Matahari bersinar dengan terang, memberikan penerangan bagi seluruh dunia. Sejuknya angin pagi menambah kesan indahnya suasana pagi ini.
Abinawa sudah sejak pagi berada di lapangan bersiap untuk berlatih. Girih Fatih yang melihat hal itu, tentu tersenyum riang.
"Ku lihat kau sangat bersemangat sekali Abinawa." Kata Abinawa.
"Tentu saja guru, aku sudah tidak sabar untuk dapat menyimpan tenaga dalam di tubuhku dan menjadi seorang pendekar." Abinawa menjawab dengan semangat.
Girih Fatih yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum lembut. Dia lantas menjelaskan jika proses yang harus di lalui oleh Abinawa masih panjang.
"Kau harus menguasai dasar bela diri terlebih dahulu, baru setelah ini kita memulai tahap penyimpangan tenaga dalam." Pinta Abinawa.
Abinawa yang mendengar hal itu, tentu membuat dia kecewa. Namun, hal itu tidak membuat dia mundur.
"Tidak usah khawatir, semakin cepat kau menguasai dasar bela diri, maka semakin cepat pula kau untuk dapat menyimpan tenaga dalam." Kata Abinawa.
"Aku akan dengan cepat menguasai dasar bela diri guru ... Aku akan menyelesaikannya dengan cepat." Sahut Abinawa dengan semangat dan bergelora.
Girih Fatih dengan segera langsung memulai dengan kuda-kuda dasar dan tendangan. Kuda-kuda dasar terbagi menjadi 20 bagian. Sementara tendangan di bagi menjadi 4 bagian, yaitu tendangan depan, tendangan samping, tendangan sabit dan tendangan cangkul.
Teknik dasar dapat di lalui dengan cepat oleh Lanting Damar, hal itu tentu membuat Girih Fatih tersenyum puas. Sosok Abinawa benar-benar menunjukkan jika dirinya memiliki bakat bela diri dan olah kanuragan.
"Luar biasa, hanya dalam waktu tiga hari saja, kau sudah menguasai dasar dengan tingkat penguasaan sempurna." Girih Fatih tanpa sungkan memberikan pujiannya kepada Abinawa.
"Itu semua berkat bimbingan dan arahan dari guru." Kata Abinawa.
Girih Fatih yang mendengar jawaban dari Abinawa merendah membuat dia merasa tidak salah dalam mengangkat murid.
Setelah mampu menguasai dasar, Abinawa juga harus dapat mempelajari macam-macam variasi tendangan dan di tambah pukulan. Selain itu, Abinawa juga harus mempelajari tangkapan dan elekan.
"Tangkapan dan elekan adalah dua hal yang wajib di miliki oleh seorang pendekar." Jelas Girih Fatih.
Girih Fatih menjelaskan jika dua hal ini sama pentingnya dengan dasar dan kekuatan fisik. Karena jika seorang pendekar memiliki tangkapan dan elekan yang bagus, maka reflek akan mengikuti. Sehingga membuat seorang pendekar menjadi tanpa tanding dan tidak tertandingi.
"Kau harus mempelajari dua hal ini dengan sempurna, karena dua hal inilah yang akan menentukan nasib dirimu di masa depan." Pinta Girih Fatih kepada Abinawa.
Abinawa menganggukkan kepala dengan semangat. Dia tentu menjadi begitu bersemangat, karena sadar jika dia berusaha dengan maksimal, maka dia akan mendapatkan hasil yang dia bayangkan.
Girih Fatih memulai latihan tangkapan. Abinawa memulai dengan pelan, dia langsung berjalan di atas batang pohon yang memanjang membelah lebarnya sungai. Sepanjang jalan itu pula, dirinya harus dapat menangkap setiap apel yang di lemparkan oleh Girih Fatih.
Selain melatih tangkapan, tanpa sadar Abinawa juga melatih keseimbangan tubuh. Abinawa melewati semua itu dengan cepat, dia menghabiskan waktu satu purnama.
Selama kurang lebih satu purnama, Abinawa sudah menguasai tangkapan dan keseimbangan tubuh sampai penguasaan mahir.
"Baik, aku rasa sudah cukup untuk latihan tangkapan. Selanjutnya yaitu latihan elekan, ini akan jauh lebih rumit." Kata Girih Fatih.
Girih Fatih lantas mengajak Abinawa untuk meninggalkan sungai dan menuju ke dalam hutan. Ternyata di sana sudah ada puluhan batang kayu yang di tancapkan bersusun rapi.
