"Sial, kenapa aku tidak pernah mampu menyimpan tenaga dalam di dantian milikku ... " Abinawa menggerutu keras sembari mengepalkan tangannya.
"Kenapa cuma aku yang tidak bisa menyimpan tenaga dalam ... Dewa Langit, ini benar-benar tidak adil." Abinawa terus menggerutu.
Abinawa adalah pemuda biasa yang hidup di Sekte Api dan Angin. Dia seorang sebatang kara dan hidup seorang diri, tanpa bakat spesial di dalam tubuhnya. Sehingga membuat dia menjadi terasingkan dan terkucilkan.
Berbeda dari kebanyakan pemuda seusia dengan dirinya yang sudah memiliki tenaga dalam di tubuhnya dan menjadi seorang jenius bela diri. Abinawa sampai saat ini masih belum mampu menyimpan sedikitpun tenaga dalam di dalam tubuhnya, seolah ada yang menghalangi dan menolak tenaga dalam itu tersimpan di dalam tubuhnya.
"Jika terus seperti ini, maka selamanya aku akan menjadi bahan cemoohan ... " Abinawa mengambil posisi duduk di bawah pohon kayu yang rimbun.
Dia memilih untuk beristirahat sebentar dan memulihkan tenaganya yang sudah terserap habis, akibat latihan sejak pagi hingga tengah hari.
Namun, baru beberapa menit saja dia beristirahat. Beberapa anak seusia dengannya tampak mendatangi dirinya.
"Pecundang!!! Percuma saja kau berlatih, kau tidak akan mampu untuk menjadi seorang pendekar ... " Ejek Arga yang merupakan jenius bela diri Sekte Api dan Angin.
Arga sendiri adalah cucu dari Tetua Utama dari Sekte Api dan Angin, sekaligus orang terkuat nomor tiga di sekte. Hal itulah yang membuat Arga semena-mena terhadap anak-anak seusianya.
Arga bukan hanya mengejek dan menghina, akan tetapi tidak jarang dia memberikan cacian fisik terhadap Abinawa. Dia bahkan tidak segan memerintah anak buahnya untuk menghajar Abinawa hingga babak belur.
"Lepa, Gena, hajar bocah ini sampai babak belur ... " Arga kembali memerintahkan anak buahnya untuk kembali memberikan pelajaran kepada Abinawa.
Abinawa tentu dengan cepat menyadari jika dia akan kembali menerima pembulian yang melibatkan fisiknya.
"Baik bos." Lepa dan Gena menjawab dengan serempak.
Abinawa sendiri langsung mengambil langkah mundur, berusaha untuk melarikan diri dari Arga cs. Namun, niatnya itu dengan cepat di ketahui oleh Lepa dan Gena.
Alhasil dua orang itu tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Mereka dengan segera bergerak cepat ke arah Abinawa.
"Kau pikir kami akan membiarkanmu untuk melarikan diri?"
"Haha, jangan bodoh ... Selangkah pun kami tidak akan membiarkan kau untuk lari."
Lepa dan Gena segera saja bergerak cepat menghajar Abinawa. Tendangan dan pukulan tepat mengenai bagian tubuh Abinawa dengan telak. Sehingga meninggalkan memar di sekujur tubuhnya.
Abinawa tidak memiliki ilmu kanuragan dan bela diri yang baik, itu tidak bisa menangkis dan menghindari serangan itu.
"Akhh ... "
Abinawa meringis kesakitan, Dia merasakan tubuhnya begitu nyeri dan sakit luar biasa. Bahkan saat ini untuk berdiri saja dia tidak memiliki tenaga lagi.
"Itu pelajaran untukmu pecundang, di rimba persilatan hanya yang kuat yang berkuasa dan kau yang lemah akan tertindas." Arga berbicara dengan sombong dan diikuti gelak tawa dua rekan dibelakangnya.
Abinawa hanya terdiam, tidak ada jawaban dari mulutnya. Dia menyadari dengan betul batas kemampuan yang dimilikinya. Sekalipun dia menjawab perkataan bernada ejekan dari Arga, dapat membayangkan anak buah Arga akan kembali menghajar dirinya hingga babak belur bahkan mungkin menjadi cacat.
"Jika kau ingin membalas, maka kau harus menjadi seseorang yang memiliki kekuatan atau paling minimal mampu menyimpan tenaga dalam dan membuka dantain ...
Akan tetapi, sepertinya kau tidak akan mampu melakukannya pecundang ... Cuih." Arga dengan tidak berprikemanusiaan nya meludahi wajah Abinawa.
