disibukkan dengan persiapan untuk mengungsi. Mereka bersiap untuk kemungkinan yang terburuk."Aku dengar desa sebelah diserbu orang-orang tak dikenal. Dalam semalam desa itu hancur lebur." Desas-desus beredar di desa terutama di keramaian.Bahkan para tamu di wisma pun mulai gelisah. Mereka memilih untuk meneruskan perjalanan ke Tanah Bebas. Sedangkan bagi orang-orang yang hendak menuju Dataran Tengah memilih untuk kembali atau bertahan di wisma."Seperti dugaanku, situasi makin tak terkendali, Nyonya." Tian Min duduk di hadapan Nyonya Ning.Sore itu mereka bermain catur go sembari berbincang dan menikmati teh. Akhir-akhir ini mereka berdua lebih sering menghabiskan waktu bersama."Kau benar. Aku khawatir mereka akan menyerang kita kapan saja. Orang-orangku tak akan mampu menahan mereka." Nyonya Ning meski berkata dengan tenang, tetapi kekhawatiran tergambar jelas d
"Nona!" A Gui berteriak seraya berlari menghampiri Dong Xiu Bai yang tengah berlatih memanah bersama Tian Min."Ada apa? Apakah ada kabar dari Long Gege?" Dong Xiu Bai bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari target yang hendak dipanahnya.Tian Min memberi isyarat pada A Gui untuk menunda laporannya. Menunggu Dong Xiu Bai selesai memanah sesuai target. Anak panahnya melesat dan tepat mengenai sasaran."Nona anda semakin pandai dalam memanah." Tian Min memujinya."Karena kau yang mengajariku. Oh ya Paman A Gui, ada apa?" Dong Xiu Bai kini menatap pria yang selalu setia membawakan kabar dari Xiao Long atau pun Xie Jing Cuan."Surat dari Tuan Long." Sahutnya sembari memberikan sebuah gulungan padanya."Terima kasih." Dong Xiu Bai menerima kemudian membuka dan membaca gulungan itu. Dia menjauhi area latihan dan masuk ke dalam rumah."Pama A Gui apakah ada kabar di Tanah Bebas dan Dataran Tengah?" Tian Min bertanya pada pria yang kini mengikutinya menuju dapur."Ada Tuan. Tanah Bebas ki
"Yang Mulia bagaimana dengan Pedang Es?" Jenderal Won bertanya saat mereka berpatroli di sekitar Padang Muhly."Pedang itu menghilang dan aku harus mencarinya." Ao Yu Long menatap lurus ke arah rerumputan merah muda yang berkibar-kibar tertiup angin."Bai'er pasti senang jika berada di sini. Dia dapat berlatih dengan bebas," gumamnya lirih.Tiba-tiba terbersit sebuah rasa rindu pada gadis kecil itu. Tawanya yang menggemaskan, denting hiasan rambutnya saat kepalanya bergoyang dan keusilan serta kenakalannya semua itu sangat dirindukannya."Bai'er?" Jenderal Won tertegun mendengar gumaman Xiao Long."Dong Xiu Bai, putri tunggal Lady Ming." Xiao Long tersenyum, menjelaskan."Yang Mulia, jika Anda bertemu dengan putri Lady Ming seharusnya Anda juga bertemu dengan Jenderal Mo Ye bukan?" Jenderal Won bertanya dengan hati-hati.Xiao Long tertegun sejenak kemudian menghela napas dalam-dalam. Sebuah pertanyaan yang dia tahu pasti akan sulit untuk menjawabnya. Bukan perkara mudah untuk mengabark