Abinawa yang sadar akan hal itu, langsung melompat dengan segera ke atas batang kayu itu dan segera memasang kuda-kuda tarungnya.
"Kau sangat cepat memahaminya." Kata Girih Fatih.
"Tugasmu hanya mengelak setiap lemparanku ini, tidak perlu menangkapnya. Kau mengerti bukan?" Lanjut Abinawa.
Abinawa menganggukkan kepalanya dengan segera. Abinawa menarik nafas berlahan dan menghembuskan kembali secara berlahan.
Detik kemudian, puluhan kerikil kecil melesat dengan cepat ke arah Abinawa. Abinawa yang melihat hal itu, tentu dengan segera berusaha sebisa mungkin untuk menghindar.
Namun, kecepatan dari kerikil itu gagal untuk di imbangi dan di hindari dengan kecepatan menghindar dari Abinawa. Alhasil Abinawa harus puas melihat tubuhnya dengan cepat di penuhi oleh luka, akibat serangan dari kerikil tersebut.
"Akhhh ... " Abinawa meringis kesakitan dan merasakan nyeri di beberapa bagian lukanya itu.
Girih Fatih yang melihat hal itu hanya tersenyum tipis, "Kau harus lebih cepat, jika tidak ingin mengalami luka setiap harinya."
Abinawa yang mendengar hal itu, hanya bisa pasrah dan menghela nafas panjang. Dia sudah dapat membayangkan jika dalam beberapa hari ke depan, tubuhnya tidak akan terbebas dari luka.
Benar saja, Abinawa harus merelakan satu purnama lebih untuk dapat menyelesaikan latihan elekan tersebut, lengkap dengan tubuh yang di penuhi bekas luka.
"Aku ucapkan selamat, karena kau sudah berhasil menyempurnakan latihan dariku ini, sekarang inilah saat yang paling kau tunggu ... Membuka dantian dan membuatmu mampu menyimpan tenaga dalam ... "
Abinawa yang mendengar hal itu, tentu langsung melonjak girang. Dia sungguh tidak pernah menduga jika hari akhirnya tiba pula.
"Ikutlah denganku, langkah pertama yaitu Tapa Brata. Berhasil tidaknya ini tergantung pada dirimu sendiri ... " Girih Fatih langsung mengajak Abinawa menuju sebuah air terjun yang berada di hulu sungai.
Abinawa cukup terkejut saat mengetahui ada air terjun di sekitar tempat mereka latihan selama ini.
"Bertapalah selama satu purnama, aku yakin satu purnama sudah lebih dari cukup untukmu membuka dantian ... "
Tidak terlalu banyak bertanya, Abinawa langsung melompat ke atas bagi yang berada di tengah-tengah air terjun tersebut. Dia langsung mengambil posisi duduk bersila.
"Aku akan menjemputmu satu purnama ke depan, aku harap kau berhasil membuka dantian di dalam tubuhmu." Girih Fatih menepuk pundak Abinawa dengan yakin jika Abinawa akan menyelesaikan semuanya.
"Guru tidak usah khawatir, aku akan melakukan yang terbaik dan tentunya tidak akan pernah mengecewakan guru." Kata Abinawa dengan penuh semangat.
Setelah Girih Fatih menghilang dari pandangan, Abinawa langsung menutup matanya memfokuskan dirinya untuk membuka dantian dan membuat tubuhnya dapat menyimpan tenaga dalam, agar membuat dia dapat menjadi pendekar pilih tanding ataupun bukan tidak mungkin tanpa tanding di seluruh daratan.
Abinawa benar-benar memfokuskan dirinya pada Tapa Bratanya dan melupakan sejenak mengenai kerasnya dunia dan kehidupan. Abinawa benar-benar bertekad untuk dapat membuka dantian dengan cepat, agar dapat memberikan kebanggaan pada sosok gurunya dan membuktikan jika Girih Fatih tidak salah mengangkat dirinya menjadi murid selama ini.
Dalam beberapa hari ke depan, tubuh Abinawa mulai di selimuti oleh sinar atau kilau cahaya berwarna merah dan biru yang menyelimuti tubuh Abinawa.