Abinawa hanya bisa memendam amarah dan rasa kesalnya di dalam hatinya. Sekali lagi, dia tidak cukup bodoh untuk membantah perkataan dan ejekan dari Arga.
Setelah puas membully dan mencaci Abinawa, Arga cs langsung bergegas meninggalkan Abinawa yang terbaring lemah. Mereka menyadari Jika ada yang melihat tindakan yang mereka lakukan, maka mereka akan dalam masalah.
Abinawa sendiri yang tidak memiliki tenaga lagi, langsung kehilangan kesadarannya.
"Akhh ... "
Abinawa baru mendapatkan kesadarannya kembali setelah hari gelap dan berganti malam. Semua tampak gelap gulita.
"Sepertinya aku kehilangan kesadaran cukup lama ... " Abinawa mencoba untuk berdiri dengan sisa tenaga yang ada dalam tubuhnya.
Setelah itu, dia dengan segera langsung berjalan menuju kediaman pribadi miliknya yang berada terpisah dari penghuni Sekte Api dan Angin yang lainnya.
Dengan bersusah payah, akhirnya Abinawa berhasil tiba di kediaman pribadinya itu. Dia dengan segera mengobati luka memar pada tubuhnya dengan tanaman obat-obatan yang di milikinya.
"Untung saja beberapa hari yang lalu aku menyimpan tanaman obat untuk menyembuhkan luka memar dan nyeri ... " Abinawa bersandar pada dinding rumah kecilnya itu.
Tanpa dia sadar, air matanya menetes dengan sendirinya. Dia benar-benar tidak tahu di mana letak kesalahannya, sehingga menjadi objek bulian dari anak-anak seusia dengannya.
"Aku harus menjadi kuat, agar dapat membalaskan semua penderitaan yang ku alami saat ini ... " Abinawa membatin di dalam hatinya.
***
Pagi menyingsing dengan cepat, membangunkan Satria dari tidurnya dan menghadapi penderitaan kembali.
Abinawa menggerakkan kaki dan tangan kecilnya yang masih terasa sakit dan nyeri, akibat ulah dari Arga cs.
"Sebenarnya siapa diriku? Siapa orang tuaku? Kenapa aku harus hidup seorang diri, di jauhi oleh banyak orang, bahkan di anggap seperti sebuah bencana." .
Banyak hal yang menjadi pertanyaan di benai Abinawa dan tidak ada satupun yang mampu di jawabnya. Semua seakan terlihat sengaja di tutup dan di sembunyikan dari dirinya. Seolah dirinya tidak boleh mengetahui jawaban dari semua pertanyaan itu.
"E huu ... Sudahlah, mungkin aku belum saatnya mengetahui segalanya, suatu hari nanti aku akan menemukan jawaban dari semua pertanyaanku ini." Gumam Abinawa sembari menarik nafas panjang dan melepaskan kembali dengan berlahan, seakan melepaskan semua beban yang ada pada pundaknya.
Setelah mengatur nafasnya, Abinawa melangkahkan kakinya keluar dari rumah atau gubuk kecilnya itu. Dia sudah bertekad dan mengumpulkan semangatnya untuk terus berlatih dengan giat, agar dapat menjadi kuat dan di hargai, serta di hormati. Bukan menjadi seorang pecundang seperti saat ini.
"Aku harus menjadi kuat, bagaimana pun caranya ... "
Abinawa melangkahkan kakinya memasuki hutan rimbun di belakang gubuk kecilnya itu. Tidak terlalu dalam, terdapat sebuah sungai kecil yang menjadi tempat bagi Abinawa merenungkan nasib malangnya. Tidak banyak yang mengetahui keberadaan dari sungai kecil itu, bahkan mungkin tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Abinawa seorang yang memang gemar berpetualang.
Namun, kali ini dia datang bukan untuk merenungkan nasibnya, melainkan untuk melatih tubuh kecilnya ini.
"Aku yakin, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil ... " Abinawa berteriak dengan keras dan penuh keyakinan. Abinawa bertekad tidak akan pernah berhenti, jika belum berhasil mencapai apa yang dia inginkan.
