Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
"Sial, kenapa aku tidak pernah mampu menyimpan tenaga dalam di dantian milikku ... " Abinawa menggerutu keras sembari mengepalkan tangannya."Kenapa cuma aku yang tidak bisa menyimpan tenaga dalam ... Dewa Langit, ini benar-benar tidak adil." Abinawa terus menggerutu.Abinawa adalah pemuda biasa yang hidup di Sekte Api dan Angin. Dia seorang sebatang kara dan hidup seorang diri, tanpa bakat spesial di dalam tubuhnya. Sehingga membuat dia menjadi terasingkan dan terkucilkan.Berbeda dari kebanyakan pemuda seusia dengan dirinya yang sudah memiliki tenaga dalam di tubuhnya dan menjadi seorang jenius bela diri. Abinawa sampai saat ini masih belum mampu menyimpan sedikitpun tenaga dalam di dalam tubuhnya, seolah ada yang menghalangi dan menolak tenaga dalam itu tersimpan di dalam tubuhnya."Jika terus seperti ini, maka selamanya aku akan menjadi bahan cemoohan ... " Abinawa mengambil posisi duduk di bawah pohon kayu yang rimbun.Dia memilih untuk beristirahat sebentar dan memulihkan tenaga
Semilir angin berhembus dengan pelan, menyapu semua dedaunan kering hingga melayang ke berbagai tempat, menciptakan seni keindahan di sekitar sungai itu. Seorang pemuda terlihat sedang berlatih dengan keras.Abinawa terus berlatih dengan keras menghabiskan hari-harinya untuk membentuk tubuhnya, hingga berotot dan berisi.Walaupun saat ini Abinawa belum mampu menyimpan tenaga dalam, akan tetapi dia memiliki tubuhnya yang berotot. Hal itu tentu membuat sosok Lanting Damar terlihat seperti pemuda berusia 18 tahun, padahal usianya baru 12 tahun."Aku harus mencari cara untuk dapat membuat tubuhku menyimpan tenaga dalam." Abinawa bergumam dengan pelan.Selain berlatih dengan keras dan membuat tubuhnya di latih dua kali lipat lebih keras dari yang lainnya, Abinawa juga membaca banyak buku dan kitab bela diri untuk menemukan permasalahan yang di alami oleh tubuhnya.Sudah banyak buku yang di baca dan di pahaminya, tetapi dia masih belum juga menemukan titik permasalahan pada tubuhnya, sehing
Abinawa menggunakan seluruh tenaga dan staminanya untuk berlari sejauh mungkin berusaha menghindari kejaran dari kelompok Arga cs.Fisik Abinawa yang sudah terlatih dengan baik, tentu ikut membantu dirinya untuk terus berlari tanpa henti. Abinawa sendiri memilih berlari ke arah Kota Bawana, salah satu kota terdekat dari Sekte Api dan Angin.Jarak antara Kota Bawana dan Sekte Api dan Angin hanya memakan waktu 3 jam perjalanan menggunakan kuda. "Sepertinya mereka tidak lagi mengejarku." Abinawa mulai memelankan langkah kakinya dan mengatur nafasnya yang memburu.Abinawa terus melangkahkan kakinya dengan berlahan menuju ke Kota Bawana tanpa perbekalan sedikitpun. Dia baru tiba di Kota Bawana tepat saat matahari terbenam di ufuk barat, hal itu tentu karena dia menemukan perjalanan dengan berjalan kaki.Suasana Kota Bawana cukup indah. Meskipun terbilang sebuah kota kecil, akan tetapi Kota Bawana memiliki keindahan tersendiri, hingga membuat banyak pendekar, pedagang, hingga saudagar kaya
Larasati yang menyadari sebentar lagi pertarungan akan terjadi, jika dia tidak menghentikan dan merendahkan emosi dari Komandan pengawalnya itu maka pertarungan di dalam Kedai itu benar-benar terjadi."Tidak perlu di perpanjang paman, aku yakin ini hanya sebuah kesalahpahaman saja ... " Larasati berkata dengan pelan, berusaha melerai perselisihan di antara mereka.Pria berbadan besar dan bernama Jong itu dengan segera menundukkan kepalanya, seraya meminta maaf kepada Larasati. Tidak berselang lama, Jong kembali mengarahkan pandangannya ke arah Satria."Pergi dan tinggalkan tempat ini dengan cepat, sebelum aku berubah pikiran atau kau masih bersikeras tetap berada di sini dan bersiaplah menemui ajalmu." Pria bernama Jong itu mengusir Satria dengan halus.Abinawa yang sadar jika tetap berada di dalam kedai akan membahayakan keselamatan dirinya, langsung saja melangkah pergi meninggalkan kedai dengan cepat. Dia tentu tidak cukup bodoh untuk kembali berseteru dengan pria bernama Jong itu.