Satu purnama berlalu dengan cepat, dantian di dalam tubuh Abinawa sudah terbuka dengan sempurna. Bukan hanya dantian, tetapi beberapa Meridian kecil di dalam tubuhnya ikut terbuka. Satu hal yang paling mengejutkan, yaitu Abinawa langsung memiliki tenaga dalam berjumlah besar di dalam tubuhnya. Abinawa juga merasakan jika tubuhnya terasa begitu ringan dan bertenaga. Tidak lama setelah itu, sosok yang di tunggu Abinawa akhirnya tiba. Dia adalah Girih Fatih yang datang untuk menjemput dirinya. Namun sosok Girih Fatih langsung menghentikan langkah kakinya saat merasakan aura dan tenaga dalam milik Abinawa. "Mustahil, bagaimana mungkin kau sudah memiliki satu jule tenaga dalam." Girih Fatih langsung di buat terkejut dan berdecak kagum saat menyadari jika saat ini Abinawa sudah berada di tingkatan pendekar ahli dan tidak terlalu jauh dari pendekar raja. "Apakah ada yang salah denganku guru?" Tanya Abinawa saat melihat gurunya berdiri kaku. Girih Fatih segera menggelengkan kepalanya deng
Abinawa cukup terkejut saat menemukan beberapa arwah atau hantu berkeliaran di desa ini. Dia merasakan aura jahat yang kuat dari dalam tubuh para hantu itu."Jadi ini yang membuat banyak warga desa mengusir diriku." Abinawa saat ini berada di atas genteng dan di tengah gelapnya malam, sehingga kehadirannya tidak di ketahui oleh para hantu tersebut.Selain itu, Abinawa juga menekan hawa kehadirannya dengan tenaga dalam. Mata Lanting Damar terus berusaha mengamati dan mengukur batas kemampuan, serta kekuatan yang di miliki oleh para hantu itu. "Mereka bukan masalah, aku yakin mampu mengalahkan mereka semua, tapi aku tidak menemukan siapa pengendali dari para hantu ini." Kata Abinawa dengan pelan.Abinawa tentu tidak ingin gegabah, dia ingin mengamati situasi terlebih dahulu agar tidak masuk dalam permainan yang sedang di mainkan oleh musuh.Abinawa menemukan jika terdapat dua orang yang berada di atas pohon yang sedang mengendalikan para hantu yang berkeliaran di desa."Dua orang pende
Ketika pertama kali masuk ke dalam gua, Abinawa menemukan banyak tanaman merambat memenuhi dinding gua. Beberapa batu juga di sudah tertutup rapat dengan lumut.Kondisi gua sendiri sangat lembab, karena sinar matahari tidak masuk hingga ke dalam gua."Gua ini benar-benar tidak pernah di masuki dalam waktu yang sangat lama." Abinawa bergumam sambil terus melangkahkan kakinya memasuki gua semakin dalam.Tidak ada jebakan ataupun halangan yang menghambat langkah kakinya. Hal ini tentu membuat Abinawa merasa aneh, tidak mungkin rasanya tempat sebuah penyimpanan pusaka tidak ada jebakan ataupun pelindung tertentu yang menjadi rintangan untuk memiliki pusaka tersebut.Walaupun merasa aneh, akan tetapi Abinawa tidak menghentikan langkah kakinya. Dia tetap melanjutkan perjalannya. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, Abinawa menemukan sebuah sumur tua dan jalan yang buntu."Tidak ada jalan? Ini tidak mungkin, apa ini hanya pengecoh agar semua pendekar menganggap senjata pusaka itu s
Abinawa dengan cepat kembali melanjutkan perjalanan menyusuri jalan itu. Tidak ada halangan yang terlalu berat yang temukan oleh Abinawa, hanya beberapa jebakan kecil saja.Setelah menempuh perjalanan jauh di bawah tanah, Abinawa baru berhenti saat berada di dalam sebuah ruangan persegi empat. Tidak sama seperti sebelumnya, di dalam ruangan itu tidak ada patung batu, hanya sebuah ruangan persegi empat yang bersih dan di terangi oleh sebuah cahaya yang di hasilkan dari batu berlian."Ruangan ini sangat berbeda sekali dengan ruangan sebelumnya." Abinawa bergumam dengan pelan.Abinawa menemukan sebuah batu berbentuk pedang yang tertancap di batu besar yang berada di tengah ruangan persegi empat tersebut.Cukup lama Abinawa berpikir, sebelum menyentuh batu berbentuk pedang itu. Seketika saja tanah bergetar beberapa saat dan terjadi gempa bumi.Namun, hal itu tidak membuat Abinawa melepaskan genggamannya pada batu berbentuk pedang itu. Dia berusaha menarik paksa batu itu, karena hatinya y