Semilir angin berhembus dengan pelan, menyapu semua dedaunan kering hingga melayang ke berbagai tempat, menciptakan seni keindahan di sekitar sungai itu. Seorang pemuda terlihat sedang berlatih dengan keras.Abinawa terus berlatih dengan keras menghabiskan hari-harinya untuk membentuk tubuhnya, hingga berotot dan berisi.Walaupun saat ini Abinawa belum mampu menyimpan tenaga dalam, akan tetapi dia memiliki tubuhnya yang berotot. Hal itu tentu membuat sosok Lanting Damar terlihat seperti pemuda berusia 18 tahun, padahal usianya baru 12 tahun."Aku harus mencari cara untuk dapat membuat tubuhku menyimpan tenaga dalam." Abinawa bergumam dengan pelan.Selain berlatih dengan keras dan membuat tubuhnya di latih dua kali lipat lebih keras dari yang lainnya, Abinawa juga membaca banyak buku dan kitab bela diri untuk menemukan permasalahan yang di alami oleh tubuhnya.Sudah banyak buku yang di baca dan di pahaminya, tetapi dia masih belum juga menemukan titik permasalahan pada tubuhnya, sehing
Abinawa menggunakan seluruh tenaga dan staminanya untuk berlari sejauh mungkin berusaha menghindari kejaran dari kelompok Arga cs.Fisik Abinawa yang sudah terlatih dengan baik, tentu ikut membantu dirinya untuk terus berlari tanpa henti. Abinawa sendiri memilih berlari ke arah Kota Bawana, salah satu kota terdekat dari Sekte Api dan Angin.Jarak antara Kota Bawana dan Sekte Api dan Angin hanya memakan waktu 3 jam perjalanan menggunakan kuda. "Sepertinya mereka tidak lagi mengejarku." Abinawa mulai memelankan langkah kakinya dan mengatur nafasnya yang memburu.Abinawa terus melangkahkan kakinya dengan berlahan menuju ke Kota Bawana tanpa perbekalan sedikitpun. Dia baru tiba di Kota Bawana tepat saat matahari terbenam di ufuk barat, hal itu tentu karena dia menemukan perjalanan dengan berjalan kaki.Suasana Kota Bawana cukup indah. Meskipun terbilang sebuah kota kecil, akan tetapi Kota Bawana memiliki keindahan tersendiri, hingga membuat banyak pendekar, pedagang, hingga saudagar kaya
Larasati yang menyadari sebentar lagi pertarungan akan terjadi, jika dia tidak menghentikan dan merendahkan emosi dari Komandan pengawalnya itu maka pertarungan di dalam Kedai itu benar-benar terjadi."Tidak perlu di perpanjang paman, aku yakin ini hanya sebuah kesalahpahaman saja ... " Larasati berkata dengan pelan, berusaha melerai perselisihan di antara mereka.Pria berbadan besar dan bernama Jong itu dengan segera menundukkan kepalanya, seraya meminta maaf kepada Larasati. Tidak berselang lama, Jong kembali mengarahkan pandangannya ke arah Satria."Pergi dan tinggalkan tempat ini dengan cepat, sebelum aku berubah pikiran atau kau masih bersikeras tetap berada di sini dan bersiaplah menemui ajalmu." Pria bernama Jong itu mengusir Satria dengan halus.Abinawa yang sadar jika tetap berada di dalam kedai akan membahayakan keselamatan dirinya, langsung saja melangkah pergi meninggalkan kedai dengan cepat. Dia tentu tidak cukup bodoh untuk kembali berseteru dengan pria bernama Jong itu.
"Cuih, tidak tahu terima kasih ... " Dwi Pangga yang mendengar jawaban dan pernyataan dari Komandan Jong, tentu membuat dia geram."Kau sudah memilih jalan yang salah, maka terimalah kematianmu!!!"Dwi Pangga langsung bergerak cepat maju dan menerjang Komandan Jong. Komandan Jong yang sudah menduga hal itu sejak awal, tentu langsung dengan segera menyilang tangannya berusaha menahan tendangan dari Dwi Pangga.Bersamaan dengan itu pula, Komandan Jong berusaha menyerang balik dengan mengayunkan pedangnya berusaha untuk memotong kaki dari Dwi Pangga.Dwi Pangga yang menyadari niat dari lawannya itu, tentu dengan cepat menarik kakinya dan melakukan gerakan menyamping. Selanjutnya sebuah pukulan keras di lepaskan oleh Dwi Pangga yang tepat menghantam bagian dada dari Komandan Jong."Akhhh ... " Komandan Jong terpundur beberapa langkah dan merasakan bagian dadanya sedikit sesak.Dwi Pangga tersenyum puas, dia yakin satu pukulan itu sudah membuat mental lawannya terganggu."Ternyata pendekar
