Abinawa langsung mengambil posisi kuda-kuda tarungnya, dia ingin memberikan pelajaran berharga untuk Sumbayu agar tidak selalu mengatakan dirinya bodoh.Sementara itu, Sumbayu juga mengambil posisi kuda-kuda tarungnya. Dia juga ingin menguji sudah sebatas mana kemampuannya berkembang."Baiklah, aku ingin lihat sebatas manakah kemampuan yang kau miliki," ucap Sumbayu menantang Abinawa."Perlihatkan kepadaku siasatmu itu, aku ingin lihat apakah bisa menandingi ilmu kanuraganku,"Detik kemudian, dua orang teman perjalanan itu langsung melesat cepat ke depan. Pedang keduanya langsung bertemu dan menghasilkan benturan, serta gelombang kejut yang besar.Abinawa mengandalkan kecepatannya dalam membangun serangan, sementara itu Sumbayu lebih memfokuskan pada detail serangan, agar menciptakan serangan yang mengincar titik vital.Sejak awal pertarungan itu dimulai, Abinawa terlihat mampu mendominasi pertarungan. Abinawa terus-menerus mendesak Sumbayu untuk berada dalam posisi bertahan total.Na
Sentika memberikan arahan langsung kepada para Tetua Pulau Es Utara untuk meningkatkan keamanan selama Sayembara berlangsung.Sentika jelas tidak ingin kejadian penyerangan kembali terjadi seperti beberapa tahun silam. Hal itu tentu akan mencoreng nama baik dari Pulau Es Utara yang terkenal dengan kekuatannya yang di takuti seluruh rimba persilatan."Wakil Ketua, Sentika... " Dua orang murid itu datang menghadap dengan nafasnya memburu."Soga, Soha apa yang terjadi? Kenapa kalian terlihat terburu-buru," Tanya Sentika.Keduanya dengan cepat menjelaskan jika telah terjadi pertarungan di antara murid yang hadir di Pulau Es Utara. Keduanya takut pertarungan itu akan memicu pertarungan lainnya yang akan membuat suasana Pulau Es Utara menjadi kacau balau.Sentika membulatkan matanya tidak percaya, jika ada pemuda yang cukup gila membuat keonaran di Pulau Es Utara yang di penuhi banyak pendekar pilih tanding dunia persilatan."Bedebah!! Soha bawak aku ke lokasi terjadinya pertarungan itu," p
Setelah meninggalkan Aula Penegak Hukum, Abinawa dan Sumbayu langsung di sambut oleh Batik Saka, Arya Dwi Raga, dan Batari Ambar yang menunggu mereka dengan perasaan cemas."Tenang, kami baik-baik saja, saudaraku," ucap Abinawa berusaha memberi penjelasan kepada tiga orang itu."Kami sungguh cemas, karena Tetua Sodaya terkenal tegas dalam mengambil tindakan jika terjadi keributan di wilayah Pulau Es Utara," sahut Batari Ambar."Jangan terlalu cemas, kami sungguh tidak apa-apa," kali ini Sumbayu yang ikut angkat bicara.Setelah itu, mereka bergegas mencari tempat penginapan yang akan menjadi rumah bagi mereka selama berada di Pulau Es Utara ini.Penginapan Bulu Angsa adalah tempat yang di sediakan bagi mereka yang berasal dari sekte menengah seperti Sekte Naga Putih."Kami sudah menyediakan tiga kamar untuk kalian, Tuan," ucap pelayan itu.Mereka dengan cepat menuju kamar mereka masing-masing. Abinawa dan Sumbayu mendapatkan kamar bersama, begitu pula Batik Saka dan Arya Dwi Raga, sert
Suhu dan hawa di dalam kedai itu turun dengan sangat cepat. Semua orang merasakan jika di atas pundaknya sedang tertimpa batu besar, serta nafasnya terasa sesak."Kau salah orang jika ingin membodohi," ucap Baruna Wardhana, sambil mengarahkan aura kekuatannya ke arah Abinawa.Mendapatkan tekanan tinggi yang di lepaskan oleh Baruna Wardhana, sama sekali tidak membuat Abinawa bergeming sedikitpun dari tempat duduknya. Bahkan, Abinawa seolah tidak merasakan tekanan tinggi yang di lepaskan Baruna Wardhana.Baruna Wardhana yang sadar sosok pemuda di hadapannya tidak bergeming, membuatnya tanpa sadar berkeringat dingin."Siapa kau sebenarnya?" Tanya Baruna Wardhana sambil menarik aura kekuatannya dengan berlahan.Hal ini jelas di lakukan agar tidak menyinggung sosok di hadapannya karena sadar pemuda ini bukan sosok yang biasa."Aku bukan siapa-siapa, aku hanya seorang pendekar pengelana yang kebetulan lewat dan mampir di Pulau Es Utara ini," jawab Abinawa dengan santai.Baruna Wardhana jela