Abinawa bergerak dengan cepat, melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Dia melesat menuju markas sementara bagi kelompok Elang Hitam yang sedang melaksanakan misi.Jarak antara desa dan markas tidak cukup jauh untuk ukuran seorang pendekar. Keadaan markas masih sama seperti pertama kali Abinawa pantau, sepertinya kematian dari dua orang anggota mereka tidak mereka ketahui, artinya tidak ada ilmu yang mengikat mereka sehingga kematian mereka akan segera di ketahui oleh komandan.Ilmu pengikat sukma sudah cukup terkenal di dunia persilatan, namun ilmu ini di katakan sudah punah ratusan tahun silam. Keistimewaan dari ilmu ini sendiri yaitu dapat mengikat sukma seseorang untuk setia kepada pemilik ilmu tersebut, selain itu ilmu ini juga dapat mengetahui seseorang sudah mati atau masih hidup."Aku akan memulai dari yang lemah, hingga komandan pasukan ini." Abinawa kembali menarik pedang di punggungnya, dia melesat dengan cepat ke arah dua orang yang sedang berjaga. Hanya dalam beberapa
Markas sementara Elang Hitam benar-benar di buat porak-poranda oleh Abinawa. Beberapa anggota Elang Hitam sudah berjatuhan dan bersimbah darah.Ankara yang menjadi komandan pasukan ini hanya bisa tersenyum getir. Dia memutar otaknya berusaha mencari celah Abinawa untuk menyelamatkan diri."Ingin melarikan diri, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Tidak ada jawaban dari Ankara, dia mulai menyadari jika sosok Abinawa tidak sederhana, sosok yang haus darah. "Kita tidak pernah bertemu sebelumnya saudaraku, aku rasa kita juga tidak pernah terlibat masalah."Ankara berusaha mencari celah untuk berdamai dengan sosok Abinawa, karena dia menyadari jika dia tidak akan mungkin mampu menang jika pertarungan kembali di mulai."Haha, ingin berdamai setelah kau mengetahui batas kemampuan yang kau miliki? Apakah seperti ini mental anggota Elang Hitam, sungguh memalukan sekali."Ankara akhirnya memilih menggenggam erat pedangnya, dia sadar tidak ada tawar-menawar dari Lanting Damar. Oleh seba
Gerbang Kota Bandar Agung terlihat begitu ramai hari ini, antrian di depan gerbang terlihat sangat panjang. Terlihat berbagai kalangan berada di dalam antrian tersebut."Antrian yang sangat panjang." "Sebaiknya kita mencari tempat istirahat terlebih dahulu Lanting." Ajak Tuk Hawi.Abinawa memang memilih untuk terus bersama dengan Tuk Hawi, paling menimal sampai mereka berada di dalam Kota Bandar Agung. Hal itu tentu karena Lanting Damar sudah tidak memiliki identitas diri dan akan membuat dirinya sulit untuk masuk ke dalam kota."Terimakasih atas kebaikan Tuk Hawi, jika tidak bersama dengan Tuk Hawi mungkin saya akan kebingungan mencari jalan untuk masuk ke dalam Kota Bandar Agung ini." Sekali lagi Abinawa mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Tuk Hawi atas kebaikannya."Haha, tidak usah terlalu kau pikirkan, kau juga sudah menjaga keselamatan diriku dengan baik selama perjalanan tadi, sudah sepantasnya bukan aku juga membantumu sekali lagi." Balas Tuk Hawi.Abinawa yang mendengar
Sayembara Pendekar Muda benar-benar menjadi ajang yang di minati oleh banyak pendekar muda, bahkan hampir semua pendekar muda berhasrat untuk dapat ambil bagian dalam Sayembara.Beruntung bagi mereka yang berasal dari sekte besar dan ternama, karena tidak harus melalui babak uji kelayakan. Bagi mereka yang berasal dari sekte kecil ataupun pendekar tanpa sekte, harus melalui babak uji kelayakan jika ingin ambil bagian dalam Sayembara."Kau pendekar tanpa sekte? Apa kau yakin akan tetap ikut andil setelah melihat sekte besar ikut ambil bagian?" Tanya petugas itu dengan pelan."Tentu, aku semakin bersemangat. Sangat jarang berkesempatan beruji tanding dengan mereka yang berasal dari sekte besar. Aku tentu tidak akan melewatkan momen seperti ini." Abinawa menjawab dengan semangat.Petugas yang mendengar jawaban dari Abinawa hanya menganggukkan kepalanya. Dia merasa kagum dengan kepercayaan diri yang di miliki oleh Abinawa, tidak banyak pendekar yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi s
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari