Kabar tentang sudah banyaknya pendekar muda berdatangan di Kota Salju Putih dengan cepat sudah sampai ke telinga Sentika dan Astika. Kabar tentang ikut sertanya Baruna Wardhana yang merupakan jenius aliran hitam merupakan kejutan bagi Sentika dan Astika."Nama besar putrimu sepertinya berhasil memikat hati Si Pedang Kegelapan itu," ucap Astika.Sentika hanya tersenyum, rencananya memang ingin mengumpulkan seluruh jenius bela diri yang di miliki dunia persilatan, selain sayembara, Sentika juga ingin mengetahui siapa saja yang berpotensi menggantikan pendekar tanpa tanding yang di miliki tiga aliran berbeda ini. Sambil menyelam minum air, sambil melalukan sayembara jodoh putrinya, Sentika juga dapat menjalin ke akraban dengan seluruh jenius bela diri di seluruh dunia persilatan. Mengumpulkan seluruh jenius bela diri adalah sesuatu yang sangat sulit, dan Sentika menemukan magnet untuk menarik mereka semua, yaitu putrinya sendiri."Kita harus mempersiapkan semuanya, Astika. Aku yakin buka
Sebuah kapal pesiar berukuran raksasa berlabuh di dermaga Kota Salju Putih. Kapal raksasa itu milik Pulau Es Utara yang akan menjemput semua pendekar muda yang akan menuju Pulau Es Utara untuk mengikuti sayembara yang di adakan oleh Pulau Es Utara ini.Dermaga itu sudah di padati oleh para pendekar yang berasal dari berbagai sekte dan aliran. "Nawa, kau yakin akan ke pulau es?" Tanya Batari Ambar."Tentu, aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan Ayundia. Ku dengar beritanya dia sudah mencapai kemampuan pendekar suci bukan?" Abinawa berbalik bertanya kepada Batari Ambar.Batari Ambar mengangguk, membenarkan berita itu. Batari Ambar sekaligus menjelaskan jika Ayundia di sebutkan sebagai jenius nomor satu dunia persilatan."Dan, kau tertarik mengikuti sayembara ini? Apakah kau menyukai Ayundia?" Tanya Batari Ambar."Haha, apa kau berpikir jika Ayundia tertarik denganku? Aku dan dia itu bagaikan Langit dan Bumi. Tidak mungkin akan bersatu, Ayundia itu permata di Pulau Es Utara, sementa
Satu kapal pesiar sudah berangkat beberapa jam yang lalu membawa banyak pendekar muda menuju Pulau Es Utara. Sementara sisanya akan menunggu giliran selanjutnya.Mereka yang mendapatkan giliran pertama berangkat ke Pulau Es Utara biasanya mereka yang berasal dari sekte besar. Sementara mereka yang berasal dari sekte menengah akan mendapatkan giliran selanjutnya.Abinawa yang datang bersama Batari Ambar, yang notebene adalah sekte menengah harus sabar menunggu giliran selanjutnya."Mereka yang berasal dari sekte besar akan selalu mendapatkan hak istimewa rupanya," ucap Sumbayu yang merasa tidak terima.Abinawa, Sumbayu dan Batari Ambar adalah orang-orang yang sudah tiba lebih dulu di dermaga untuk bisa mendapatkan giliran pertama berangkat ke Pulau Es Utara, tetapi karena mereka membawa nama sekte menengah membuat mereka harus mengalah, agar tidak menciptakan keributan dan membuat mereka di usir."Sudahlah jangan terlalu kau ambil hati, kita juga pasti akan tiba di Pulau Es Utara," uca
Abinawa langsung mengambil posisi kuda-kuda tarungnya, dia ingin memberikan pelajaran berharga untuk Sumbayu agar tidak selalu mengatakan dirinya bodoh.Sementara itu, Sumbayu juga mengambil posisi kuda-kuda tarungnya. Dia juga ingin menguji sudah sebatas mana kemampuannya berkembang."Baiklah, aku ingin lihat sebatas manakah kemampuan yang kau miliki," ucap Sumbayu menantang Abinawa."Perlihatkan kepadaku siasatmu itu, aku ingin lihat apakah bisa menandingi ilmu kanuraganku,"Detik kemudian, dua orang teman perjalanan itu langsung melesat cepat ke depan. Pedang keduanya langsung bertemu dan menghasilkan benturan, serta gelombang kejut yang besar.Abinawa mengandalkan kecepatannya dalam membangun serangan, sementara itu Sumbayu lebih memfokuskan pada detail serangan, agar menciptakan serangan yang mengincar titik vital.Sejak awal pertarungan itu dimulai, Abinawa terlihat mampu mendominasi pertarungan. Abinawa terus-menerus mendesak Sumbayu untuk berada dalam posisi bertahan total.Na
