Di lereng gunung Sandadu, salah satu gunung paling misterius di dunia persilatan yang keberadaan gunung ini sudah hampir di lupakan karena tidak ada yang pernah menemukannya. Konon gunung ini berada di tengah hutan abadi. Salah satu hutan paling misterius.Sosok berambut putih dan wajahnya yang keriput tampak bertapa di atas batu berlumut di lereng gunung itu. Tubuhnya sudah di penuhi oleh tanaman merambat yang menunjukkan jika sosok laki-laki itu sudah bertapa dalam waktu yang lama.Laki-laki itu membuka matanya dengan berlahan saat merasakan seseorang sedang menyerap energi alam."Energi alam? Siapa yang berhasil menguasai teknik menyerap energi alam," gumam laki-laki tua itu.Laki-laki tua itu berdiri dari tempatnya semedi, dia menarik nafas panjang, sebelum melesat secepat cahaya meninggalkan tempatnya semula.Dengan kemampuannya yang sudah mencapai puncak nirwana, membuat laki-laki itu dapat bergerak dengan sangat cepat, lebih cepat dari cahaya.Laki-laki itu bergerak menuju Kota
Janur Gana menjelaskan jika Gunung Sindadu terletak tidak di tengah hutan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Kota Bandar Agung, akan tetapi keberadaan gunung ini tidak akan mampu di ketahui oleh orang luar, karena di selimuti segel kabut udara."Jadi?" Tanya Abinawa."Gunung Sindadu ini bak mitos di dunia persilatan," jawab Janur Gana.Abinawa menganggukkan kepala, dia mengerti kenapa pohon-pohon di hutan ini begitu besar dan tinggi karena tidak pernah tersentuh oleh manusia luar, sehingga dapat berkembang dengan baik."Kakek, terima kasih karena sudah membantuku, kiranya apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikan kakek?" Tanya Abinawa.Abinawa menyadari tidak ada gratis. Dia yakin Janur Gana akan meminta bayaran untuk kesembuhannya."Haha, nak tidak semua hal harus kau balas saat ini. Aku hanya ingin kau bertambah kuat, karena rubah tua ini sudah semakin liar dan mulai berani, sebab itulah aku menyelamatkan dirimu karena tubuhmu mampu menahan energi alam tanpa membuat tubuh
Janur Gana memulai latihan dengan latihan fisik terlebih dahulu. Janur Gana merasa fisik dari Abinawa masih sangat lemah dan tidak mampu menahan energi alam dalam waktunya lama."Kakek guru, bukankah akan memakan waktu yang lama jika harus melatih ulama fisikku? Aku rasa aku sudah memiliki fisik yang cukup bagus untuk menjadi seorang pendekar," ucap Abinawa heran saat Janur Gana meminta dia melatih ulang fisiknya."Aku tidak tahu bagaimana kau bisa mengatakan jika fisikmu sudah bagus? Fisikmu sangat buruk sekali untuk seorang pendekar, di usia yang sama denganmu aku memiliki kemampuan dua kali lipat lebih besar darimu. Aku tidak tahu, bagaimana standard dunia persilatan sudah menurun sangat jauh," Abinawa diam membisu, dia sulit percaya jika Janur Gana memiliki kemampuan dua kali lipat darinya saat ini, padahal dia telah mempelajari Kitab Naga langit yang merupakan kitab ilmu pedang terbaik sepanjang masa."Haha, tidak usah terlalu kau pikirkan. Seperti yang sudah aku katakan, jika s
"Dunia persilatan sudah berbeda sangat jauh," ucap Janur Gana sambil memberikan daging ayam berukuran jumbo kepada Abinawa."Maksudnya, kek? Bukankah dunia persilatan masih sama, di mana mereka yang kuat berkuasa dan mereka yang lemah akan di tindas... Aku rasa tidak ada yang berubah,"Janur Gana tidak menyangkal jawaban dari Abinawa, karena memang dunia persilatan akan tetap seperti itu sampai-sampai kapanpun.Namun, Janur Gana menjelaskan jika yang berbeda jauh adalah kemampuan para pendekar dunia persilatan yang menurun jauh. Dia hanya menemukan jika hanya Sentika dan Danu Jaya saja yang memiliki kemampuan tinggi. Janur Gana curiga jika semua ini ada campur tangan kelompok misterius yang berusaha membangkitkan sosok di masalalu itu dan melemahkan kemampuan pendekar dunia persilatan, agar tidak mengganggu proses bangkitnya sosok kuat itu."Apa maksud kakek kelompok Organisasi Elang Hitam?" Tanya Abinawa sekali lagi.Janur Gana menggeleng pelan, dia merasa bukan kelompok Elang Hitam