*Mohon maaf teman-teman, nama tokoh utamanya Lanting Damar di ganti menjadi Abinawa. *** Ketika pagi baru saja menyingsing, seluruh Sekte Api dan Angin berhasil di buat gempar oleh berita kehancuran Kota Bawana dalam satu malam. "Kau tidak bercanda dengan berita yang aku bawa ini Sudartawa?" Tanya Danu Baya. "Aku tidak berani ketua, Kota Bawana benar-benar sudah hancur dan tidak ada satu orang pun yang berhasil selamat." Sudartawa kembali memperjelas laporannya. Danu Baya memegang keningnya yang berkerut, dia benar-benar tidak menduga jika Kota Bawana benar-benar sudah hancur tidak bersisa. "Apakah kalian mengetahui siapa pelaku dari semua ini?" "Kelompok Elang Hitam, kami menemukan ciri khas dari kelompok ini setelah mereka berhasil mengerjakan misi." Sudartawa menjawab dengan cepat. "Elang Hitam, mereka benar-benar sudah sangat berani sekali... Melihat dari keyakinan mereka, sepertinya mereka sudah memperhitungkan semuanya dengan baik dan memiliki kekuatan yang tidak terlalu
Giri Fatih memilih untuk menjelaskan terlebih dahulu mengenai tingkatan kependekaran kepada Satria.Di dunia persilatan tingkatan terbagi menjadi beberapa tingkatan yang di tentukan oleh kemampuan dan tenaga dalam seorang pendekar.Pertama, yaitu tingkatan pendekar taruna. Seorang pendekar baru bisa di katakan pendekar taruna saat sudah mampu menyimpan tenaga dalam dan mengalahkan tiga orang dewasa dalam sebuah pertarungan.Kedua, tingkatan pendekar madya. Biasanya tingkatan ini seorang pendekar sudah mampu menyimpan tenaga dalam berjumlah cukup banyak (paling tidak 30 lingkaran) di dalam tubuhnya dan memahami teknik oleh pernafasan, serta menguasai paling tidak tiga jurus kelas bawah.Ketiga, pendekar ahli. Untuk mencapai tahap ini, seorang pendekar harus mampu menyimpan satu jule tenaga dalam (1=100 lingkaran tenaga dalam). Keempat, pendekar raja. Tingkatan ini menuntut seorang pendekar untuk memiliki dua jule tenaga dalam dan menguasai jurus-jurus tingkat tinggi, serta biasanya me
Matahari bersinar dengan terang, memberikan penerangan bagi seluruh dunia. Sejuknya angin pagi menambah kesan indahnya suasana pagi ini.Abinawa sudah sejak pagi berada di lapangan bersiap untuk berlatih. Girih Fatih yang melihat hal itu, tentu tersenyum riang."Ku lihat kau sangat bersemangat sekali Abinawa." Kata Abinawa."Tentu saja guru, aku sudah tidak sabar untuk dapat menyimpan tenaga dalam di tubuhku dan menjadi seorang pendekar." Abinawa menjawab dengan semangat.Girih Fatih yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum lembut. Dia lantas menjelaskan jika proses yang harus di lalui oleh Abinawa masih panjang."Kau harus menguasai dasar bela diri terlebih dahulu, baru setelah ini kita memulai tahap penyimpangan tenaga dalam." Pinta Abinawa.Abinawa yang mendengar hal itu, tentu membuat dia kecewa. Namun, hal itu tidak membuat dia mundur.
Satu purnama berlalu dengan cepat, dantian di dalam tubuh Abinawa sudah terbuka dengan sempurna. Bukan hanya dantian, tetapi beberapa Meridian kecil di dalam tubuhnya ikut terbuka. Satu hal yang paling mengejutkan, yaitu Abinawa langsung memiliki tenaga dalam berjumlah besar di dalam tubuhnya. Abinawa juga merasakan jika tubuhnya terasa begitu ringan dan bertenaga. Tidak lama setelah itu, sosok yang di tunggu Abinawa akhirnya tiba. Dia adalah Girih Fatih yang datang untuk menjemput dirinya. Namun sosok Girih Fatih langsung menghentikan langkah kakinya saat merasakan aura dan tenaga dalam milik Abinawa. "Mustahil, bagaimana mungkin kau sudah memiliki satu jule tenaga dalam." Girih Fatih langsung di buat terkejut dan berdecak kagum saat menyadari jika saat ini Abinawa sudah berada di tingkatan pendekar ahli dan tidak terlalu jauh dari pendekar raja. "Apakah ada yang salah denganku guru?" Tanya Abinawa saat melihat gurunya berdiri kaku. Girih Fatih segera menggelengkan kepalanya deng
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari