Xiao Long duduk di depan tungku. Memastikan api tetap menyala, karena udara pagi ini sangat dingin."Hah, habis!" keluhnya saat melihat kayu dan arang hanya tinggal setumpuk saja di sisi tungku.Merapatkan mantelnya, dia pun keluar dari pondok. Rupanya salju turun meski tidak begitu deras. Kemana pun matanya memandang hanya ada tumpukan salju tebal yang melapisi tanah, bangunan dan pepohonan.Diedarkannya tatapan matanya ke sekeliling. Selain pondok yang rupanya sebuah gudang, ada beberapa bangunan lain. Namun sebagian telah roboh dan terlihat tidak terawat.Gudang tempatnya tinggal, serta sebuah bangunan yang mungkin dahulu merupakan sebuah halaman kecil merupakan sebagian bangunan yang masih utuh dan layak untuk dihuni.Terlihat dari asap yang membumbung tinggi dari bangunan yang berseberangan dengan gudang tempatnya tinggal. Sepertinya itu sebuah dapur.Xiao Long bergegas berjalan menuju bangunan itu. Semestinya di sana ada persediaan arang dan kayu. Tentunya juga makanan."Ah Xiao
Xiao Long, sedikit demi sedikit mulai terbiasa dengan nama itu. Kini dia duduk termangu menatap bayangan dirinya di depan bejana berisi air yang terletak di sudut halaman.Air itu tidak membeku, dan membuatnya cukup heran. Meski saat menyentuhnya air itu sedingin es.Terpantul bayangan wajahnya yang cukup membuatnya terkejut. Wajah yang tidak asing karena hampir mirip dengan wajahnya sendiri. Hanya saja kurang terawat dan kusam."Hanya sedikit lebih tirus saja dan kusam," gumamnya pelan.Perlahan diraupnya air sedingin es itu dan membasuh kedua tangannya kemudian juga wajahnya. Dingin segera menyergapnya tetapi dia mencoba bertahan dan tanpa sadar menyalurkan chi agar tidak terpengaruh hawa dingin."Astaga aku lupa! Ini bukan tubuh asliku, mana mungkin dia memiliki chi," keluhnya masih dalam hati."Eh!" Dia kembali terkejut dan berseru.Udara hangat mengaliri tubuhnya meski hanya sekejap. Namun dia dapat merasakan, air yang diraupnya tidak lagi terasa sedikit es. Kuku-kuku jari nya tid
Pintu gerbang tiba-tiba terbuka. Mengejutkan Xiao Long yang masih terduduk bersandar pada tembok."Long Gege!" Dong Xiu Bai berteriak kaget saat melihat Xiao Long."Bai'er," gumam Xiao Long menatap gadis itu."Apa yang Gege lakukan di sini?" Dong Xiu Bai menatapnya keheranan."Tidak ada, saya hanya merasa bosan. Nona hendak kemana?" Xiao Long sedikit terbata-bata saat berbicara dengan bahasa yang sopan pada gadis itu.Sebagai seorang kaisar, dia tidak terbiasa dengan bahasa seperti itu. Dia bebas menggunakan bahasa keseharian untuk berbicara dengan siapapun. Namun, sebagai kusir kereta yang tidak lebih tinggi statusnya dari seorang pelayan yang menjaga pintu gerbang belajang sebuah manor, dia harus selalu menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara dengan majikannya."Aku juga merasa bosan, mari kita berjalan-jalan di sekitar sini." Dong Xiu Bai tersenyum dan tiba-tiba menarik tangannya.Mengajaknya melintasi jalan setapak berlapis salju. Xiao Long hampir saja terjatuh. Dia belum ter