"Haha, aku adalah dirimu, jadi apa yang kau miliki sudah tentu aku miliki. Bukan aku mencuri atau meniru rupa yang kau miliki, akan tetapi inilah takdir dan ketetapan," ucap Iblis Hati itu."Tetap saja kau meniru rupa, tidak tahu malu, apalagi kau juga masih meniru semua jurus yang aku kuasai. Dasar mahkluk yang tidak tahu malu," Abinawa kembali mengejek.Sebenarnya Abinawa ingin mencari tahu lebih jauh mengenai kekuatan dari Iblis Hatinya ini. Jika ucapan Iblis Hati itu tiada dusta, maka kemampuan yang di miliki ke-duanya berada di tingkatan yang sama, artinya pertarungan sengit tidak akan terhindarkan.Merasa tidak memiliki pilihan lain, Abinawa menariknya pedang di punggungnya dan bergerak maju ke depan. Dia berusaha menyelesaikan pertaruhan ini dengan cepat.Iblis Hati yang menyadari maksud dan tujuan dari Abinawa jelas langsung melakukan reaksi yang sama. Dia menarik pedangnya melesat cepat ke depan menyambut serangan dari Abinawa.Keduanya yang menggunakan jurus dan gaya bertaru
Setelah menyadari setiap jurusnya mampu di tiru dengan sangat baik oleh Iblis Hati, Abinawa hampir berputus asa dan merasa tidak memiliki harapan lagi untuk dapat memenangkan pertarungan di antara mereka.Namun, setelah pertarungan sengit yang hampir menghanguskan hutan pinus, Abinawa menyadari hanya yang pernah di gunakan olehnya dalam pertarungan sesungguhnya saja yang mampu di tiru. Meskipun begitu, Abinawa masih ragu tetapi dia yang tidak memiliki pilihan lain akhirnya memilih untuk mencobanya.Abinawa kembali maju seolah bersiap memberikan serangan terakhir guna memancing Iblis Hati masuk dalam perangkapnya.Setelah pertarungan berjalan sengit, Abinawa sengaja mengubah kuda-kudanya yang sedikit mundur ke belakang untuk membuat Iblis Hati mengejarnya.Benar saja, Iblis Hati melesat cepat ke arah dirinya, lengkap dengan senyuman di wajahnya seolah dia sudah sangat yakin pasti akan menang.Bertepatan dengan Iblis Hati itu melesat cepat ke arahnya, Abinawa langsung menggunakan teknik
Janur Gana jelas tidak ingin basing mengajarkan dan mewariskan teknik tingkat tinggi miliknya, karena jika dia salah orang, maka kehancuran dunia sudah pasti terjadi. Kesengsaraan akan terjadi di mana-mana dan jerit penderitaan akan sering terdengar."Aku berjanji kakek guru," ucap Abinawa."Kau tahu, ucapan manusia tidak bisa untuk di pegang bukan? Aku ingin kau bersumpah atas nama Dewata Agung," pinta Janur Gana.Abinawa yang mendengar hal itu, maju satu langkah dan menarik pedang di punggungnya, sebelum mengacungkan ke langit."Aku Abinawa bersumpah atas nama Langit dan Bumi, serta Dewata Agung dan di saksikan seluruh yang ada d lereng ini, bahwa aku akan menegakkan keadilan dan menumpahkan angkara murka, bilamana jika aku melanggar sumpahku, maka aku siap mati di sambar petir dengan kondisi tubuh yang mengenaskan... " Abunawas mengucapkan sumpah dengan suara keras dan lantang.GRRRRR!!!Petir dan halilintar menyambar-nyambar dan bersuara gemuruh, seolah menanggapi sumpah yang di u
Satu tahun di Dimensi Cermin berjalan dengan cepat, Abinawa sudah menguasai Kitab Dewa Bumi. Dia merasakan kemampuannya benar-tidaknya meningkatkan drastis. Selain itu, Abinawa cukup percaya diri bertarung dengan tangan kosong menghadapi pendekar suci.Tidak ingin menunda terlalu lama, Abinawa kembali mempelajari kitab kedua, yaitu Kitab Raga Sukma Agung.Abinawa menghabiskan waktu tiga bulan pertama untuk mencerna setiap informasi dan penjelasan dari Kitab Raga Sukma Agung."Sial, aku masih tidak memahami setiap penjelasan dari kitab ini ... "'Jurus Raga Sukma adalah jurus yang menitikberatkan pada kebatinan seorang pendekar, jiwa yang kuat akan menghasilkan kekuatan yang besar nan dahsyat.'"Aku benar-benar tidak memahami setiap tulisan yang ada di kitab ini," Abinawa menutup kitab Raga Sukma Agung, lengkap dengan raut wajah kecewa.Abinawa berhasil di buat putus asa, bahkan dia mengatakan jika Kitab Raga Kuasa Sukma adalah buku uang menjelaskan tentang makna kehidupan dan kata-kat