Dwi Laga bergerak dengan cekatan memasuki kota di Pulau Es Utara. Dia bergerak dengan sangat dinamis dan lincah.Dengan kemampuan ilmu meringan tubuh yang tinggi membuat pergerakan tidak di ketahui banyak pendekar yang berada di Pulau Es Utara."Menyebarlah dan berbaur dengan para pendekar lainnya, dan ingat jangan membuat pergerakan yang akan menarik perhatian dunia persilatan," perintah Dwi Laga kepada para pendekar yang berada di hadapannya itu."Baik Komandan,""Hari ini kita tidak boleh gagal, kita tunjukkan jika kelompok kita ini ada dan di takuti para pendekar dunia persilatan," seru Dwi Laga yang di sambut seruan pula oleh para pendekar yang di bawahnya."Pastikan, semua berjalan sesuai dengan rencana dan rancangan kita," sekali lagi Dwi Laga memastikan.Para pendekar yang di balut jubah hitam gelap itu menganggukkan kepalanya, pertanda mengerti.Satu menit kemudian sekumpulan pendekar itu sudah berpencar dan bergerak sesuai arahan di awal rencana. Sementara pemuda bernama Dwi
Sumbayu menjelaskan jika sejak tiba di seberang pulau, dia sudah mencium ada pergerakan tidak biasa dari beberapa orang yang ikut naik ke kapal menuju Pulau Es Utara.Namun, Sumbayu berusaha membuang pikiran buruknya itu dan terus berusaha berpikir positif. Akan tetapi setelah mereka berada di Pulau Es Utara, firasat Sumbayu itu semakin besar setelah melihat begitu banyak pergerakan-pergerakan tidak biasa dari para pendekar yang berada di Pulau Es Utara. Di tambah dengan informasi yang di sampaikan oleh Abinawa mengenai kelompok Gagak Kepala Iblis."Jadi kau sudah menyelidiki hal ini dari awal?" Tanya Abinawa."Benar... " Sumbayu juga menjelaskan jika pertarungan mereka tempo hari adalah salah satu trik yang di susun oleh Sumbayu untuk membuat para penyusup itu menampakkan dirinya.Dan benar, beberapa pendekar yang memiliki hawa kekuatan besar mulai merapat ke lokasi pertarungan mereka beberapa waktu yang lalu. Sumbayu juga menjelaskan jika dia memiliki kelebihan mampu merasakan hawa
"Tidak mengherankan jika hampir seluruh pendekar muda di dunia persilatan datang ke Pulau Es Utara untuk memperebutkan sosok Putri Pulau Es ini,""Kecantikannya benar-benar tiada tara, wajar saja dunia persilatan di buat jatuh cinta padanya... ""Dia sangat cantik, lebih cantik dari lukisan dan cerita-cerita yang di bawah oleh para pedagang dan orang-orang dunia persilatan,"Beragam komentar dan pujian di lontarkan oleh setiap mata yang memandang sosok Ayundia. Bahkan beberapa dari mereka tidak mampu mengalihkan pandangannya dari kecantikan paras yang di miliki oleh Ayundia, terlebih lagi Ayundia memiliki kekuatan yang jauh di atas pendekar di usia yang sama dengannya.Seketika beberapa detik suasana menjadi sunyi, mereka seolah kehilangan kesadarannya untuk beberapa saat."Aku ucapkan selamat datang di Pulau Es Utara untuk seluruh pendekar-pendekar jenius yang akan menjadi pilar dunia persilatan di masa depan," suara tegas dan lembut dari Ayundia menyadarkan semuanya dari khayalannya
Tepat di alun-alun utama Pulau Es Utara, semua pendekar muda berkumpul di sana. Di atas panggung terdapat beberapa pendekar yang menggunakan jubah biru langit tampak duduk di singgasananya masing-masing. Mereka yang berada di atas panggung adalah para Tetua Pulau Es Utara. Hampir semuanya sudah memiliki kemampuan pendekar suci.Salah seorang perempuan berparas cantik jelita duduk di antara para Tetua itu. Perempuan itulah yang menjadi rebutan utama para pendekar yang datang dari berbagai penjuru negeri.Sentika menarik nafas panjang, sebelum berjalan ke depan panggung dan berdiri dengan tegap di depan ratusan pasang mata para pendekar."Selamat datang di Pulau Es Utara para pendekar pilihan, aku Sentika selaku salah satu Tetua Pulau Es Utara merasa sangat bangga menjadi tempat pertemuan para pendekar-pendekar muda yang akan menjadi pilar dunia persilatan.Besar harapan kami, kalian semua bertanding dengan menjunjung tinggi sportifitas. Maka aku selaku Wakil Ketua Pulau Es Utara memb