Share

7. Latihan

Giri Fatih memilih untuk menjelaskan terlebih dahulu mengenai tingkatan kependekaran kepada Satria.

Di dunia persilatan tingkatan terbagi menjadi beberapa tingkatan yang di tentukan oleh kemampuan dan tenaga dalam seorang pendekar.

Pertama, yaitu tingkatan pendekar taruna. Seorang pendekar baru bisa di katakan pendekar taruna saat sudah mampu menyimpan tenaga dalam dan mengalahkan tiga orang dewasa dalam sebuah pertarungan.

Kedua, tingkatan pendekar madya. Biasanya tingkatan ini seorang pendekar sudah mampu menyimpan tenaga dalam berjumlah cukup banyak (paling tidak 30 lingkaran) di dalam tubuhnya dan memahami teknik oleh pernafasan, serta menguasai paling tidak tiga jurus kelas bawah.

Ketiga, pendekar ahli. Untuk mencapai tahap ini, seorang pendekar harus mampu menyimpan satu jule tenaga dalam (1=100 lingkaran tenaga dalam). 

Keempat, pendekar raja. Tingkatan ini menuntut seorang pendekar untuk memiliki dua jule tenaga dalam dan menguasai jurus-jurus tingkat tinggi, serta biasanya mereka yang sudah berada di tingkatan ini memiliki gelar tersendiri di dunia persilatan.

Kelima, pendekar suci. Berbeda dari empat lainnya, tingkatan pendekar suci di bagi menjadi 9 gerbang. Syarat mutlak seseorang untuk dapat di sebut pendekar suci adalah memiliki paling sedikit 3 jule tenaga dalam.

"Apakah kau sudah memahami penjelasan tentang tingkatkan kependekaran?" Tanya Giri Fatih.

"Tentu guru, aku sudah memahami semuanya dengan baik." Abinawa menjawab dengan cepat.

Girih Fatih yang mendengar hal itu, hanya tersenyum tipis. Sosok Abinawa mengingatkan dirinya saat masih muda dan saat pertama kali mempelajari seni bela diri.

Girih Fatih langsung memulai dengan latihan fisik. Dia ingin menguji batas kemampuan fisik dari Abinawa.

"Berlari mengelilingi hutan ini? Aku rasa itu bukan sesuatu yang berat." 

Abinawa dengan segera langsung berlari dengan kencang mengelilingi luasnya hutan. Dia terus berlari, tanpa henti dan tanpa merasa lelah. Semangat di dalam dirinya menjadi pelecut untuk dua terus berusaha keras.

Hari pertama Abinawa menghabiskan latihannya dengan terus berlari mengelilingi hutan. Latihan di hari kedua, tidak jauh berbeda dengan hari pertama. Abinawa kembali di perintahkan untuk berlari, akan tetapi sedikit berbeda dari hari pertama. Kali ini dia berlari dengan memikul dua ember air di punggungnya.

"Latihanmu akan berhasil, jika saat matahari terbenam, dua ember itu masih berisi air walaupun satu tetes." Kata Girih Fatih.

Abinawa menganggukkan kepalanya dengan cepat, pertanda dia mengerti dengan perintah dan menu latihan yang di berikan oleh Girih Fatih.

Dia langsung mengangkat dua ember itu dan berlari dengan cepat ke arah sungai. Dua ember yang sudah berisi air itu, langsung di bawah berlari mengelilingi hutan. 

Ketika matahari terbenam, dua ember air itu masih terisi beberapa tetes air. Abinawa yang melihat hal itu, tentu tersenyum riang.

Namun, nyatanya bukan hanya sekali. Abinawa terus melakukan latihan tersebut selama hampir satu purnama, hingga membuat dirinya bosan.

"Guru, apakah tidak ada latihan lainnya? Sejak satu purnama yang lalu, aku hanya terus berlari membawa dua ember berisi air ini berkeliling hutan." Abinawa yang mulai bosan langsung bertanya, tanpa bisa di tahan lagi.

Girih Fatih yang mendengar pertanyaan dari Abinawa hanya tersenyum dan tidak menjawab. Dia hanya berkata, jika latihan ini adalah dasar dari seni bela diri dan Abinawa harus memulainya hingga benar-benar lulus dan sempurna.

Terdengar dengusan kekesalan dari mulut Abinawa, akan tetapi tidak ada penolakan.

"Semua ini untuk dirimu Nawa." 

Selama lebih dari tiga purnama, Abinawa terus memikul dua ember air yang berisi penuh dan membawanya berkeliling hutan dengan syarat air di dalam ember itu tidak boleh habis.

"Damar, cukup. Kau tidak perlu lagi memikul dua ember air itu kembali." Girih Fatih mencegah langkah Abinawa yang hendak kembali memikul dua ember yang berisi air itu.

Abinawa yang mendengar hal itu, tentu tersenyum girang. Dia sudah sejak lama menantikan hari ini tiba.

"Fisik dan ketahanan tubuhmu sudah terbentuk. Aku sengaja memberikan latihan membosankan itu kepadamu, karena fisik dan wadah seorang pendekar selalu di pandang sebelah mata.

Padahal sebenarnya fisik dan dasar adalah fondasi utama dari ilmu bela diri dan kanuragan. Lewat latihan itu, kau sudah mampu menjaga keseimbangan dan juga membentuk otot punggung dan lengan, serta membentuk tulang yang kuat." 

Girih Fatih memberikan penjelasan tentang manfaat latihan yang di lakukan oleh Abinawa selama ini. Abinawa yang mendengar hal itu, tentu langsung menganggukan kepalanya pertanda mengerti. Dia mulai menyadari jika semua latihan yang di berikan oleh Girih Fatih selama ini memiliki manfaat yang sangat besar.

"Maafkan aku guru, karena sudah meragukan dirimu."  Abinawa bersujud memohon maaf kepada Girih Fatih karena sudah meragukan kualitas dirinya.

"Tidak usah kau pikirkan, aku pun dulu sempat berpikir sama seperti yang kau pikirkan ... Sekarang persiapkan dirimu untuk latihan selanjutnya." 

"Latihan selanjutnya adalah pernafasan."

Girih Fatih memerintahkan Abinawa  untuk membuka bajunya dan memerintahkan untuk lompat ke dalam lubuk (Sungai yang dalam).

"Meluncur sampai dasar dan tahan nafas selama yang kau bisa." Pinta Girih Fatih.

Abinawa tanpa banyak bertanya lagi, langsung melesat atau meluncur menuju dasar lubuk. Dia bertahan cukup lama, sebelum kembali ke daratan dengan nafas yang sesak.

"Kau baru boleh berhenti, jika sudah mencapai target yang aku tentukan." Kata Girih Fatih, sembari mengambil posisi duduk di bawah pohon rindang, lengkap dengan satu buah apel segar.

Abinawa yang mendengar hal itu, hanya bisa tersenyum tipis. Dia sadar jika latihan kali ini akan jauh lebih rumit dan menyiksa.

"Aku harus kuat, karena tidak ada pendekar hebat yang lahir oleh latihan sederhana." Abinawa bertekad.

Setelah nafasnya kembali normal, Abinawa kembali meluncur ke dalam lubuk dan menahan nafas selama yang dia bisa. Abinawa terus melakukan hal itu secara terus menerus, hingga hari berganti gelap.

Bahkan, tanpa terasa hari telah berganti dengan cepat dan Abinawa masih melakukan latihan yang sama secara berulang-ulang.

"Aku harus segera menyelesaikan latihan ini, agar bisa memulai menu latihan selanjutnya." Abinawa bertekad keras di dalam hatinya.

Abinawa dengan cepat kembali meluncur menuju dasar lubuk. Berbeda dari sebelumnya, kali ini dengan waktu yang lama.

"Akhhhh .... " Abinawa berteriak dengan keras.

Beberapa saat kemudian, sosok Abinawa sudah kembali ke daratan dengan nafas ngos-ngosan, sembari tangan kanannya memegang dadanya yang terasa sesak.

Girih Fatih yang melihat hal itu tersenyum puas, dia lantas berjalan pelan ke arah Abinawa.

"Kau sudah berhasil, istirahatlah karena besok kita akan memulai latihan bela diri yang sesungguhnya." Kata Girih Fatih.

Abinawa yang mendengar hal itu, tentu langsung bersorak dengan riang dan tanpa sadar melupakan rasa sesak dan nyeri di bagian dadanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hamdani Abdullah
nama2 tokoh kacau.. tidak konsekwen
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status