"Cuih, tidak tahu terima kasih ... " Dwi Pangga yang mendengar jawaban dan pernyataan dari Komandan Jong, tentu membuat dia geram."Kau sudah memilih jalan yang salah, maka terimalah kematianmu!!!"Dwi Pangga langsung bergerak cepat maju dan menerjang Komandan Jong. Komandan Jong yang sudah menduga hal itu sejak awal, tentu langsung dengan segera menyilang tangannya berusaha menahan tendangan dari Dwi Pangga.Bersamaan dengan itu pula, Komandan Jong berusaha menyerang balik dengan mengayunkan pedangnya berusaha untuk memotong kaki dari Dwi Pangga.Dwi Pangga yang menyadari niat dari lawannya itu, tentu dengan cepat menarik kakinya dan melakukan gerakan menyamping. Selanjutnya sebuah pukulan keras di lepaskan oleh Dwi Pangga yang tepat menghantam bagian dada dari Komandan Jong."Akhhh ... " Komandan Jong terpundur beberapa langkah dan merasakan bagian dadanya sedikit sesak.Dwi Pangga tersenyum puas, dia yakin satu pukulan itu sudah membuat mental lawannya terganggu."Ternyata pendekar
*Mohon maaf teman-teman, nama tokoh utamanya Lanting Damar di ganti menjadi Abinawa. *** Ketika pagi baru saja menyingsing, seluruh Sekte Api dan Angin berhasil di buat gempar oleh berita kehancuran Kota Bawana dalam satu malam. "Kau tidak bercanda dengan berita yang aku bawa ini Sudartawa?" Tanya Danu Baya. "Aku tidak berani ketua, Kota Bawana benar-benar sudah hancur dan tidak ada satu orang pun yang berhasil selamat." Sudartawa kembali memperjelas laporannya. Danu Baya memegang keningnya yang berkerut, dia benar-benar tidak menduga jika Kota Bawana benar-benar sudah hancur tidak bersisa. "Apakah kalian mengetahui siapa pelaku dari semua ini?" "Kelompok Elang Hitam, kami menemukan ciri khas dari kelompok ini setelah mereka berhasil mengerjakan misi." Sudartawa menjawab dengan cepat. "Elang Hitam, mereka benar-benar sudah sangat berani sekali... Melihat dari keyakinan mereka, sepertinya mereka sudah memperhitungkan semuanya dengan baik dan memiliki kekuatan yang tidak terlalu
Giri Fatih memilih untuk menjelaskan terlebih dahulu mengenai tingkatan kependekaran kepada Satria.Di dunia persilatan tingkatan terbagi menjadi beberapa tingkatan yang di tentukan oleh kemampuan dan tenaga dalam seorang pendekar.Pertama, yaitu tingkatan pendekar taruna. Seorang pendekar baru bisa di katakan pendekar taruna saat sudah mampu menyimpan tenaga dalam dan mengalahkan tiga orang dewasa dalam sebuah pertarungan.Kedua, tingkatan pendekar madya. Biasanya tingkatan ini seorang pendekar sudah mampu menyimpan tenaga dalam berjumlah cukup banyak (paling tidak 30 lingkaran) di dalam tubuhnya dan memahami teknik oleh pernafasan, serta menguasai paling tidak tiga jurus kelas bawah.Ketiga, pendekar ahli. Untuk mencapai tahap ini, seorang pendekar harus mampu menyimpan satu jule tenaga dalam (1=100 lingkaran tenaga dalam). Keempat, pendekar raja. Tingkatan ini menuntut seorang pendekar untuk memiliki dua jule tenaga dalam dan menguasai jurus-jurus tingkat tinggi, serta biasanya me