"Aku heran! Hanya dengan sebuah siulan dan mereka mempercayai kau adalah Kaisar Ao Yu Long." Tuan Wu masih penasaran dengan siulan Xiao Long tadi."Bukankah sedari awal kau bertemu denganku, kau pun sudah mencurigai diriku?" Xiao Long tertawa pelan."Tentu saja berbeda. Waktu itu aku mengobatimu dan tahu chi-mu yang jelas bercirikan chi Klan Ao." Tuan Wu menyahut dengan kesal."Tuan, siulan tadi hanya bisa disiulkan oleh Yang Mulia Kaisar. Itu bukan siulan sembarangan karena siulan itu merupakan kode rahasia yang dikombinasikan dengan jurus Pedang Es." Jenderal Won menjelaskan dengan nada datar tanpa emosi."Begitu rupanya? Xiao Long apakah semua jenderalmu bersikap dingin dan tanpa emosi seperti dia?" Tuan Wu berbisik pelan."Diamlah dan ikuti saja kebiasaan di sini." Xiao Long berbisik pelan dan mengikuti Jenderal Won memasuki tenda. Tuan Wu terdiam dan mendesah kesal, meski begitu dia mengikuti perkataan Xiao Long."Yang Mulia
"Xiao Long kau serius hendak ke Padang Muhly?" Tuan Wu sekali bertanya saat mereka tiba di sebuah wilayah yang terlihat sepi.Meski ada beberapa bangunan di kejauhan yang cerobongnya mengepulkan asap, tetapi wilayah ini justru selalu dihindari oleh para pengelana mau pun pedagang."Iya, aku yakin Pasukan Mo Yu ada di sana." Xiao Long menatap padang yang hanya ditumbuhi rerumputan berwarna merah muda. Di beberapa tempat memang ada pepohonan tetapi rumput mungli yang berwarna merah muda lebih mendominasi."Tempat yang aneh," gumam Tuan Wu saat tatapan matanya hanya mendapatkan lautan rumput berwarna merah muda yang cantik."Ayo kita ke sana!" Xiao Long memacu kudanya dan kereta berjalan perlahan menelusuri jalan setapak yang membelah lautan rumput merah muda itu.Dari kejauhan padang rumput itu terkesan panas, gersang dan meranggas. Namun saat kereta semakin jauh menyibak rerumputan merah muda itu udara semakin bersahabat.Di beber
"Ibu Han duduklah!" Xiao Long meminta wanita itu untuk duduk di depannya."Aku ingin mengajari apapun yang bisa kau ajarkan pada Bai'er. Kau mengerti maksudku bukan?" Xiao Long berkata tanpa basa-basi.Bertemu lagi dengan salah satu dayang di istananya dulu membuatnya terbawa kembali ke masa-masa itu. Masa di mana dia masihlah seorang kaisar yang berkuasa dan dihormati."Saya mengerti Tuan." Ibu Han menundukkan kepalanya dalam-dalam."Oh iya, aku dengar kau adalah seorang dayang di istana Zijin sebelumnya. Bagaimana kau bisa tiba di Dataran Tengah dan bukannya ke barat daya?" Xiao Long bertanya dengan asal saja."Tuan saya..." Ibu Han tidak melanjutkan perkataannya karena Tuan Wu tiba-tiba saja memasuki ruangan."Xiao Long ada yang ingin kubicarakan denganmu." Pria itu memberi isyarat agar mengikutinya."Baiklah Ibu Han, aku mempercayakan Bai'er padamu. Tolong jaga dan ajari dia dengan baik. Dia gadis yang baik dan pinta
Nyonya Ning menyambut mereka dengan ramah. Dia sangat menyukai Dong Xiu Bai. Bahkan dia tidak banyak alasan dan permintaan saat melepaskan Fang-Fang agar bisa menjadi pelayan Dong Xiu Bai secara resmi."Ah Tuan Long, sudah lama sekali Anda tidak mampir kemari." Sambutnya dengan ramah dan genit."Anak manis kau juga ikut?" Nyonya Ning berpaling pada Dong Xiu Bai dan menyapanya dengan lembut.Dong Xiu Bai hanya mengangguk. Tatapan matanya tak lepas dari Nyonya Ning. Entah mengapa dia sangat mengagumi wanita cantik itu. Ada sesuatu yang membuatnya selalu tertarik untuk menatapnya."Nyonya Ning ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Xiao Long duduk di kursi setelah dipersilakan."Apakah itu?" Nyonya Ning mengajak Dong Xiu Bai duduk di dekatnya."Ini mengenai Nona Muda." Xiao Long melirik Dong Xiu Bai.Nyonya Ning tertegun, tetapi kemudian tersenyum lebar. Dia memanggil salah seorang pelayannya."Duo-duo ajaklah Nona Dong untuk bermain di belakang. Sepertinya Paman Li sedang membu