Api di tungku berkobar, menghangatkan ruangan yang semula terasa dingin. Xiao Long duduk termenung di depannya sembari sesekali memasukkan potongan kayu ke dalam tungku.Ibu Yun seperti biasa tengah sibuk merebus sesuatu di atas tungku kecil. Sedangkan Wanwan tengah menyisir rambut Dong Xiu Bai.Xiao Long baru menyadari hanya ada mereka berempat di tempat ini. Di puing-puing reruntuhan Manor keluarga Dong, hanya di sudut inilah saja ada kehidupan.Manor dan bahkan mungkin seluruh ibukota telah tertutup salju tebal dan membeku. Namun yang membuatnya heran adalah adanya air yang mengalir di salah satu sudut halaman mereka. Semestinya air akan turut membeku karena hawa yang terlalu dingin selama bertahun-tahun."Xiao Long minumlah obatmu." Ibu Yun menyodorkan mangkuk berisi obat padanya.Xiao Long menerimanya meski dengan terpaksa. Obat itu harus diminumnya sehari dua kali. Rasa dan aromanya sungguh tidak enak. Menyengat dan membuatnya mual."Xiao Long, aku harus memberitahumu lagi karena
Keesokan paginya, seperti yang sudah direncanakan, Xiao Long bersiap-siap untuk membawa kereta keluar dari ibukota. Sedari pagi buta dia sudah bersiap-siap.Kereta dan kuda yang hendak mereka gunakan ternyata tidak berada di manor. Keduanya disimpan di luar ibukota, karena tidak mungkin digunakan di dalam ibukota yang bersalju.Mereka harus berjalan kaki menuju pertanian terdekat di mana kereta kuda berada. Pertanian itu dulu merupakan bagian dari mahar milik Lady Ming Shuwan dan masih ada beberapa pelayannya yang dengan setia menjaga dan menggarap lahan.Begitulah menurut Ibu Yun yang bercerita sembari sibuk mempersiapkan bekal. Sedangkan Wanwan sibuk membantu Dong Xiu Bai bersiap-siap."Ayo Gege kita berangkat!" Dong Xiu Bai berseru penuh semangat.Xiao Long tersenyum menatap gadis itu. Kali ini dia mengenakan hanfu berwarna biru cerah. Rambutnya diikat dalam dua sanggul cepol yang dihiasi jepit rambut bertatahkan permata warna-warni. Terlihat manis dan imut."Nona kita sarapan dulu,
Xiao Long memacu kereta kudanya lebih cepat. Hatinya dipenuhi dengan semangat baru. Setelah beberapa hari hanya melihat tumpukan salju memutih, suasana hatinya sedikit bergembira dengan pemandangan yang berganti dengan hijaunya pepohonan."Xiao Long kau pasti lupa jalan menuju hutan seribu bambu bukan?" Tiba-tiba Wanwan yang duduk di sebelahnya bertanya."Sepertinya begitu, apakah itu masih jauh?" Xiao Long berbalik bertanya tanpa menoleh ke samping, dia berkonsentrasi mengendalikan kudanya."Tidak begitu jauh lagi, setelah belokan itu kita akan mulai memasuki kawasan hutan seribu bambu." Wanwan menunjuk ke arah jalan yang mulai berkelok-kelok."Baiklah!" Xiao Long menyahut dan mengurangi kecepatan keretanya dengan menarik tali kekang kuda perlahan.Dua ekor kuda yang menarik keretanya sepertinya merupakan kuda unggulan. Selain memiliki tubuh yang kuat dan kokoh, kuda-kuda itu sangat terawat dan terlatih."Aiyo, meski kau kehilangan ingatanmu tetapi kau tidak kehilangan keahlianmu dala
Xiao Long menatap nanar tugu batu di hadapannya. Tulisan di tugu itu membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin."Mo Ye, apa yang terjadi padamu?" bisiknya pelan sembari menyentuh tulisan di atas batu dengan tangan gemetaran."Apa kau tidak ingat bagaimana Jenderal Mo Ye meninggal dunia?" Ibu Yun yang berdiri di sampingnya bertanya dengan suara bergetar."Aku tidak ingat apa pun ibu," keluhnya lirih."Beliau melindungi dirimu dan Nona Dong Xiu Bai." Ibu Yun mendesah pelan saat mengucapkan kata-kata itu.Xiao Long termangu mendengar ucapannya. Mo Ye, berkali-kali menyelamatkan nyawanya di medan perang dan selalu melindunginya. Dia adalah salah satu jenderal yang setia selain Jenderal Won.Wanita yang tangguh dan hebat. Tidak pernah gentar menghadapi apapun. Tak heran jika dia dijuluki Magnolia baja ibukota.Dia sangat cantik, tidak kalah dengan Gong Liu Ye yang menyandang gelar kecantikan ibukota nomor satu. Jika dia hidup seperti kebanyakan gadis-gadis dari keluarga terhormat di ibuk
Wanita berhanfu putih itu melemparkan selendangnya dan melentingkan tubuhnya, melayang ke arah Jenderal Mo Ye yang juga mengarahkan pedang kepadanya.Tak ayal keduanya bertabrakan dan menimbulkan percikan dari kekuatan mereka. Jenderal Mo Ye mendarat mulus di tanah meski sempat terdorong kekuatan lawannya.Sedangkan wanita berhanfu putih itu kembali melayang setelah sempat menjejakkan kakinya sebentar di tanah. Dia berputar dan menarik pedangnya dari sarungnya dan bersiap menyerang Jenderal Mo Ye lagi."Nona siapa wanita itu?" Xiao Long bertanya pada Dong Xiu Bai yang memperhatikan pertarungan keduanya dengan asyik."Aku tidak tahu Gege!" sahutnya sambil lalu.Gadis mungil itu berlari mengikuti kedua wanita yang tengah bertarung itu. Mau tidak mau Xiao Long pun mengikutinya.Kedua wanita itu masih terlibat pertarungan yang seru. Jenderal Mo Ye masih menggunakan pedangnya untuk menangkis setiap serangan dari wanita berhanfu putih tadi.Denting pedang diiringi desir selendang yang tiba-t
Ao Yu Long mengangkat pedang berwarna biru itu ke atas dan mendongak menatap langit yang gelap gulita. Seberkas sinar berwarna biru terpancar dari pedang itu dan berpendar selama beberapa saat menerangi malam di Dataran Tengah, hingga Tanah Bebas dan sebagian wilayah Kaili."Gege!" Dong Xiu Bai melayang turun bersama Rubah Putih dan Tian Min.Dong Xiu Bai segera berlari dan menubruk Ao Yu Long dengan gembira. Ao Yu Long tertawa dan menurunkan pedangnya. Kemudian digendongnya gadis kecil itu dan membawanya kembali ke kerumunan diikuti Tian Min."Hei kalian berdua! Jangan seenaknya!" Tiba-tiba saja Naga Es berseru kesal."Ada apa? Apa kalian ingin tertidur lagi?" Tian Min tertawa dan menyentuh kepala Naga itu."Bocah Duan! Mana Seruling Giokmu?" Rubah Putih mendekati Tian Min dan bertanya dengan gaya acuh tak acuhnya."Rubah Putih, Seruling Giok menghilang bersamaan dengan meninggalnya nenekku!" Dong Xiu Bai turun dari gendongan Xiao Long dan mendekatinya."Aneh! Tetapi aku merasakan roh
"Tian Min selamatkan Nona! Jangan khawatirkan kami! Ingatlah janjimu pada Tuan Xiao Long untuk melindungi Nona!" Nyonya Ning berteriak memintanya untuk menyusul Dong Xiu Bai.Tian Min menatap para wanita itu sebentar. Dengan berat hati dia meninggalkan mereka dan berlari menuju rumah utama. Api berkobar semakin membesar."Kejar dia! Dan tangkap para wanita itu!" Para pria itu berteriak-teriak.Sebagian mengejar Tian Min dan sebagian menyerang Nyonya Ning dan yang lain. Jerit tangis sekaligus ketakutan kembali terdengar. Membuat Tian Min ragu."Tian Min, pergilah! Jika kami mati, kau dan Nona dapat membalaskan dendam kami! Jika kau yang mati sudah pasti kami pun akan mati!" Nyonya Ning berteriak tanpa ragu.Tian Min yang sempat merasakan keraguan kini membulatkan tekad untuk menerobos api. Kobaran api yang semakin membesar tak dihiraukannya."Nona! Nona!" Dia berteriak memanggil Dong Xiu Bai.Pandangan matanya terhalang api dan asap. Dia tidak dapat memastikan di mana dia atau pun Dong
Beberapa hari kemudian, orang-orang di Wisma Nyonya Ning dan juga di desa disibukkan dengan persiapan untuk mengungsi. Mereka bersiap untuk kemungkinan yang terburuk."Aku dengar desa sebelah diserbu orang-orang tak dikenal. Dalam semalam desa itu hancur lebur." Desas-desus beredar di desa terutama di keramaian.Bahkan para tamu di wisma pun mulai gelisah. Mereka memilih untuk meneruskan perjalanan ke Tanah Bebas. Sedangkan bagi orang-orang yang hendak menuju Dataran Tengah memilih untuk kembali atau bertahan di wisma."Seperti dugaanku, situasi makin tak terkendali, Nyonya." Tian Min duduk di hadapan Nyonya Ning.Sore itu mereka bermain catur go sembari berbincang dan menikmati teh. Akhir-akhir ini mereka berdua lebih sering menghabiskan waktu bersama."Kau benar. Aku khawatir mereka akan menyerang kita kapan saja. Orang-orangku tak akan mampu menahan mereka." Nyonya Ning meski berkata dengan tenang, tetapi kekhawatiran tergambar jelas d
"Nona!" A Gui berteriak seraya berlari menghampiri Dong Xiu Bai yang tengah berlatih memanah bersama Tian Min."Ada apa? Apakah ada kabar dari Long Gege?" Dong Xiu Bai bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari target yang hendak dipanahnya.Tian Min memberi isyarat pada A Gui untuk menunda laporannya. Menunggu Dong Xiu Bai selesai memanah sesuai target. Anak panahnya melesat dan tepat mengenai sasaran."Nona anda semakin pandai dalam memanah." Tian Min memujinya."Karena kau yang mengajariku. Oh ya Paman A Gui, ada apa?" Dong Xiu Bai kini menatap pria yang selalu setia membawakan kabar dari Xiao Long atau pun Xie Jing Cuan."Surat dari Tuan Long." Sahutnya sembari memberikan sebuah gulungan padanya."Terima kasih." Dong Xiu Bai menerima kemudian membuka dan membaca gulungan itu. Dia menjauhi area latihan dan masuk ke dalam rumah."Pama A Gui apakah ada kabar di Tanah Bebas dan Dataran Tengah?" Tian Min bertanya pada pria yang kini mengikutinya menuju dapur."Ada Tuan. Tanah Bebas ki
"Yang Mulia bagaimana dengan Pedang Es?" Jenderal Won bertanya saat mereka berpatroli di sekitar Padang Muhly."Pedang itu menghilang dan aku harus mencarinya." Ao Yu Long menatap lurus ke arah rerumputan merah muda yang berkibar-kibar tertiup angin."Bai'er pasti senang jika berada di sini. Dia dapat berlatih dengan bebas," gumamnya lirih.Tiba-tiba terbersit sebuah rasa rindu pada gadis kecil itu. Tawanya yang menggemaskan, denting hiasan rambutnya saat kepalanya bergoyang dan keusilan serta kenakalannya semua itu sangat dirindukannya."Bai'er?" Jenderal Won tertegun mendengar gumaman Xiao Long."Dong Xiu Bai, putri tunggal Lady Ming." Xiao Long tersenyum, menjelaskan."Yang Mulia, jika Anda bertemu dengan putri Lady Ming seharusnya Anda juga bertemu dengan Jenderal Mo Ye bukan?" Jenderal Won bertanya dengan hati-hati.Xiao Long tertegun sejenak kemudian menghela napas dalam-dalam. Sebuah pertanyaan yang dia tahu pasti akan sulit untuk menjawabnya. Bukan perkara mudah untuk mengabark
"Aku heran! Hanya dengan sebuah siulan dan mereka mempercayai kau adalah Kaisar Ao Yu Long." Tuan Wu masih penasaran dengan siulan Xiao Long tadi."Bukankah sedari awal kau bertemu denganku, kau pun sudah mencurigai diriku?" Xiao Long tertawa pelan."Tentu saja berbeda. Waktu itu aku mengobatimu dan tahu chi-mu yang jelas bercirikan chi Klan Ao." Tuan Wu menyahut dengan kesal."Tuan, siulan tadi hanya bisa disiulkan oleh Yang Mulia Kaisar. Itu bukan siulan sembarangan karena siulan itu merupakan kode rahasia yang dikombinasikan dengan jurus Pedang Es." Jenderal Won menjelaskan dengan nada datar tanpa emosi."Begitu rupanya? Xiao Long apakah semua jenderalmu bersikap dingin dan tanpa emosi seperti dia?" Tuan Wu berbisik pelan."Diamlah dan ikuti saja kebiasaan di sini." Xiao Long berbisik pelan dan mengikuti Jenderal Won memasuki tenda. Tuan Wu terdiam dan mendesah kesal, meski begitu dia mengikuti perkataan Xiao Long."Yang Mulia
"Xiao Long kau serius hendak ke Padang Muhly?" Tuan Wu sekali bertanya saat mereka tiba di sebuah wilayah yang terlihat sepi.Meski ada beberapa bangunan di kejauhan yang cerobongnya mengepulkan asap, tetapi wilayah ini justru selalu dihindari oleh para pengelana mau pun pedagang."Iya, aku yakin Pasukan Mo Yu ada di sana." Xiao Long menatap padang yang hanya ditumbuhi rerumputan berwarna merah muda. Di beberapa tempat memang ada pepohonan tetapi rumput mungli yang berwarna merah muda lebih mendominasi."Tempat yang aneh," gumam Tuan Wu saat tatapan matanya hanya mendapatkan lautan rumput berwarna merah muda yang cantik."Ayo kita ke sana!" Xiao Long memacu kudanya dan kereta berjalan perlahan menelusuri jalan setapak yang membelah lautan rumput merah muda itu.Dari kejauhan padang rumput itu terkesan panas, gersang dan meranggas. Namun saat kereta semakin jauh menyibak rerumputan merah muda itu udara semakin bersahabat.Di beber
"Ibu Han duduklah!" Xiao Long meminta wanita itu untuk duduk di depannya."Aku ingin mengajari apapun yang bisa kau ajarkan pada Bai'er. Kau mengerti maksudku bukan?" Xiao Long berkata tanpa basa-basi.Bertemu lagi dengan salah satu dayang di istananya dulu membuatnya terbawa kembali ke masa-masa itu. Masa di mana dia masihlah seorang kaisar yang berkuasa dan dihormati."Saya mengerti Tuan." Ibu Han menundukkan kepalanya dalam-dalam."Oh iya, aku dengar kau adalah seorang dayang di istana Zijin sebelumnya. Bagaimana kau bisa tiba di Dataran Tengah dan bukannya ke barat daya?" Xiao Long bertanya dengan asal saja."Tuan saya..." Ibu Han tidak melanjutkan perkataannya karena Tuan Wu tiba-tiba saja memasuki ruangan."Xiao Long ada yang ingin kubicarakan denganmu." Pria itu memberi isyarat agar mengikutinya."Baiklah Ibu Han, aku mempercayakan Bai'er padamu. Tolong jaga dan ajari dia dengan baik. Dia gadis yang baik dan pinta
Nyonya Ning menyambut mereka dengan ramah. Dia sangat menyukai Dong Xiu Bai. Bahkan dia tidak banyak alasan dan permintaan saat melepaskan Fang-Fang agar bisa menjadi pelayan Dong Xiu Bai secara resmi."Ah Tuan Long, sudah lama sekali Anda tidak mampir kemari." Sambutnya dengan ramah dan genit."Anak manis kau juga ikut?" Nyonya Ning berpaling pada Dong Xiu Bai dan menyapanya dengan lembut.Dong Xiu Bai hanya mengangguk. Tatapan matanya tak lepas dari Nyonya Ning. Entah mengapa dia sangat mengagumi wanita cantik itu. Ada sesuatu yang membuatnya selalu tertarik untuk menatapnya."Nyonya Ning ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Xiao Long duduk di kursi setelah dipersilakan."Apakah itu?" Nyonya Ning mengajak Dong Xiu Bai duduk di dekatnya."Ini mengenai Nona Muda." Xiao Long melirik Dong Xiu Bai.Nyonya Ning tertegun, tetapi kemudian tersenyum lebar. Dia memanggil salah seorang pelayannya."Duo-duo ajaklah Nona Dong untuk bermain di belakang. Sepertinya Paman Li sedang membu