Sentika memberikan arahan langsung kepada para Tetua Pulau Es Utara untuk meningkatkan keamanan selama Sayembara berlangsung.Sentika jelas tidak ingin kejadian penyerangan kembali terjadi seperti beberapa tahun silam. Hal itu tentu akan mencoreng nama baik dari Pulau Es Utara yang terkenal dengan kekuatannya yang di takuti seluruh rimba persilatan."Wakil Ketua, Sentika... " Dua orang murid itu datang menghadap dengan nafasnya memburu."Soga, Soha apa yang terjadi? Kenapa kalian terlihat terburu-buru," Tanya Sentika.Keduanya dengan cepat menjelaskan jika telah terjadi pertarungan di antara murid yang hadir di Pulau Es Utara. Keduanya takut pertarungan itu akan memicu pertarungan lainnya yang akan membuat suasana Pulau Es Utara menjadi kacau balau.Sentika membulatkan matanya tidak percaya, jika ada pemuda yang cukup gila membuat keonaran di Pulau Es Utara yang di penuhi banyak pendekar pilih tanding dunia persilatan."Bedebah!! Soha bawak aku ke lokasi terjadinya pertarungan itu," p
Setelah meninggalkan Aula Penegak Hukum, Abinawa dan Sumbayu langsung di sambut oleh Batik Saka, Arya Dwi Raga, dan Batari Ambar yang menunggu mereka dengan perasaan cemas."Tenang, kami baik-baik saja, saudaraku," ucap Abinawa berusaha memberi penjelasan kepada tiga orang itu."Kami sungguh cemas, karena Tetua Sodaya terkenal tegas dalam mengambil tindakan jika terjadi keributan di wilayah Pulau Es Utara," sahut Batari Ambar."Jangan terlalu cemas, kami sungguh tidak apa-apa," kali ini Sumbayu yang ikut angkat bicara.Setelah itu, mereka bergegas mencari tempat penginapan yang akan menjadi rumah bagi mereka selama berada di Pulau Es Utara ini.Penginapan Bulu Angsa adalah tempat yang di sediakan bagi mereka yang berasal dari sekte menengah seperti Sekte Naga Putih."Kami sudah menyediakan tiga kamar untuk kalian, Tuan," ucap pelayan itu.Mereka dengan cepat menuju kamar mereka masing-masing. Abinawa dan Sumbayu mendapatkan kamar bersama, begitu pula Batik Saka dan Arya Dwi Raga, sert
Suhu dan hawa di dalam kedai itu turun dengan sangat cepat. Semua orang merasakan jika di atas pundaknya sedang tertimpa batu besar, serta nafasnya terasa sesak."Kau salah orang jika ingin membodohi," ucap Baruna Wardhana, sambil mengarahkan aura kekuatannya ke arah Abinawa.Mendapatkan tekanan tinggi yang di lepaskan oleh Baruna Wardhana, sama sekali tidak membuat Abinawa bergeming sedikitpun dari tempat duduknya. Bahkan, Abinawa seolah tidak merasakan tekanan tinggi yang di lepaskan Baruna Wardhana.Baruna Wardhana yang sadar sosok pemuda di hadapannya tidak bergeming, membuatnya tanpa sadar berkeringat dingin."Siapa kau sebenarnya?" Tanya Baruna Wardhana sambil menarik aura kekuatannya dengan berlahan.Hal ini jelas di lakukan agar tidak menyinggung sosok di hadapannya karena sadar pemuda ini bukan sosok yang biasa."Aku bukan siapa-siapa, aku hanya seorang pendekar pengelana yang kebetulan lewat dan mampir di Pulau Es Utara ini," jawab Abinawa dengan santai.Baruna Wardhana jela
Dwi Laga bergerak dengan cekatan memasuki kota di Pulau Es Utara. Dia bergerak dengan sangat dinamis dan lincah.Dengan kemampuan ilmu meringan tubuh yang tinggi membuat pergerakan tidak di ketahui banyak pendekar yang berada di Pulau Es Utara."Menyebarlah dan berbaur dengan para pendekar lainnya, dan ingat jangan membuat pergerakan yang akan menarik perhatian dunia persilatan," perintah Dwi Laga kepada para pendekar yang berada di hadapannya itu."Baik Komandan,""Hari ini kita tidak boleh gagal, kita tunjukkan jika kelompok kita ini ada dan di takuti para pendekar dunia persilatan," seru Dwi Laga yang di sambut seruan pula oleh para pendekar yang di bawahnya."Pastikan, semua berjalan sesuai dengan rencana dan rancangan kita," sekali lagi Dwi Laga memastikan.Para pendekar yang di balut jubah hitam gelap itu menganggukkan kepalanya, pertanda mengerti.Satu menit kemudian sekumpulan pendekar itu sudah berpencar dan bergerak sesuai arahan di awal rencana. Sementara pemuda bernama Dwi
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari